Jangan lupa ya untuk di "VOTE" terlebih dahulu sebelum membaca !👌
Setelah sebulan Davian pergi dan menetap di Negeri Paman Sam. Kami sering sekali bertegur sapa lewat whatsapp dan sesekali kami juga ber videocall-an. Gio juga tak masalah kalau aku berkomunikasi dengan Davian. Malah setiap aku dan Davian sedang ber videocall-an, Gio selalu ada disampingku. Jadi, aku tak perlu bermain kucing-kucingan seperti kebanyakan orang yg takut tertangkap basah dengan pasangannya karena berkomunikasi dengan pria lain.Apalagi hubunganku dengan Gio, akhir-akhir ini bisa dibilang semakin mesra dan intense. Bagaimana tidak? Setiap hari sabtu dan minggu, kami selalu menghabiskan waktu berdua seperti layaknya kebanyakan sepasang kekasih pada umumnya. Dimulai dari menonton film bersama, makan, jalan-jalan, hingga tidurpun kami bersama! Tak heran kalau Gio sering memaksa untuk menginap dirumahku dengan beralasan kalau tidurnya tak akan nyenyak. Di hari-hari biasa pun juga dia selalu menghubungiku, menanyakan kabar dan bercerita banyak hal. Dari yg ter-penting hingga cerita yg sangat ter-absurd menurutku. Tapi dibalik itu semua, rasa sayangku padanya kian bertambah. Bunda juga sering mewanti-wanti padaku, kalau aku tak boleh sampai putus dari Gio dan harus selalu mengerti atas kemauan Gio. Akupun selalu meng-iyakan segala keinginan Bunda atas hubunganku dengan Gio itu. Tanpa Bunda bilang pun aku akan selalu mengerti semua sifat dan kemau-annya. Selama semua itu positif apalagi keinginan Bunda adalah yg terbaik untukku, mengapa tidak?
••••••
Di jum'at pagi ini, aku sudah di sibukkan dengan menge-pack pakaian yg akan ku bawa nanti untuk berlibur bersama Gio. Sebenarnya sih aku malas sekali. Tetapi karena kemauan Gio dan bujukan dari Bunda, akhirnya aku menuruti saja permintaannya itu. Sudah lama juga sih sebenarnya aku dan Gio tak berlibur lagi. Terakhir kali kita pergi ke Puncak Bogor, itupun juga bisa dibilang bukan untuk berlibur-an. Dirasa sudah cukup aku menge-pack semua pakaian didalam koper, segeralah ku ambil handphone serta menghubungi Gio untuk memastikan pukul berapa kami akan berangkat.
Sampai lupa, hingga saat ini aku tak tahu kemana Gio akan mengajakku berlibur dan berapa lama waktu yg akan kami habiskan disana. Tentunya aku juga tak akan menanyakannya, takut dia berbicara "yauda sih ikut aja." atau lebih parahnya "kamu bawel banget sih, tinggal ikut aja." itulah yg membuatku anti menanyakannya, walaupun ku tau Gio tidak akan berbicara seperti itu.Selesai mandi dan sudah selesai juga melakukan ritualku, apalagi kalau buka ber-makeup. Dengan cepat aku bersiap-siap dengan memakai pakaian casual yg agak santay, kini aku sudah siap untuk berlibur-an bersama Gio. Ku ambil tas koper ini, lalu kubawa ke ruang tamu agar tak memakan waktu bila dia harus mengambil tas koperku dikamar. Sebenarnya ada alasan lain sih, aku tak mau terlalu manja saja dengannya dan tak mau banyak mengeluh. Selagi bisa kulakukkan semua sendiri, untuk apa aku bergantung pada orang lain sekalipun dia itu adalah pacarku sendiri.
Sesampainya dibawah, koper pun juga sudah kuletakan di dekat sofa. Tak lama terdengar suara mobil, tandanya Gio sudah datang untuk menjemputku. Kulihat Bunda sedari tadi sedang sibuk didapur, akupun segera menghampiri Bunda didapur.
Kulihat Bunda sedang membuat banyak sekali masakan, tumben sekali Bunda memasak sebanyak ini. Baru saja Bunda ingin menaruh masakannya kedalam kotak makan lumayan besar. Dengan cepat aku bertanya pada Bunda. "Bund, tumben banget masak sebanyak ini?" Terlihat Bunda sangat terkejut dengan kehadiranku didapur secara tiba-tiba.
"Eh, Fafa... bikin kaget aja deh kamu. Ini loh Bunda abis bikinin bekal buat kamu dan Gio. Bunda gamau yah kalian makan-makanan yg sembarangan, apalagi perjalanan kalian jauh pasti. Kalau tiba-tiba perutnya sakit dipertengahan jalan gimana?" Ya begitulah Bunda, selalu memberikan jawaban yg sangat-sangat detil.
"Sebanyak ini Bund? Mana mungkin aku sama Gio bisa ngabisin semuanya..." Bunda yg benar saja, melihat 4 tempat makan ini saja aku sudah merinding. Bagaimana cara untukku menghabiskannya? Belum selesai membayangkan kotak makanan yg besar ini, Gio berbicara yg membuat aku dan Bunda terkejut.
"Tenang aja... pasti masakan Bunda kamu ini, bakalan abis kok. Memangnya Tante masak apa sih? Eh iya lupa! Assalamualaikum Tante." Dasar tamu tidak sopan main masuk nyelonong saja hufft.
"Wa'alaikumssalam. Ini loh Yo, Tante masakin pesenan kamu kemarin."
"Hah? Pesanan?"
"Eh eunggg... Buruan yu Fa, nanti kita telat ke Bandara loh. Koper kamu udah aku taro bagasi tadi"
"Wait! Bandara? Kotak makanan ini? Sebenernya kamu mau ajak aku kemana sih Yo!"
"Eummm, Tante aku izin berangkat dulu ya. Sini tante biar aku aja yg bawa kotak makannya. Assalamualaikum."
"Eh, Wa'alaikumssalam Yo."
"Gio! Ahh. Kebiasaan deh dia ini, selalu bikin kesel. Dasar cowok sok mysterius!" Melihat Gio barusan, benar-benar membuat darahku naik. Sampai tak sadar kalau sekarang ini aku masih didapur bahkan berada disamping Bunda.
"Ngomong apa kamu barusan Fa?"
"Nggak Bunda, yauda aku izin berangkat dulu ya Bund. Assalamualaikum." Takut Bunda mengomel padaku, segera ku izin pada Bunda untuk pergi bersama Gio.
"Iya sayang, Walaikumssalam. Hati-hati kamu dijalan dan jangan berantem!"
"Iya, iya... siap Bunda!" Aku lansung menemui Gio yg sudah duduk dikursi pengemudi dengan raut wajah yg sangat riang. Dasar cowok aneh!
Setelah masuk kedalam mobil, Gio menyalahkan mesin mobilnya dan kembali berbicara kapadaku.
"Udah siap?" Tanyanya padaku, yg hanya ku jawab dengan "Hemmm." Diapun berbicara lagi.
"Hahaha. Ok, let's go!!" Mobilpun berjalan menuju Bandara.••••••
Selama 2 jam perjalanan menuju Bandara, aku hanya terdiam malah aku sampai tertidur karena saking bingung harus ngapain. Setelah terbangun dari tidur, kami sudah berada di kawasan Bandara ternyata. Setelah sampai diparkiran, akupun keluar dari mobil dan menuju garasi untuk mengambil tas koperku. Setelah mengambil koper kami berjalan menuju kedalam lobby Bandara. Kami sudah sampai dilobby, aku disuru menunggu terlebih dahulu oleh Gio. Karena dia mau mengurus tiket yg sudah dia pesan sebelumnya di kasir. Sembari menunggu, akupun menduduki kursi besi yg tersedia di area lobby ini. Beberapa menit aku mengecek handphone dan beberapa foto di akun jejaring sosial milikku. Ada yg memegang pundakku. Paling juga itu Gio, aku pun menghiraukannya. Tapi tina-tiba saja.
"Kak Fafa!!" Suara itu... dengan cepat kulihat arah belakang.
"Lili! Hasbi! Kok kalian bisa disini juga?"
Ternyata yg memegang pundakku barusan adalah Lilian. Aku tak percaya Lilian dan Hasbi bisa berada disini juga. Lalu aku, Lilian dan juga Hasbi mengobrol ringan sambil menunggu Gio datang.Selang beberapa jam akhirnya Gio datang juga, kulihat dari kejauhan dia telah menelfon seseorang. Dengan siapa ya Gio menelfon? Ah, palingan juga orang rumah atau kerabat terdekatnya. Aku tak boleh berburuk sangka padanya, belum tentu apa yg ada didalam fikirannku itu benar. Gio berjalan tak jauh dariku dengan cepat aku mengalihkan muka, agar dia tidak berfikir macam-macam. Gio menghampiri kami bertiga dan mengambil tas miliknya dan koper milikku. Setelah aku berdiri, tiba-tiba saja aku dikejutkan kembali oleh seseorang.
"Kak Fafa!!! Liliii!!!" Astaga, itu Dimas! Ada apa ini sebenarnya? Tetapi Dimas tidak sendiri, dia terlihat bersama seorang pria. Siapa pria itu? Aku tidak pernah bertemu dengan dia sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK SATURDAY [BxB]
RomanceDia adalah, sosok teman semasa kecilku. Yang membuatku selalu merasa nyaman, terjaga, dan membuatku menyukainya hingga saat ini. Ya, dia adalah Giordino Prawira. Pria kecil polos, yg kini telah berubah menjadi sosok Pria dewasa berparas tampan. Gio...