Leon terbangun dengan pikiran yang tidak teratur, rasa cemas menghantuinya. Suara Vincent yang sedang berbisik dengan Varo di luar ruangan membuatnya ingin tahu. Ia berusaha untuk mengingat apa yang terjadi semalam. Mereka berhasil melarikan diri, tetapi di mana mereka sekarang? Apa langkah selanjutnya?
Leon merentangkan tangan dan melihat sekeliling. Kamar kecil tempat mereka bersembunyi sudah mulai terlihat akrab, namun rasa asing dan ketidakpastian masih menggelayuti hatinya. Dengan ragu, ia bangkit dari tempat tidur dan menuju ke arah suara yang terdengar.
Di ruang tamu kecil, Leon menemukan Vincent dan Varo sedang berbincang. Wajah Vincent tampak cemas, sementara Varo menatapnya dengan serius. Leon merasakan ketegangan di antara mereka, seolah-olah ada sesuatu yang penting sedang dibicarakan.
“Kau sudah bangun,” ucap Vincent, dengan senyum yang tidak sepenuhnya meyakinkan.
“Ada apa? Kenapa kalian tidak bangun aku?” tanya Leon, mencoba menenangkan hatinya.
Varo menghela napas, kemudian menjelaskan, “Kita perlu membahas rencana selanjutnya. Keluarga kalian kemungkinan besar sudah mencarimu. Kita tidak bisa berlama-lama di sini.”
Leon merasa berat di dadanya. Dia tahu keputusan ini tidak akan mudah. “Apa yang harus kita lakukan?” tanyanya.
Vincent menatapnya penuh harapan. “Aku ingin kita kembali, Kak. Mungkin kita bisa menjelaskan semuanya. Mungkin mereka akan mengerti.”
“Vincent…” Leon mencoba menyanggah, tetapi Varo segera memotong.
“Dengarkan, Leon. Kita tidak bisa kembali. Mereka sudah terjebak dalam dunia yang gelap dan tidak ada jalan untuk keluar. Kita perlu bergerak maju, mencari tempat yang lebih aman, dan memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.”
Leon merasa terombang-ambing antara kesetiaan kepada keluarganya dan keinginannya untuk melindungi Rian. “Tapi… mereka adalah keluargaku. Aku tidak bisa hanya meninggalkan mereka begitu saja,” ucapnya, suaranya bergetar.
“Apa kau rela mengorbankan dirimu untuk mereka? Apakah itu cinta?” Varo menatap Leon tajam, menantang pemikirannya. “Cinta yang sejati juga melibatkan melindungi orang yang kita sayangi dari bahaya.”
Leon merasakan amarah dan kebingungan dalam dirinya. Ia tahu Varo benar, tetapi rasa cinta dan tanggung jawab kepada keluarganya tidak bisa begitu saja diabaikan. Dalam hatinya, Leon merasa seperti terjebak di antara dua dunia yang saling bertentangan.
“Aku… aku perlu waktu untuk memikirkan ini,” ucap Leon, mengalihkan pandangannya ke jendela, menyaksikan sinar matahari yang mulai menyinari pagi.
Varo dan Vincent saling bertukar pandang, dan Leon dapat merasakan kekhawatiran yang mendalam di antara mereka. Rian berusaha tersenyum, tetapi Leon bisa melihat kesedihan di matanya. Leon merasa seolah-olah dia tidak hanya memutuskan masa depannya sendiri, tetapi juga masa depan adiknya.
Setelah beberapa saat, Varo memecah keheningan. “Mari kita keluar sebentar. Kita perlu mencari tahu situasi di luar. Setelah itu, kita akan merencanakan langkah selanjutnya bersama,” ucapnya, nada suaranya lembut namun tegas.
Leon mengangguk, meskipun perasaannya campur aduk. Mereka bertiga keluar dari tempat persembunyian mereka dan melangkah ke jalanan yang ramai. Suasana di luar terasa kontras dengan perasaan yang menggelayuti hatinya. Di luar, kehidupan tampak berjalan normal, tetapi di dalam dirinya, badai emosional sedang berkecamuk.
Mereka berjalan menyusuri trotoar, mencermati orang-orang yang berlalu-lalang, berusaha mencari tanda-tanda yang bisa membantu mereka menghindari masalah. Leon merasa dunia di sekitarnya seakan menertawakan ketidakberdayaannya. Dia ingin berteriak, ingin melawan, tetapi dia hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berbuat banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝐁𝐋] Kiss Me, Bicth!! [END✓ | New Version]
Teen FictionDalam dunia yang penuh intrik dan keputusasaan, Leon-seorang pemuda yang terjebak dalam utang keluarganya kepada seorang mafia yang ditakuti bernama Varo. Ketika ayahnya tidak mampu membayar hutang tersebut, Leon terpaksa dijual kepada Varo sebagai...