Suasana di dalam gedung semakin mencekam saat Leon dan Vincent berlari melewati lorong-lorong gelap yang dipenuhi suara tembakan dan teriakan. Jantung Leon berdetak cepat, setiap langkahnya mengingatkannya pada apa yang dipertaruhkan—nyawa adiknya, Vincent, dan keputusan-keputusan berat yang harus diambilnya.
“Ke mana kita akan pergi?” tanya Vincent dengan suara bergetar, penuh ketakutan.
“Ke pintu belakang! Kita harus keluar dari sini!” jawab Leon, menahan rasa panik. Ia tak berani menoleh ke belakang, bisa merasakan ancaman yang semakin dekat. Ia harus menjaga Vincent tetap aman, apa pun yang terjadi.
Namun, saat mereka berbelok ke koridor yang lebih sunyi, ketegangan semakin terasa. Langkah Leon semakin berat, seakan keputusan yang akan datang menghantui setiap gerakannya—antara melindungi keluarganya atau mengandalkan Varo, antara melawan atau menyerah pada kegelapan yang sudah lama mengelilinginya.
“Leon!” Suara yang keras membuat Leon terlonjak. Di ujung koridor, berdiri Varo dengan wajah penuh kekhawatiran. “Apa yang kalian lakukan di sini? Kita harus pergi!”
Vincent berhenti sejenak, menatap Leon dengan tatapan tajam. "Aku tidak ingin pergi, Leon!" katanya tegas, suaranya terdengar penuh perlawanan. "Aku tidak butuh diselamatkan. Aku tidak akan meninggalkan mereka begitu saja."
Leon terkejut, menatap Vincent dengan campuran rasa marah dan sedih. "Vincent, ini bukan waktunya untuk keras kepala! Ini soal nyawa!" balas Leon, suaranya sedikit meninggi.
"Tidak, ini tentang dirimu! Kau yang ingin kabur, bukan aku!" Vincent balas berteriak, wajahnya penuh kebencian. “Kau pergi tanpa berpikir tentang yang lain!”
Sementara itu, Varo berdiri di sana, menatap Leon dan Vincent dengan penuh ketegangan. "Kita tidak punya waktu untuk ini! Mereka sudah tahu kita di sini. Kita harus segera pergi!" kata Varo dengan nada tegas, mencoba mengakhiri adu mulut itu.
Leon menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. "Vincent, aku melakukan ini demi kau. Sekarang kita harus bertahan hidup dulu."
"Tidak, Leon. Kau sudah lama meninggalkan mereka, sekarang aku yang harus melindungi mereka. Aku bukan anak kecil lagi yang perlu diselamatkan!" Vincent berkata dengan marah, membuat Leon merasa terpojok.
Namun, Leon tidak bisa menyerah begitu saja. "Vincent, tolong. Aku mohon, ikut aku sekarang. Kita tidak bisa melawan mereka sendirian. Kita butuh waktu dan rencana."
Vincent terlihat ragu, meskipun masih ada kebencian di matanya. Akhirnya, Leon meraih tangan Vincent dan menariknya ke arah Varo. Saat mereka berlari, Leon merasakan tatapan penuh harapan dari Varo, seolah mengatakan bahwa semua ini akan segera berakhir—jika mereka bisa bertahan sedikit lebih lama.
Akhirnya, mereka sampai di pintu belakang yang mengarah ke luar gedung. Namun, saat mereka membuka pintu itu, mereka disambut dengan pemandangan yang mengejutkan. Sekelompok pria bersenjata menunggu di luar, menghalangi jalan mereka.
"Siapa yang berani pergi?" teriak salah satu pria dengan suara mengancam. "Kalian tidak akan bisa melarikan diri!"
Leon merasa jantungnya berdetak semakin kencang. "Vincent, bersembunyi di belakangku!" serunya, menempatkan dirinya di depan adiknya. Vincent mengikuti perintahnya, tetapi Leon tahu bahwa mereka tidak akan bisa menghadapi situasi ini sendirian.
"Varo, kita butuh rencana!" Leon berkata, suaranya penuh ketegangan. Varo terlihat berpikir cepat, mencoba mencari jalan keluar dari situasi ini.
"Jika kita bisa mengambil senjata salah satu dari mereka, kita mungkin bisa membuat jalan," Varo menjawab, matanya tajam menilai situasi.
Leon mengangguk, berusaha menenangkan. diri. "Oke, aku akan distract mereka. Saat aku memberi sinyal, kamu dan Vincent ambil senjatanya!"
Leon mengambil napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk menghadapi pria-pria bersenjata itu. Dengan keberanian yang terpaksa, dia melangkah maju. "Hei! Kami bukan ancaman! Kami hanya ingin pergi!" teriaknya, berusaha menarik perhatian mereka.
Salah satu pria bersenjata menoleh, tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja? Keluarga kalian adalah bagian dari bisnis ini!" dia mengacungkan senjatanya. Leon merasakan keringat dingin mengalir di dahinya.
"Leon, jangan!" Vincent berteriak, tetapi Leon sudah terlanjur melangkah lebih dekat. la ingin mengalihkan perhatian mereka agar Varo dan Vincent bisa mencari kesempatan untuk mengambil senjata.
"Dengarkan aku! Kami tidak ingin terlibat! Kami tidak tahu apa yang dilakukan keluarga kami!" Leon berusaha menjelaskan, bersikap seolah-olah tidak ada ancaman.
Dengan ketidakberdayaan yang semakin mendalam, Leon merasakan kemarahan dan ketakutan berbaur. "Aku tidak ingin terlibat!" teriaknya, suaranya menggema di dalam lorong.
Satu-satunya cara untuk melindungi Vincent adalah dengan mengambil risiko. Dengan keberanian yang tersisa, Leon berteriak, "Sekarang, Varo!"
Saat Varo meluncur maju, Leon melihat kesempatan itu. Dalam sekejap, Varo berhasil merebut senjata dari salah satu pria bersenjata. Dalam sekejap, keadaan berubah menjadi kekacauan. Suara tembakan memecah kesunyian, dan Leon merasa adrenalinnya memuncak.
"Vincent, pergi!" Leon berteriak, mendorong adiknya ke arah pintu. Varo dan Leon berjuang melawan pria-pria bersenjata yang tersisa, setiap detik terasa seperti seabad.
Leon berjuang keras, menghindari setiap serangan sambil tetap fokus pada satu tujuan-melindungi Vincent. Dalam pertempuran itu, Leon menyadari bahwa dia tidak hanya berjuang untuk adiknya, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Dia tidak ingin hidup dalam bayang-bayang keluarganya selamanya.
Akhirnya, saat tembakan terakhir terdengar, Leon meraih tangan Rian dan menariknya ke arah Varo. "Ayo, kita pergi sekarang!" serunya, dan mereka berlari bersama, menyusuri jalan menuju kebebasan.
Saat mereka keluar dari gedung, Leon merasakan napas lega. Namun, ketegangan di dalam dirinya belum sepenuhnya hilang. Dalam perjalanan mereka menuju tempat aman, Leon menyadari bahwa keputusan yang harus diambilnya semakin mendekat. Apakah dia siap untuk meninggalkan semua yang dikenalnya demi kebahagiaan yang baru?
Malam itu menjadi malam yang menentukan-antara memilih masa lalu yang penuh luka atau melangkah ke arah masa depan yang tidak pasti, di mana cinta dan pengorbanan menanti. Leon tahu, pilihan itu akan mengubah hidupnya selamanya.
---
.
.
.To be continued.... ♡
Bagaimana pendapatmu tentang bab ini? Apakah semakin seru? Jangan ragu untuk berbagi pemikiranmu di kolom komentar dan beri bintang! ⭐️💬
Warning : Cerita ini sudah aku rombak total dari alur sebelumnya! Yang sudah baca silahkan dibaca ulang
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝐁𝐋] Kiss Me, Bicth!! [END✓ | New Version]
Genç KurguDalam dunia yang penuh intrik dan keputusasaan, Leon-seorang pemuda yang terjebak dalam utang keluarganya kepada seorang mafia yang ditakuti bernama Varo. Ketika ayahnya tidak mampu membayar hutang tersebut, Leon terpaksa dijual kepada Varo sebagai...