Hari-hari di rumah Varo perlahan mulai mengalir dengan ritme yang tetap. Leon menemukan dirinya tenggelam dalam kesunyian yang menyelimuti setiap sudut tempat itu. Tidak ada banyak interaksi yang terjadi antara dia dan penghuni rumah lainnya, hanya percakapan singkat dan tatapan dingin dari para penjaga yang membuatnya merasa seperti tamu yang tidak diinginkan.
Namun, ada satu hal yang tak bisa dia abaikan—Varo. Pria itu tampak selalu hadir di setiap sudut kehidupannya, meskipun mereka jarang berinteraksi. Kehadiran Varo seperti bayangan yang selalu mengikuti, seolah memantau setiap gerakan Leon, setiap napas yang dia ambil.
Suatu pagi, Leon terbangun dari tidurnya yang gelisah. Mimpi buruk menghantui setiap malam, mimpi di mana keluarganya menjualnya berulang kali, suara tawa mereka terdengar seperti pisau yang menoreh luka di jiwanya. Dia bangkit dari tempat tidur, mengusir bayangan mimpi buruk itu dari pikirannya, lalu memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah.
Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ketika dia berjalan menuju ruang makan, Leon mendengar suara tawa, rendah dan akrab, keluar dari salah satu ruangan yang biasanya tertutup rapat. Itu suara Varo—dan ada yang lain.
Dengan rasa penasaran, Leon mendekati pintu yang sedikit terbuka dan mengintip ke dalam. Varo duduk di sofa, berhadapan dengan seorang pria yang tampak jauh lebih muda darinya, mungkin di akhir usia dua puluhan. Mereka sedang mengobrol, dan meskipun Leon tidak bisa mendengar setiap kata, suasana di dalam ruangan itu terasa santai, hampir hangat—sesuatu yang tak pernah Leon kaitkan dengan Varo sebelumnya.
Pria muda itu tertawa lagi, mendorong Varo dengan pelan. "Kau tidak pernah berubah, Varo. Masih dengan gaya lamamu yang arogan."
Varo balas tersenyum, tetapi kali ini senyum itu nyata. Bukan senyum dingin atau menghina yang biasa dia tunjukkan pada Leon. "Dan kau masih cerewet seperti dulu, Nico."
Nico. Nama itu menggema di kepala Leon. Siapa pria ini? Dan bagaimana dia bisa membuat Varo tampak begitu... manusiawi?
Rasa ingin tahu semakin mendesak Leon untuk mendekat. Namun, saat Leon melangkah sedikit lebih dekat, pintu itu tiba-tiba terbuka lebih lebar, memperlihatkan Varo yang menatap langsung ke arahnya. Seketika, Leon merasa tubuhnya membeku di tempat, tak mampu bergerak ataupun bicara.
Varo menatapnya sejenak, wajahnya kembali berubah menjadi dingin dan tak terbaca. "Masuk, Leon," katanya singkat.
Dengan enggan, Leon melangkah masuk ke dalam ruangan, merasakan tatapan Nico yang tajam menelusuri tubuhnya dari atas sampai bawah, seolah-olah pria itu menilai setiap aspek dirinya.
"Jadi, ini dia anak baru yang kau bicarakan?" Nico bertanya sambil menyeringai, jelas-jelas menikmati ketidaknyamanan yang dirasakan Leon.
Leon mencoba menahan keinginan untuk melawan. "Siapa kau?" dia akhirnya bertanya, nada suaranya terdengar lebih tajam daripada yang dia maksudkan.
Nico tertawa kecil, melirik Varo sejenak sebelum kembali memandang Leon. "Nico Salvador. Teman lama Varo. Kami pernah bekerja sama dalam beberapa proyek... yang cukup menarik."
Varo duduk di sofa, memasang ekspresi netral saat dia mengamati interaksi mereka. "Nico sedang berkunjung sebentar. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."
Leon bisa merasakan ada sesuatu yang lebih dalam ucapan itu, tapi dia tidak bisa memastikan apa. Dia mengalihkan pandangannya ke Nico yang sekarang berdiri dan melangkah ke arah jendela, menatap pemandangan luar dengan mata yang penuh nostalgia.
"Rumah ini," Nico berkata pelan, "tidak banyak berubah sejak terakhir kali aku ke sini. Masih terasa sepi, meskipun penuh orang."
Varo hanya mengangguk, tidak menanggapi komentar itu. Leon merasa suasana ruangan itu tiba-tiba berubah tegang, meskipun tidak ada kata-kata yang diucapkan.
Nico akhirnya berbalik dan berjalan menuju pintu, berhenti sejenak di depan Leon. "Semoga kau tahu apa yang kau hadapi di sini, Leon," katanya dengan nada bercanda, tetapi Leon bisa merasakan ancaman tersembunyi di balik kata-katanya. "Karena Varo... dia bukan tipe pria yang bisa kau mainkan."
Setelah Nico pergi, Leon berdiri kaku, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Dia berbalik untuk menghadapi Varo, yang masih duduk dengan ekspresi tak terbaca.
"Siapa dia sebenarnya?" Leon bertanya pelan.
Varo menatapnya sejenak sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Nico adalah masa laluku," jawabnya, suaranya rendah dan penuh misteri. "Dan, dia bukan urusanmu."
Leon tidak bisa menahan rasa frustrasinya. "Setiap orang di sini tampaknya tahu lebih banyak tentang hidupku daripada aku sendiri," serunya. "Aku terjebak di sini tanpa penjelasan apa pun tentang apa yang terjadi!"
Varo berdiri, mendekati Leon dengan langkah lambat namun mantap. "Kau tidak perlu tahu segalanya, Leon. Ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan tersembunyi."
Mata mereka bertemu, dan untuk pertama kalinya, Leon merasa ada sesuatu yang retak di balik fasad dingin Varo. Ada sesuatu yang disembunyikan pria itu—sesuatu yang gelap, lebih dari sekadar dunia mafia yang dia pikir telah dia pahami. Tapi apa?
Varo menyentuh pundak Leon, sentuhannya ringan namun kuat. "Kau sudah di dalam lingkaran ini, Leon. Suka atau tidak, kau harus belajar bertahan. Ini bukan soal bertarung melawan keluargamu atau aku... ini tentang bertahan hidup."
Leon menghela napas panjang, merasakan beban yang semakin menekan. "Dan bagaimana kalau aku tidak ingin menjadi bagian dari semua ini?"
Varo menatapnya dalam-dalam, ekspresinya berubah menjadi lebih serius. "Kau sudah tahu jawabannya. Tidak ada jalan keluar dari sini, kecuali satu—dan itu bukan jalan yang ingin kau tempuh."
Keheningan menyelimuti mereka. Kata-kata Varo menggema di kepala Leon, menambah berat keputusan yang harus dia ambil. Dia telah masuk terlalu dalam, dan tidak ada cara untuk kembali. Tapi apakah itu berarti dia harus menyerah pada dunia ini—atau mencari caranya sendiri untuk bertahan?
---
.
.
.To be continued.... ♡
Warning : Cerita ini sudah aku rombak total dari alur sebelumnya! Yang sudah baca silahkan dibaca ulang
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝐁𝐋] Kiss Me, Bicth!! [END✓ | New Version]
Teen FictionDalam dunia yang penuh intrik dan keputusasaan, Leon-seorang pemuda yang terjebak dalam utang keluarganya kepada seorang mafia yang ditakuti bernama Varo. Ketika ayahnya tidak mampu membayar hutang tersebut, Leon terpaksa dijual kepada Varo sebagai...