Chapter 46

2.6K 241 58
                                    

"Hiks tidak mau! I don't want to go to school, daddy!"

"Kenapa? Princess ingin menjadi dokter seperti mommy, kan? Dulu mommy rajin pergi ke sekolah." Harvey berusaha melepaskan pelukan Lily, namun putrinya itu tidak mau melepaskannya.

"Mau pelgi bermain hiks hiks, tidak mau pelgi ke sekolah!" Jeritan Lily semakin kencang hingga membuat Harvey terdiam, bocah berusia 4 tahun itu berteriak tepat di telinganya dan itu sangat menyakitkan.

"Lepaskan dulu, kita berbicara dengan baik-baik." Ucap Harvey dengan lembut.

Lily melepaskan pelukannya dan duduk di ranjang, wajah cantiknya sudah berhamburan air mata.

Harvey terkekeh melihat putrinya, ia tahu itu hanya air mata buaya. "Baiklah, sekarang katakan kepada daddy. Kenapa princess tidak mau pergi ke sekolah?" Tanyanya sembari menyeka air di kedua pipi chubby Lily.

Lily memainkan tali bathrobe-nya. "Ingin melihat baby Flozen." Lirihnya.

"Nanti setelah pulang sekolah saja, ya?" Bujuk Harvey.

Mata bulat Lily langsung berkaca-kaca, bibirnya bergetar bersiap untuk menangis kembali.

Harvey menghela napas pelan. "Ya sudah, hari ini tidak usah bersekolah. Tapi besok harus pergi ke sekolah, tidak boleh ada alasan apapun."

Lily mengusap air matanya dan langsung tersenyum senang. "I'am plomise daddy." Ucapnya menyodorkan jari kelingking pada sang ayah.

Harvey tersenyum, ia mengaitkan jarinya pada jari mungil Lily. "Ya sudah, sekarang bersiap bersama nanny dulu. Nanti melihat baby Frozen bersama nanny Hesa."

"Tidak mau!"

Alis tebal Harvey langsung berkerut bingung. "Apanya yang tidak mau?"

"Mau melihatnya belsama daddy~" Rengek Lily.

"Daddy harus bekerja, princess tidak lihat daddy memakai jas?" Tanya Harvey dengan pelan.

"Tidak mau bersama nanny Hesa, mau bersama daddy~"

"Princess-"

"Ya sudah bersama mommy saja!" Lily hendak turun dari ranjang, namun Harvey segera mengangkat tubuh putrinya untuk duduk di ranjang kembali.

"Fine, bersama daddy saja. Tapi sekarang princess berganti baju bersama nanny, oke?"

Lily mengangguk dengan bersemangat.

Harvey menghela napas dengan pasrah, ia beranjak keluar dari kamar setelah kedua nanny masuk.

Dengan hati-hati Harvey membuka pintu kamarnya agar tidak membangunkan tidur cantik istrinya.

Pria tampan itu tersenyum menatap wajah Yola yang terlihat begitu damai, setelah puas memandangi istrinya, Harvey masuk ke dalam walk-in closet untuk berganti pakaian.

Tak beberapa lama, Harvey keluar dari walk-in closet. Ia tersenyum saat melihat Yola sudah bangun dari tidur cantiknya.

"Kau tidak pergi bekerja?"

Harvey berjalan cepat menuju ranjang dan duduk di tepinya. "Princess ingin melihat baby cheetah milikmu."

Alis Yola berkerut tipis. "Kenapa tidak nanti saja? Lil-"

"Dia terlalu kecil saat kita menyekolahkannya, biarkan dia bermain-main." Ucap Harvey seraya membantu Yola untuk duduk.

Yola menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. "Kau akan menemaninya?"

Harvey mengangguk. "Aku tidak ingin dia merasa tersingkirkan. Kau tahu sendiri, princess sering bertanya kenapa kau jarang menemaninya."

"Aku juga ingin menemaninya, ta-"

TOXIC PARTNER 1: AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang