Chapter 15

3.2K 276 72
                                    

Mobil jenis McLaren 720s itu berjalan dengan kecepatan penuh. Tak ada pembicaraan apapun di dalam mobil, Yola fokus menyetir sedangkan Harvey melipat kedua tangannya di depan dada dengan santai.

Keterampilan menyetir yang begitu apik, membuat Harvey yakin bahwa gadis di sampingnya itu bukanlah gadis biasa. "Kau pasti belum punya surat izin mengemudi."

"Itu tidak penting, asal bisa menyetir dengan selamat." Balas Yola.

Tak beberapa lama mereka sampai di stasiun Boston Train Center, sebuah sleeper train terbesar di Massachusetts.

"Untuk apa kita ke mari?" Decak Harvey dengan heran.

Yola tidak menjawabnya, gadis cantik itu memilih untuk mengenakan tas ranselnya dan turun dari mobil. Hal itu memaksa Harvey untuk beranjak turun juga.

Belum juga Harvey mengucapkan sesuatu, tubuh pria itu ditarik oleh Yola untuk naik dan masuk ke dalam stasiun.

"Kita mau kemana? Jangan main-main niñita!"

Yola mengajak Harvey untuk menerobos masuk ke dalam kereta begitu saja. Setelah melewati beberapa lorong, keduanya berhenti di depan kamar, Yola mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menempelkannya di pintu.

"Tiket?" Alis tebal Harvey berkerut, sepertinya gadis ini memang ingin menculiknya.

Ia bisa saja pergi meninggalkan gadis kecil itu, tapi entah mengapa Harvey jadi penasaran dengan gadis yang sedang bersamanya saat ini.

Keduanya masuk ke dalam kamar di kereta, Yola langsung menutup dan mengunci pintunya. Sedangkan Harvey memilih duduk di sofa sembari mengamat gadis berseragam SHS itu dari atas sampai bawah.

 Sedangkan Harvey memilih duduk di sofa sembari mengamat gadis berseragam SHS itu dari atas sampai bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yola membalikkan tubuhnya dan menatap Harvey dengan seringaian, "Akhirnya kita bertemu juga."

Harvey tertawa pelan, "Sebenarnya siapa kau? Pembunuh bayaran?" Kekehnya.

"Aku adalah seseorang yang diciptakan untuk mendampingimu."

Lagi-lagi Harvey tertawa, "Semua orang diciptakan secara sepasang, kecuali aku."

"Kenapa?" Tanya Yola dengan heran.

"Cinta hanya membuat seseorang lemah." Kekehnya.

Ia percaya akan adanya cinta karena melihat kakek nenek serta kedua orang tuanya. Namun Harvey tidak ingin mencintai siapapun, karena hal itu akan menjadi kelemahan baginya.

Dan Harvey tidak ingin punya kelemahan.

Yola terdiam mendengarnya, ia memilih mengalihkan pandangannya ke arah luar saat kereta mulai berjalan.

"Kelas berapa kau?"

Pertanyaan itu membuat Yola menatap Harvey kembali, "Kelas dua."

"Tujuh belas tahun?"

TOXIC PARTNER 1: AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang