Darren Leonelle Barrack.
Nama bayi tampan yang sudah beberapa minggu hadir di tengah-tengah keluarga bahagia Harvey dan Yola.
"Dia sangat mirip denganmu."
Harvey tersenyum senang. "Tentu saja, princess Lily sudah mirip denganmu. Jadi biarkan prince Darren mirip denganku."
"Dia pasti tidak akan senang dipanggil prince." Kekeh Yola.
"Jangan sok tahu."
"Hei aku mommy-nya, jadi aku tahu perasaannya." Balas Yola.
"Kau pikir aku ini siapanya Darren?!" Dengus Harvey.
Yola memutar bola matanya malas, pandangannya beralih pada jembatan yang menunjukkan sebuah mobil berjalan mendekat.
"Princess sudah pulang, aku akan menemuinya." Yola mengusap lembut pipi putranya sebelum beranjak pergi.
"Nanti aku menyusul."
Yola hanya bergumam menanggapinya, ia berjalan cepat menuju ruang tengah untuk menyambut Lily yang pulang dari sekolah.
"Princess-"
"Hiks hiks mommy hiks hiks." Lily berlari dan memeluk ibunya sembari menangis histeris.
"Ada apa sayang?" Tanya Yola dengan panik, namun Lily hanya menangis saja.
Revo masuk ke dalam rumah dengan membawa tas sekolah Lily. "Saat pulang sekolah tiba-tiba dia menangis, saya sudah mencoba bertanya berulang kali, namun princess hanya diam dan menangis." Jelasnya saat tahu arti tatapan Yola.
Yola menghela napas pelan. "Terima kasih Revo." Ucap Yola menerima tas putrinya.
"Saya permisi madam." Revo membungkukkan tubuhnya sebelum beranjak keluar rumah.
Yola mengajak Lily ke ruang tamu, ia mendudukan tubuhnya putrinya di atas paha. "Princess hei, ada apa? Kenapa menangis?" Yola menghapus air mata Lily.
"Hiks tidak mau pergi ke sekolah lagi hiks hiks." Ujar Lily dengan terisak.
"Kenapa begitu, princess?" Tanya seorang pria di belakang Yola.
Lily memainkan rambut ibunya. "Besok adalah familly day, teacher meminta agar seluruh siswa melukis anggota keluarga."
"Lalu ada apa? Princess sangat pandai melukis bukan?" Yola merapikan rambut Lily yang berantakan.
"Teman-teman Lily mempunyai 2 gramp dan 2 nana, tapi Lily...... Hiks hiks Lily kan tidak punya gramp dan nana." Lily memeluk leher Yola dan menangis kembali.
Lidah Harvey dan Yola langsung terasa kelu, keduanya terdiam saat mendengar ucapan putri mereka.
Selama ini Lily tidak pernah bertanya apapun tentang kehidupannya. Ia tidak pernah bertanya kenapa dia hanya punya ayah dan ibu, kenapa ia hidup di tengah hutan, dimana seluruh anggota keluarganya dan kenapa mereka tidak pernah menemuinya.
Ini adalah pertama kalinya Lily membahas tentang kakek dan neneknya.
"Sepertinya Darren lapar, berikan dia susu sayang."
Yola melepaskan pelukan putrinya, ia menatap wajah sembab Lily. Yola memberikan kecupan di kening putrinya sebelum menurunkan tubuh Lily untuk duduk di sofa.
Yola berganti menggendong Darren dan segera melesat pergi.
Harvey langsung menggendong tubuh Lily dan menenangkan putrinya. Ia membawa Lily untuk melihat danau indah di halaman belakang.
"Sudah princess, jangan menangis."
Harvey duduk di bangku depan danau, ia menatap Lily yang masih terisak kecil. Mata cantiknya bengkak dan hidungnya memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC PARTNER 1: Affair
CasualeB The Series- Benedict 3 Harvey Benedict & Yolanda Mackenzie Ketika racun bertemu dengan racun. Melukai untuk mempertahankan, meracuni untuk mencintai atau menusuk untuk menyayangi? Entah itu cinta atau obsesi, semua tidak ada artinya jika tidak sa...