25. Bertaut

388 71 7
                                    

Sedikit kujelaskan tentangku dan kamu
Agar seisi dunia tahu

Keras kepalaku sama denganmu
Caraku marah, caraku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karena denganmu

Aku masih ada sampai di sini
Melihatmu kuat setengah mati
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karena denganmu

Nadin Amizah

•••|♪♪♪|••

Hari ini adalah hari ketujuh Jendra pergi. Perlahan semuanya kembali seperti semula. Walaupun di antara itu, masih ada tersirat rasa sakit dalam relung hati.

Selama seminggu ini Mahen tidak pulang ke rumahnya, ia memilih untuk tinggal sementara di sini, di rumah masa kecilnya. Saat malam kedua Jendra tidak ada, Mahen masih menangis dalam tidurnya. Menemukan sekeping rasa tak nyaman dalam hatinya, seperti ada yang menusuk.

Malam ketiganya, Mahen sudah tidak menangis lagi. Tapi yang ia temukan justru kenangan saat adik pertamanya masih ada, merasakan jika Jendra masih ada di rumah ini. Tersenyum menyambut kedatangannya setelah ditugaskan. Di antara kehilangan itu Mahen menyadari satu hal, semuanya sudah berlalu.

Kemarin lusa bersama Ayah, ia memberanikan diri untuk ke kantor polisi. Setelah mendapat kabar dari Ryan jika pelakunya sudah tertangkap, perlahan hatinya mulai melega. Saat di kantor polisi yang bisa Mahen lakukan adalah terdiam, melihat wajah ketakutan pelaku penabrakan Jendra saat dimaki-maki oleh Ryan. Berkali-kali Ayah berusaha menenangkan bocah itu, tapi saat mendapati raut kecewa di wajah Ryan, Ayah jadi menyerah. Dibiarkannya Ryan puas dengan segala isi hatinya.

"Jendra, Abang kangen kamu."

Di pagi yang dingin, saat matahari belum bertugas dengan sempurna, Mahen berhasil meloloskan kalimat rindunya. Dilengkapi dengan senyuman hangat yang entah mengapa bisa ia terbitkan. Seribu kenangan saat bersama Jendra, yang paling Mahen ingat saat acara pernikahannya.

Saat itu Jendra datang ke kamarnya, mengatakan jika ia lebih tampan dari biasanya. Katanya, "Gila, ganteng banget Abang aku. Pasti Teh Yera gak akan bisa berpaling ini."

Saat Mahen berhasil mengucap ijab kabul, yang pertama kali ia lihat adalah senyum bangga dari adiknya. Jendra tidak pernah mengatakan jika ia berat melepas Mahen saat itu, tapi yang Jendra katakan adalah kalimat yang tiba-tiba saja membuat Mahen tenang. Sekarang, Mahen tidak bisa melepas Jendra secara cepat.

Saat lamaran, Jendra adalah orang yang paling di carinya. Beberapa hari sebelum lamaran anak itu selalu menanyakan, apakah dia sudah siap atau masih ada keraguan. Cara Jendra mengkhawatirkan keadaannya, cara Jendra tersenyum di detik terakhir hidupnya. Entah mengapa terlihat sangat jelas di kepala Mahen.

Sekarang Mahen dilanda gempa kehilangan. Tak tahu harus mencari ke mana ia yang hilang. Mahen tidak tahu, apakah hidupnya akan masih berjalan tanpa kehadiran Jendra. Setelah ini, apakah ia masih bisa bertugas seperti biasanya setelah tak bisa menyelamatkan adiknya sendiri?

Yang bisa ia lakukan adalah berdoa, semoga adiknya bisa tersenyum saat melihat Mahen tersenyum.

•••|♪♪♪|•••

Di rumah ini Bunda yang terlihat paling bijak dan paling sayang pada anak-anaknya. Berbeda dengan Ayah yang terkesan lebih tegas dan punya cara didik berbeda dengan Bunda, tapi semua anak-anaknya tahu baik Ayah maupun Bunda punya rasa sayang yang sama terhadap mereka.

Kita Dan Semesta | Jeno Ft Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang