℘Kiss Me, Bitch | Bayangan Pengkhianatan

2.8K 151 3
                                    

Tatapan ayahnya menghantam Leon seperti kilatan petir. Ruang kerja yang sebelumnya tenang dan nyaman kini terasa mencekam. Dalam beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Leon berdiri diam, hatinya berdegup kencang, seakan setiap denyut jantungnya bisa terdengar di seluruh ruangan.

“Apa yang kau lakukan di sini?” Ayahnya melangkah mendekat, suaranya terdengar rendah namun penuh dengan ancaman.

Leon berusaha menjaga wajahnya tetap tenang, meskipun di dalam hatinya ada perasaan takut yang membara. Flash drive di tangannya terasa seperti barang bukti yang akan menghancurkan hidupnya. Namun, dia tahu bahwa jika dia menunjukkan keraguan sekecil apa pun, ayahnya akan mencium bau kebohongan.

"Aku... sedang mencari beberapa dokumen lama, ayah. Kau tahu, aku akan menikah dengan Varo sebentar lagi," jawab Leon, berusaha terdengar santai.

Ayahnya tidak segera menjawab. Pria itu menatap Leon dengan tatapan penuh penilaian, seakan mencoba membaca pikirannya. Leon harus berjuang keras agar tidak mengalihkan pandangannya atau menunjukkan ketakutan. Di dunia mafia, kelemahan adalah undangan untuk kehancuran.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, ayahnya akhirnya menghela napas dan melonggarkan kerah kemejanya. "Pastikan kau tidak merusak sesuatu di sini, Leon. Ruang kerja ini menyimpan lebih banyak hal daripada yang kau pikirkan."

Leon menelan ludah. Ada makna tersembunyi dalam kata-kata itu, dan dia tahu ayahnya tidak sekadar bicara tentang dokumen.

“Aku tahu, Ayah. Aku akan hati-hati.”

Ayahnya tidak mengalihkan pandangan darinya saat melangkah keluar dari ruang kerja, meninggalkan Leon yang masih berdiri di tengah ruangan, tubuhnya tegang. Pintu tertutup perlahan di belakangnya, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa menit, Leon merasa bisa bernapas lagi.

Dia segera memasukkan flash drive ke dalam saku jasnya, memastikan tidak ada jejak yang tertinggal. Leon sadar, dia telah selangkah lebih dekat ke jurang bahaya. Jika ayahnya tahu apa yang sebenarnya dia lakukan, semua bisa berakhir dengan cepat. Dan itu tidak akan berakhir dengan baik.

---

Malam itu, Leon kembali ke apartemen Varo tempat yang sudah mereka runding kan untuk bertemu. Tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya masih berkecamuk. Sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan pertemuannya dengan ayahnya. Perasaan bersalah mulai menjalari dirinya, tetapi juga rasa takut yang semakin nyata. Ia tahu, waktunya tidak banyak.

Sesampainya di apartemen, Varo sudah menunggu di ruang tamu. Pria itu berdiri di dekat jendela besar, memandang pemandangan kota di bawah. Leon masuk dan langsung menuju meja, melemparkan flash drive ke atasnya dengan napas berat.

“Semua yang kau butuhkan ada di sini,” ujar Leon, suaranya penuh ketegangan. “Aku hampir tertangkap tadi.”

Varo menoleh, tatapannya penuh dengan ketenangan yang hampir menenangkan. Ia berjalan mendekat, mengambil flash drive itu dan menatapnya sebentar sebelum menyimpan benda kecil itu di dalam laci meja. “Kau melakukan pekerjaan bagus, Leon.”

“Bagus?” Leon tertawa getir, kepalanya tertunduk. “Aku hampir ketahuan, Varo. Jika ayahku tahu, aku mungkin sudah mati sekarang.”

Varo mendekat, meraih dagu Leon dan mengangkatnya sehingga mereka saling menatap. “Tapi kau tidak mati. Kau berhasil. Dan sekarang kita punya apa yang kita butuhkan untuk mulai menghancurkan mereka.”

Mata Leon berkilat-kilat, penuh dengan campuran emosi. “Dan apa selanjutnya? Apa kita akan langsung menyerang mereka?”

Varo menggeleng. “Tidak, belum. Kita harus cermat, Leon. Mereka terlalu kuat untuk kita serang secara langsung. Kita perlu memotong satu per satu sumber kekuatan mereka, menghancurkan bisnis mereka dari dalam. Butuh waktu, tapi kita akan sampai di sana.”

Leon menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan diri. Ia tahu ini adalah jalan yang dipilihnya, tapi setiap langkah yang ia ambil semakin membawanya lebih jauh dari kehidupan yang dulu ia kenal. Dan semakin dekat dengan kegelapan yang sekarang ia pijak bersama Varo.

“Bagaimana kalau mereka tahu sebelum kita siap?” Leon bertanya, suaranya pelan namun serius.

“Kita tidak akan membiarkan itu terjadi,” jawab Varo dengan penuh keyakinan. “Aku sudah menyiapkan rencana cadangan. Jika sesuatu berjalan tidak sesuai rencana, aku akan memastikan kau aman.”

“Tapi keluargaku…”

“Keluargamu adalah bagian dari masalah, Leon,” potong Varo dengan tegas. “Kau tidak bisa terus melihat mereka sebagai keluargamu. Mereka adalah musuhmu sekarang, dan kau harus mulai berpikir seperti itu.”

Kata-kata Varo terasa seperti pisau yang menusuk hatinya. Meski Leon tahu Varo benar, bagian dari dirinya masih berteriak menolak kenyataan itu. Tapi di saat yang sama, dia juga tahu bahwa keluarganya tidak akan ragu mengkhianatinya jika mereka tahu apa yang sedang dia rencanakan.

“Baiklah,” Leon akhirnya berkata, suaranya terdengar lelah tapi tegas. “Aku akan lakukan apa pun yang harus dilakukan.”

Varo tersenyum tipis. “Itu yang ingin kudengar.”

---

Beberapa hari berikutnya, Leon mulai melancarkan serangannya dari dalam. Ia terus berperan sebagai anak yang setia di depan keluarganya, sementara di balik layar, ia mengirimkan informasi penting kepada Varo. Setiap langkahnya terasa seperti berjalan di atas pisau tipis, di mana satu kesalahan saja bisa menghancurkan segalanya.

Sementara itu, Varo mulai menggunakan informasi yang diperoleh Leon untuk menghancurkan jaringan bisnis keluarganya. Sumber-sumber daya mulai lenyap, mitra bisnis keluarga Leon tiba-tiba mundur satu per satu. Semuanya terjadi dengan rapi, tanpa meninggalkan jejak yang bisa dilacak.

Namun, Leon tahu bahwa cepat atau lambat, keluarganya akan menyadari ada sesuatu yang salah. Dan ketika saat itu tiba, tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi.

---

Suatu malam, saat Leon sedang beristirahat di apartemen Varo, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk, dari nomor yang tidak dikenal.

“Kami tahu apa yang kau lakukan. Segera hentikan, atau semua yang kau cintai akan lenyap.”

Leon menatap pesan itu dengan jantung yang berdebar kencang. Ini adalah peringatan. Dan jika ia tidak hati-hati, semuanya bisa berakhir lebih cepat dari yang ia kira.

---
.
.
.

To be continued.... ♡

Warning : Cerita ini sudah aku rombak total dari alur sebelumnya! Yang sudah baca silahkan dibaca ulang

[𝐁𝐋] Kiss Me, Bicth!! [END✓ | New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang