Kita semua gagal
Ambil sedikit tisu
Bersedihlah secukupnya
Ah ah ah ah
Secukupnya kan masih ada
Penggantinya belum waktunya kau bisa
Menjawabnya ah ah ah ah ah secukupnyaSemua yang sirna kan kembali lagi
Semua yang sirna kan nanti bergantiHindia
•••♪♪♪•••
Siang itu menjelang sore, matahari masih menikmati tugasnya untuk membuat orang-orang di bawah mengeluh sebab teriknya. Sebenarnya tidak terlalu panas, tapi cukup untuk mengeringkan jemuran Bunda di rumah.
Jendra dan Hadden sepakat untuk pergi ke lapas, setelah pulang dari kampus Jendra langsung pergi ke rumah Hadden. Di sini mereka berada, di depan laki-laki yang menunduk lesu. Di antara mereka ada sebuah rantang hijau, titipan Mami nya Haedar.
Sudah 10 menit setelah Jendra dan Hadden duduk, tapi keduanya enggan berbicara dan memilih diam menikmati hening. Di depannya, sosok yang menjadi penyebab meninggalnya Jeya di taman fakultas. Laki-laki itu mendapat hukuman 5 tahun penjara, yang artinya sekitar 3 tahun lagi ia bisa bebas memulai hidup baru.
"Apa kabar, Mas?" Tegur Hadden. Mas, panggilan yang di sematkan pada sosok di depannya, bukan tanpa alasan hanya saja Hadden cukup mengenal orang ini. Bahkan saat mendapat telpon dari kepolisian yang mengatakan jika pelaku pembunuhan kembarannya sudah menyerahkan diri, Hadden sempat tak percaya.
"Baik." Jawab laki-laki itu.
Sementara Jendra tak bergeming sama sekali. Sorot matanya sendu menatap rantang di depannya. Awalnya Jendra menolak mentah-mentah ajakan Hadden untuk ke sini tapi kata Hadden, kalau tidak sekarang kapan lagi? Dan akhirnya Jendra mengalah. Setelah dua tahun, akhirnya Jendra kembali bertemu dengan orang di depannya. Jendra terakhir kali berjumpa saat mendapat kabar, pelaku pembunuhan Jeya sudah di temukan.
"Maafin saya, Den."
Hadden hanya tersenyum hambar. Awalnya ia berpikir kata maaf yang dituturkan Mas Rio tidak bisa mengembalikan nyawa Jeya. Tapi setelah Mami mengatakan jika yang sudah terjadi tidak bisa di kembalikan, dan kesalahan Mas Rio memang sangat fatal tapi bukan berarti Hadden menutup pintu maafnya. Bagaimanapun, Mas Rio adalah orang yang cukup dikenalnya.
"Jangan terus minta maaf ke saya, Mas. Minta maaf ke Jendra!"
Jendra yang masih diam tiba-tiba mendongak menatap Rio, entah apa yang dia pikirkan yang pasti masih ada rasa sakit setiap kali mengingat bagaimana tidak berhatinya Rio saat menusuk Jeya sore itu.
"Maaf, Jendra." Lirih Rio.
Jendra memejamkan matanya sebentar, sebelum kembali menatap Rio dan berucap, "Semuanya udah terjadi dan kami udah memaafkan. Walaupun maaf dari Mas gak bisa bikin Jeya kembali, tapi Mas sudah mau menerima hukuman yang seharusnya. Makasih, Mas."
Bahkan Jendra masih bisa mengatakan terima kasih pada Rio. Terkadang saat sendiri, Rio pernah menerka apakah setelah dia bebas dari sini Jendra mau memaafkan? Apalagi setelah di pikir-pikir, Jendra enggan untuk mengunjunginya. Berbeda dengan Hadden yang terhitung sudah empat kali kesini dari tahun kemarin.
"Sebelum meninggal, Jeya selalu bilang hidup itu secukupnya. Dan kesedihan kami sudah secukupnya, Mas. Awalnya aku kaget pas tau pelakunya, tapi aku sadar kalau gak selamanya orang yang baik ke kita akan selamanya baik. Mungkin beberapa waktu lalu Mas melakukan hal jahat ke aku, tapi gak menutup kemungkinan kalau setelah ini Mas yang menjadi alasan aku tetap ada sampai nanti. Makasih sudah mau tinggal di sini." Ucap Hadden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dan Semesta | Jeno Ft Yeji ✔
Jugendliteratur-SELESAI- [REVISI] ❝Tentang tulip dan kisah cinta yang abadi antara dua hati.❞ Cover from pinterest