Chapter 23 : This Moment .

106 8 0
                                    

Setelah melakukkan transaksi pembayaran, aku berjalan terlebih dahulu menuju luar kafe. Saat sampai di parkiran dan kemudian masuk kedalam mobil, entah mengapa suasana mendadak senyap. Dia juga terlihat fokus menyetir. Hanya terdiam dan bahkan tak ada yang mau membuka obrolan terlebih dahulu. Dirasa krik-krik. Ku nyalakan saja radio tape, lalu sengaja ku keraskan suara volume dan kualihkan pandangan ke arah luar jalan. Entahlah dia mau bawa aku pergi kemana lagi, aku sudah tak perduli.

••••••••••

Kulihat hari semakin malam, jalan semakin ramai dan keheningan-pun masih saja terjadi.
Tiba-tiba saja mobil berhenti tepat di sebuah mini market. Dia terlihat membuka seatbelt dan membuka pintu mobil lalu pergi keluar begitu saja tanpa sepatah kata. Dia terlihat berjalan masuk mini market, tanpa pedulikanku sendiri di dalam mobil.

Jujur saja saat ini aku ingin marah, kesal, bahkan ingin sekali keluar dari mobil ini dan pergi jauh darinya. Tapi, kurasa semua itu tak perlu. Terlalu kekanak-kanakan. Lihat saja, sampai kapan dia akan mendiamiku seperti ini tanpa alasan yang jelas.
Sebenarnya apasih yang membuatnya seperti itu? Maksud ku, kesalahan apa yang sedang kubuat padanya. Tak biasanya dia seperti ini, apa karena pekerjaannya? Tapi seingatku tak ada pekerjaannya yang terbengkalai, sekalinya-pun ada, pasti dia akan cerita padaku, sesuai kesepakatan kami tempo hari.

Baru saja aku memikirkan-nya, kini pintu mobil terbuka dan tak lama dia masuk kedalam mobil. Dia membawa tas belanjaan, lalu mengambill barang belanjaannya di dalam tas itu. Karena sadar aku sedang memerhatikannya, dengan cepat aku langsung membuang pandangan kearah jalan.
Terdengar jelas suara bising krasak-krusuk bungkus makanan. Seketika saja pundakku terasa seperti ditekan-tekan oleh sentuhan jari telunjuk. Karena reflek, aku langsung membalikkan badan dan kini pandanganku tertuju pada es krim dan dua buah cokelat tepat berada didepanku yang telah digenggam olehnya. Ya, dia menyodorkan es krim dan cokelat itu padaku sambil melihatkan ekspresi wajah yang murung namun terlihat lucu. Seperti bocah 5 tahun yang telah dimarahi oleh Ibunya. Sontak membuatku tertawa lepas setelah melihat ulahnya itu, yang lalu di balas oleh tawa renyahnya. Dan kini suasana kembali normal.

Di saat aku sedang asik memakan es krim pemberiannya, dia-pun membuka obrolan.

"Yang?" Panggilnya, sambil memakan es krim dan kemudian dia mulai bertanya. "Kamu kenapa diem aja dari tadi?" Mendengar pertanyaannya tersebut, membuatku balik bertanya.

"Loh, bukannya kamu ya yang diemin aku dari tadi?"

"Eumm... abis aku kesel aja tadi"

"Kesel maksudnya?"

"Ya kesel aja, ngeliat kamu ngobrol sama orang itu"
Mendengarnya, lantas membuatku berfikir. Oh Bio! Ternyata dia melihatku berbicara dengan Bio, Pria yang ku kira ber-profesi sebagai waiter dan ternyata adalah pendiri di kafe itu. Pantas dia kelihatan marah sekali padaku.

"Yang waiter di kafe itu?"
Tanyaku sambil melihat mukanya.

"Iya"

"Oh, namanya Bio yang"

"..." Dia telihat diam. Terpancar jelas wajah kesal yang dia tahan.

"Kenapa yang, kamu jealous?" Tanyaku padanya dengan nada mengejek.

"Nggak. Biasa aja" Berbicara singkat sambil kembali menyetir. Tak lama dia berbicara lagi.
"Lagian ngapain sih dia ngajakin kamu ngobrol. Udah tau udah ada suami"

"Iyaya, apalagi suaminya galak. Kayak anjing herder hahaha"

"Seneng deh kamu, liat aku kesel"

"Hahaha" Cubitan gemasnya itu telah mendarat dipipiku.

PINK SATURDAY [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang