lima belas menit berlalu dengan hanya berisi keheningan. Jay masih nyaman memeluk Hyungseok yang diam tanpa perlawanan. namun selang beberapa saat kemudian, Jay mampu merasakan feromon Hyungseok yang perlahan menghilang-yang mungkin adalah efek dari suppressant.
Jay yang mendapati tubuh Hyungseok yang bergetar dalam pelukannya, pun menjauh dengan segera-khawatir kalau-kalau ia melukainya.
Tak!
Jay tersentak kala dirasa tubuhnya telah membentur benda asing. ia yang menoleh untuk memastikan kini dibuat terkejut saat sadar bahwa sayapnya muncul tanpa persetujuan. Jay yang semula hendak menanyakan tentang tubuh Hyungseok yang gemetaran, kini sudah mendapat jawaban.
pria itu ketakutan.
"Jay.." Hyungseok mundur perlahan, menatap telak pada sayap raksasa yang bersemayam dibalik tubuh si pria tampan. "Benda itu tumbuh dari punggungmu.."
Jay mengangguk kaku, sedikit mengurut tengkuknya seolah ragu akan sesuatu. 'Bagus, penyamaranku hancur. dan sekarang apa yang harus kulakukan?' Jay tak berpikir untuk membunuh Hyungseok demi menghapus jejak saksi mata, entah kenapa sayang sekali rasanya untuk membunuh pria secantik dia, apalagi hanya demi sebuah rahasia yang jika disuarakan pun takkan pernah ada manusia yang mempercayainya.
"..."
"A-apa?" keterkejutan di wajah Hyungseok yang ketara, membuat Jay harus bersikap lebih tegas meski merasa bersalah. "Kau akan.. tinggal di sini?" lanjutnya, agak terbata-mungkin efek takut seperti yang seharusnya.
Jay mengangguk membenarkan, "..."
Hyungseok tertegun mendengar apa yang Jay katakan. memang benar kini ia tak boleh membiarkan Hyungseok sendirian. itu kekhawatiran yang wajar, lagipula rahasianya juga sudah keluar.
namun Hyungseok merasa ini bukan salahnya, rasanya tak adil jika ia harus menanggung tekanan untuk tinggal bersama sosok pria yang bahkan tak lagi bisa digolongkan sebagai manusia.
"Ini tidak adil.. Jay, rahasiamu keluar 'kan bukan karena aku!"
Jay juga setuju bahwa ini bukan kesalahannya, melepaskan Hyungseok pun tak apa sebenarnya. namun ia juga tak bisa membiarkan Hyungseok begitu saja.
omega yang satu ini harus jadi miliknya.
"..."
"Jika aku membiarkanmu tinggal, kau takkan membunuhku.. kau bilang?" sekali lagi Jay mengangguk membenarkan, dan Hyungseok kini dibuat paham bahwa kehidupannya sedang berada dalam genggaman sosok lain.
fakta tersebut membuat Hyungseok tak lagi mampu bereaksi. pun perlahan Jay menyembunyikan sayapnya untuk mengurangi tekanan intimidasi. ia maju untuk membawa Hyungseok duduk di kasurnya agar lebih santai. sorotnya nampak begitu kosong dan putus asa. perasaan takut juga kebingungan luar biasa itu benar-benar dapat dilihat dari wajahnya.
'Mau bagaimana lagi? cepat atau lambat manusia ini juga akan beradaptasi.' usai pasrah akan situasi saat ini, Jay dibuat sadar atas tempat yang akan ia tinggali.
dilihat dari mana pun, tempat ini mengerikan-lebih tepatnya menyedihkan. Hyungseok bahkan menjadikan alas setipis itu sebagai tempat tidur ternyaman. sedangkan Jay merasa keadaannya akan semakin buruk meski hanya bernaung di sana semalaman.
"..." Jay menekankan pada Hyungseok bahwa ia tidak sedang bernegosiasi, mau tak mau Hyungseok akan lebih sering melihat Jay mulai hari ini. ia melompati jendela dan pergi, meninggalkan Hyungseok yang terguncang setengah mati.
Hyungseok mencengkram kepalanya. karena bahkan setelah ia melihat segalanya, tak ada satu hal pun yang mampu ia percaya. Hyungseok juga tak tau ia sedang berurusan dengan makhluk macam apa, namun ia benar-benar mengkhawatirkan kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] " The Ineffable " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ] [ OMEGAVERSE ]
Fanfictionmereka yang berasal dari sebuah ketiadaan mutlak, takkan mungkin bisa melukis jejak di bawah semesta yang perlahan membusuk. lantas bersama duka yang menyeruak, kini segalanya telah hilang bersama ombak. seolah bagi Hyungseok, sosok yang tak terluki...