"MAU LO APA SIH, ANJING?" tanya Alister berteriak.
"Gue mau Artorius mengakui kekalahan atas Lamor, dengan begitu dia bebas," jawab Rico.
Zuzu yang mendengar itu menggelengkan kepalanya, dia merasa tidak pantas untuk dijadikan pilihan. Zuzu ingin diselamatkan tapi tidak ingin egois karena memikirkan diri sendiri.
Zuzu terus menggelengkan kepalanya, bagaimanapun juga Artorius sudah ada sebelum dirinya ada dan itu rumah kedua bagi anggota Artorius. Zuzu merasa lebih baik dirinya menjadi korban daripada semua. Lebih baik mengorbankan satu korban untuk menyelamatkan banyak orang.
"Bego, dengan cara Lo kayak gini itu semakin menunjukkan bahwa lamor telah kalah dan Lo sebagai ketua itu lemah, bego," ucap Alister tidak mengerti cara berpikir ketua Lamor itu.
"Nggak usah sok paling pinter Lo disini, sekarang keputusan ada ditangan Lo. Lo pilih Artorius atau cewek Lo ini?" tanya Rico.
"Apa dengan gue pilih Artorius, Lo bakal berhenti ganggu kami, enggak kan?" tanya Alister.
"Gue pastikan Artorius bakal menderita atau bahkan Artorius bakal bubar," ucap Rico.
"Oke, kita pilih Lo bebaskan Zuzu." Bukan suara Alister tapi Zio yang memilih hal itu.
"Terus Artorius gimana?" tanya Milo yang masih mencoba mengerti keadaan, memang diantara mereka hanya Milo yang telmi-- telat mikir.
"Oke, ini yang Lo mau kan?" tanya Rico sambil mendorong Zuzu kearah Alister. "Pilihan yang bodoh," lanjutnya.
"Kalau dipikir-pikir lebih bodoh Lo sih, dengan Lo bebasin Zuzu nggak terjadi apa-apa sama Artorius kan?" tanya Zio. "Artinya itu elo disini yang bego," lanjutnya.
Hahahaha
Alister tertawa membuat semua orang melihat kearahnya."Lain kali kalau mau bikin pilihan, buat yang lebih menantang lagi dong, gini mah bukan buat gue takut tapi buat bikin gue ngakak bangsat," ucap Alister mencoba berhenti tertawa.
"Anjing, masih ingat dengan kata-kata gue yang tadi?" tanya Rico. "Lamor akan buat Artorius tunduk dengan kekalahan atau bakal kita buat lamor itu bubar," ancam Rico yang sudah merasa malu.
"Kalau begitu selamat berjuang," ucap Alister lalu berbalik bedan hendak untuk pergi.
Dilain tempat teman-temannya masih tidak menyangka Zio mengatakan hal itu, mereka akui sih Zio paling pintar buat baca situasi tapi mereka nggak kepikiran sama sekali sampai situ. Itu karena Zio pintar apa mereka yang bodoh?
"Jangan harap bisa semudah itu Lo pergi dari markas Lamor," ucap Rico menghentikan langkah Alister dan lainnya.
"Dipikir-pikir lagi deh kalau mau cari gara-gara, mau kalah dikandang sendiri?" tanya Alister dengan ekspresi mengejek membuat Rico naik pitam dan mengomando teman-temannya untuk menyerang Artorius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alister (END)
Teen FictionKisah ini berawal dari pertemuan tak terduga Alister Abimanyu sang Ketua Artorius dengan Izuma Khatarina atau biasa dipanggil Zuzu. Alister jatuh pada pandangan pertama dengannya. Alister yang banyak tingkah dipertemukan dengan Zuzu yang cuek dan te...