Chapter 26 : Who Is She ?

20 2 0
                                    

Drrrtt... drrrrtttt...

Alarm handphone ku berbunyi, yang berhasil membangunkan ku untuk kembali beraktifitas. Hoam!!!! Kulihat layar serta jam di handphone dengan mata setengah terbuka "Hari sabtu... ASTAGA JAM ENAM!!" Buru-buru aku terbangun dari bantal yang super empuk ini. Kulihat Gio masih tertidur pulas sekali. Dengan cepat aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan cepat ke kamar mandi.

Ku basuh air ke seluruh wajah, segar sekali rasanya dan tak lupa juga untuk menggosok gigi. Selesai menggosok gigi lalu berkumur, seketika aku melihat ke arah cermin secara dekat. Ternyata wajahku sudah memiliki beberapa kerutan halus, terdapat pula bulu-bulu tipis dibagian atas bibir dan juga di bagian dagu. Menandakan kini aku sudah mulai menua dan tidak muda lagi. Ku ambil krim wajah anti aging dan tak lupa juga alat cukur bulu untuk kumis dan janggut.

••••••••••

Seperti biasa dengan rutinitasku, apalagi kalau bukan sebagai Bi Ijah. Di awali dengan membersihkan setiap ruangan, di lanjut dengan memasak untuk sarapan.

Di saat sedang memotong-motong sayuran, adaaa saja kelakuan pria satu itu. Entah mandi lupa bawa handuk lah, shampoo habis lah, lalu bertanya sudah jam berapa lah dan sebagainya.

"Masak apa kamu sayang?" Tanyanya berdiri tepat di belakangku. Yang langsung kujawab sambil menggoreng telur mata sapi untuknya.

"Nih, masak yang simpel-simpel aja. Niatnya sih aku mau buat bubur ayam, eh malah kesiangan. Aku goreng telur mata sapi aja deh, gakapapa kan?"

"Iya sayang, gapapa kok emmm..."
Di acak-acaknya rambutku yang masih setengah kering ini, untungnya apapun yang selalu ku masak untuknya, tak pernah dia mengeluh ataupun berkomentar. Pasti makanannya selalu habis tak tersisa .

Gio sudah duduk di kursi meja makan, sambil menyendokkan nasi untuk dituang kepiringnya. Ku letakkan semua hidangan diatas meja, lalu kami mulai sarapan.

Di saat sedang menyantap makanan ini, seketika aku mengingat sesuatu. Oh iya aku baru ingat. Hari ini kan opening kafe barunya Bio yang di Jakarta. Ya Bio teman baruku itu loh, padahal belum lama dia mengingatkanku untuk datang. Ya ampun, kenapa aku bisa lupa gini sih.

Apa aku ajak Gio aja ya, agar ada yang menemaniku. Bio sih memintaku ku untuk mengajak Gio, tapi aku tak yakin Gio mau ikut.

"Gimana ya..."

"Kenapa kamu."
Mungkin kebingunganku ini terbaca olehnya. Dengan raut wajah yang bingung dia bertanya padaku.

"Ya sayang?"

"Barusan kamu keliatan kebingungan gitu,kenapa. Ada apa?"

"Ituloh, temen aku hari ini ada acara pembukaan kafe barunya di daerah selatan." Gio mengangguk-anggukan wajahnya, sambil menyendokkan nasi kedalam mulutnya. Lalu aku lanjut bicara lagi.

"Nah acaranya jam 3 sore. Kamu mau ikut temenin aku gak sayang?"

"Siapa sayang temen kamu? Dimas,Lilian apa Kak Riri?"

"Bukan sayang... itu si Bio."

"Bio?"
Seketika dia berhenti mengunyah makanannya. Dia menatapku dengan raut wajah kesal dan terlihat tak suka mendengar nama itu.

"Iya, Bio yang Founder kafe di bukit puncak kemarin itu.. dia minta aku buat dateng."

"Sejak kapan kamu bertemen sama dia. Kamu aja baru kenal kan? Aneh, tiba-tiba dia bisa undang kamu buat dateng ke acaranya."
Aku males nih kalau dia sensi begini. Sudah tau ujungnya akan kemana-mana.

"Ya aku gak tau, aku juga bertemen sama siapa aja, kan kamu tau sendiri. Lagi pula aku gak aneh-aneh ini."

"Kalau dia yang sampe aneh-aneh ke kamu. Gimana?"
Kan, apa aku bilang pasti bakalan adu argumen nih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PINK SATURDAY [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang