℘Kiss Me, Bitch | Persimpangan

1.4K 59 5
                                    

Malam itu, Leon terjaga dari tidurnya dengan keringat dingin mengalir di dahi. Suara sirene yang bergetar di kejauhan seakan menghantuinya, membawa kembali bayangan-bayangan kelam dari pelarian mereka. Ia menatap sekeliling, menemukan dirinya di dalam sebuah ruangan kecil dan suram, dikelilingi oleh Vincent yang tertidur lelap dan Varo yang sedang berdiri di dekat jendela, mengamati luar.

“Apakah semuanya baik-baik saja?” Leon bertanya, berusaha menahan kegelisahan di dalam hatinya.

Varo menoleh, senyum tipis menghiasi wajahnya, meski ada ketegangan di matanya. “Ya, kita aman untuk saat ini. Namun, kita harus segera mencari tempat yang lebih aman,” jawabnya.

Leon merasa gelisah. Ia menginginkan kepastian, tetapi kenyataan yang dihadapinya adalah ketidakpastian yang menakutkan. “Apa yang akan terjadi selanjutnya? Keluargaku pasti akan mencariku,” ucapnya, suaranya bergetar.

“Kita akan melawan mereka, Leon. Kau tidak perlu merasa terjebak lagi. Sekarang, kau punya pilihan,” kata Varo dengan tegas. Leon bisa merasakan ketulusan dalam suara Varo, yang menguatkannya di saat-saat sulit.

“Pilihan…” Leon merenungkan kata-kata itu. Dalam benaknya, ia merasa seolah hidupnya dipenuhi oleh pilihan-pilihan yang menyakitkan. Ia telah membuat keputusan untuk melarikan diri, tetapi itu hanya bagian dari perjuangannya.

Vincent terbangun, menatap Leon dengan tatapan bingung. “Kak, apakah kita sudah aman?” tanya adiknya, suaranya bergetar lembut.

Leon meraih tangan Vincent, menggenggamnya erat. “Kita akan baik-baik saja, Vincent. Bersama Varo, kita akan mencari jalan keluar dari semua ini,” jawabnya, berusaha meyakinkan adiknya.

Setelah beberapa saat, Varo memutuskan untuk bergerak. “Kita harus pergi. Semakin lama kita berada di sini, semakin besar risiko yang kita hadapi,” katanya sambil mengemas barang-barang mereka.

Leon merasa hatinya bergetar. Dia tahu bahwa keputusan ini akan memengaruhi hidupnya selamanya. “Varo, aku tidak ingin melawan keluargaku. Aku masih mencintai mereka, meskipun mereka terlibat dalam kejahatan,” ucapnya, suaranya penuh keraguan.

“Aku mengerti, Leon. Tetapi kau harus ingat, mereka yang memilih jalan itu. Kau tidak bertanggung jawab atas pilihan mereka. Yang terpenting adalah kau sekarang memiliki kesempatan untuk memilih jalannya sendiri,” jawab Varo, menatap Leon dengan serius.

Leon mengangguk, merasa beban di pundaknya sedikit berkurang. Dia berusaha menguatkan tekadnya. Mungkin ini saatnya untuk melangkah ke depan, meskipun hati kecilnya masih berkonflik.

Dengan langkah hati-hati, mereka meninggalkan ruangan sempit itu. Di luar, udara dingin malam menyambut mereka. Leon merasakan ketegangan di setiap serat tubuhnya. Mungkinkah mereka akan berhasil? Atau justru mereka akan terjebak lebih dalam dalam konflik yang tidak pernah mereka pilih?

Setelah berjalan beberapa menit, mereka tiba di sebuah jalan yang lebih ramai. Suara mobil dan langkah kaki terdengar di sekeliling mereka, menciptakan suasana yang menyita perhatian. Leon merasa terasing, seakan menjadi penonton di kehidupan orang lain.

“Di sini, kita bisa berbaur dengan kerumunan. Itu akan membantu kita menghindari perhatian,” Varo menjelaskan. Leon mengamati sekeliling, merasa cemas dan tidak nyaman, tetapi ada sesuatu yang membuatnya tetap mengikuti.

Saat mereka berjalan, Leon melihat berbagai wajah di sekelilingnya—wajah-wajah yang tidak mengenalnya, tetapi juga tidak menghakiminya. Namun, di dalam dirinya, dia merasakan kerinduan akan rumahnya. Dia tahu bahwa keputusan yang diambilnya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Rian dan masa depan mereka.

“Kita perlu mencari tempat untuk bersembunyi, setidaknya sampai semuanya tenang,” kata Varo, memecah keheningan.

Leon merasa hatinya berat. “Apa kau yakin kita bisa melakukannya?” tanyanya, matanya penuh keraguan.

“Dengan keberanian dan keputusan yang tepat, kita pasti bisa,” jawab Varo, menepuk bahu Leon dengan lembut. “Ingat, kau tidak sendirian. Aku ada di sini bersamamu.”

Setelah menjelajahi beberapa sudut jalan, mereka menemukan sebuah kafe kecil yang tampak sepi. Varo mengisyaratkan untuk masuk, dan mereka segera melakukannya. Di dalam, suasana hangat dan nyaman menyambut mereka, seolah memberi sedikit ketenangan di tengah kekacauan.

Mereka duduk di sudut yang tidak terlihat, sambil memesan minuman hangat. Vincent masih tampak gelisah, sementara Leon berusaha menenangkan pikiran yang kacau. Kafe ini memberi sedikit harapan, tetapi Leon tahu bahwa jalan di depan masih panjang.

“Leon,” Vincent memanggilnya, “apakah kita akan terus melarikan diri? Apakah kita tidak bisa kembali?”

Leon menatap adiknya, merasakan kerinduan dan kesedihan yang terpendam. “Aku tidak tahu, Vincent. Kita harus membuat pilihan yang tepat. Namun, kita tidak bisa membiarkan diri kita terjebak dalam kegelapan yang mereka pilih,” jawabnya, berusaha sekuat mungkin untuk meyakinkan adiknya.

Varo memperhatikan interaksi mereka, menyadari betapa beratnya beban yang dipikul Leon. Dia tahu bahwa keputusan ini lebih dari sekadar memilih untuk melarikan diri; itu adalah tentang menemukan jati diri di dunia yang tidak kenal ampun.

Di tengah ketegangan ini, Leon merasakan panggilan dari dalam dirinya. Dia harus membuat keputusan. Dia harus memilih—apakah akan melawan keluarganya, ataukah akan kembali dan terjebak dalam kegelapan mereka?

Dalam keheningan, Leon menatap jendela kafe, melihat bintang-bintang di luar. Dia merasa terhubung dengan bintang-bintang itu, dengan harapan dan kemungkinan yang tak terhitung. Mungkin, hanya mungkin, dia bisa menemukan jalannya sendiri.

Dengan tekad baru yang tumbuh di dalam hati, Leon tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Dan di sinilah, di persimpangan hidupnya, keputusan terbesar yang akan membentuk masa depannya menunggu untuk diambil.

---

.
.
.

To be continued.... ♡

Bagaimana pendapatmu tentang bab ini? Apakah semakin seru? Jangan ragu untuk berbagi pemikiranmu di kolom komentar dan beri bintang! ⭐️💬

Warning : Cerita ini sudah aku rombak total dari alur sebelumnya! Yang sudah baca silahkan dibaca ulang

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bicth!! [END✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang