23. Tenang Saja

351 74 10
                                    

Tenang saja
Perpisahan tak menyakitkan
Yang menyakitkan adalah
Bila habis ini saling benci

Bahwa kita pernah
Selalu bersama-sama
Lalu kita sadar

Bahwa kita harus berpisah
Lupa mudah melupakan semua
Jangan saling melupakan
Hilang mudah menghilangkan semua
Jangan saling menghilangkan

Pidi Baiq

•••|♪♪♪|•••

Saat pertama kali memasuki ruang ICU, yang Bunda lihat ada banyak alat yang terpasang di tubuh Jendra. Suara monitor diam-diam menghanyutkan segenap perasaan Bunda saat menatap wajah penuh luka Jendra. Sudah lebih dari 24 jam, tapi Jendra tak kunjung mau membuka matanya. Selama itu juga Bunda tidak pernah sedikitpun meninggalkan rumah sakit.

Pandangan Bunda perlahan memburam, tak pernah terbayangkan jika salah satu anaknya harus berada di ruangan ini sebagai pasien.

"Kak, kamu dengar Bunda?" pertanyaan Bunda hanya sekedar penenang untuk hatinya sendiri.

"Anak Bunda ganteng banget, kamu kapan mau bangun, nak? Semuanya kangen sama kamu."

Bunda tahu, pertanyaan akan sia-sia. Tidak didengar, terabaikan dan tidak akan dijawab. Tapi entah mengapa, berbicara pada Jendra yang terbaring lemah membuat Bunda sedikit bisa mengobati sakitnya.

"Rasanya kemarin lusa kamu pamit mau ke makam Jeya, tapi kenapa malah ke sini? Ada yang jahatin anak Bunda, ya?"

Saat Bunda rasa air matanya mulai mengalir, cepat-cepat Bunda mengusap pipinya. Bunda tahu, Jendra paling tidak suka melihatnya menangis.

"Abang kamu hebat, kamu juga hebat. Bunda selalu di samping kamu, cepat bangun."

Bunda hanya bisa mengelus tangan dingin anaknya. Tangan yang biasanya terasa hangat saat mencium tangannya, kini terasa begitu dingin.

"Maafin Bunda, Jen. Belum bisa jaga kamu, maafin Bunda."

Musibah yang menimpa Jendra bukan salah Bunda. Tapi rasanya, hatinya begitu merasa bersalah. Melihat anaknya terpejam lama, dikelilingi alat-alat yang menjadi penopang hidupnya untuk beberapa saat, Bunda benar-benar merasa bersalah.

"Bunda keluar dulu, dari tadi Sarah pengen banget liat kamu. Bunda tunggu sembuhnya."

Bunda memilih keluar dari ruangan, meninggalkan Jendra seorang diri ditemani suara monitor.

Andai saja Jendra bisa berbicara pada Bunda saat itu juga, ia ingin sekali mengatakan jika semuanya sakit. Saat di perjalanan menuju rumah sakit, kaki Jendra terasa mati rasa. Tapi saat itu yang bisa ia lakukan adalah terpejam erat menahan sakit yang perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Bunda makan dulu, ya? Tadi Yera sempat pulang buat masak. Haedar sama Jean makan juga, Teteh sengaja bawa banyak."

Tadi pagi Yera menyempatkan diri untuk pulang. Karena harus istirahat, dan terpikir mereka yang berjaga di rumah sakit belum makan. Diantar Hadden dan Ryan yang sekalian ingin ke kantor polisi, membuat laporan tertabraknya Jendra, pasalnya saat itu pelakunya langsung kabur tanpa memedulikan kondisi Jendra. Entah pelakunya tahu atau tidak jika ia telah menabrak orang lain.

"Sarah sama Ayah udah makan, Yer?"

Yera mengangguk, menyiapkan ayam goreng hasil masakannya yang entah bagaimana lagi rasanya. Selama di rumah, Yera dihantui oleh tangisan Bunda.

Kita Dan Semesta | Jeno Ft Yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang