sore menyapa, disambut usainya penat para siswa di sekolah. Hyungseok dan Jay kini berjalan pulang bersama. si pria blonde masih harus belajar banyak soal manusia, dan kebaikan hati Hyungseok ternyata cukup membantunya sampai pada fakta bahwa manusia memiliki kepribadian unik yang berbeda-beda.
"Sampai jumpa besok di sekolah, Jay!" Hyungseok melambai dengan gembira. seperti biasa, pria manis ini begitu mempesona dengan senyum yang terpatri di wajahnya.
di tempat ini mereka berpisah. Hyungseok harus mengambil jalur kiri ke arah desa, dan Jay berjalan lurus ke arah kota. agak sedih sebenarnya, Jay berharap mereka bisa terus bersama, namun untuk sekarang ia harus segera pulang ke rumah.
langkah-langkah berat diambil Jay saat ia masuk dalam ruang apartemennya. besar dan indah, sebuah bangunan yang dicap begitu mewah kini menjadi kediamannya.
meski hanya untuk sementara.
"Tuan muda, kami sudah memiliki semua data yang Anda butuhkan untuk bisa berbaur bersama para manusia." salah satu pelayan bersuara, sebelum kemudian yang lain datang dengan nampan berisi kotak besi berukuran kecil nan tipis di atasnya. "Benda itu berisi uang. Anda bisa menukarnya dengan apapun."
"...?"
"Kami mendapatkannya setelah menjual potongan kecil tanduk Anda."
mendengar hal itu Jay pun berjalan mendekati si pelayan. meraih bagian lengan, lalu mengendusnya dalam-dalam. menyebabkan si pria juga para pelayan lain ketakutan. pasalnya, mereka semua tahu bahwa Jay bukanlah manusia.
"Mau memastikan apa? dia manusia." sosok gadis cantik tiba-tiba muncul entah dari mana, sedangkan Jay yang mengenali gadis ini sebagai adiknya, hanya melirik dengan tak acuh sebelum kemudian melepaskan lengan si pelayan dihadapannya.
Hong Jaehye sudah hidup ratusan tahun bersama Hong Jaeyeol kakaknya, ia bisa dengan mudah tahu bahwa pria itu tengah bersikap acuh meski si pria blonde tak sedikitpun mengeluarkan suara.
"Jangan melirikku begitu. Tidakkah kau merindukanku?" meski sebenarnya enggan, Jay tetap datang memberikan respon dengan gelengan. namun berbeda dengan reaksi tubuhnya, sang kakak justru meletakkan lengannya di atas kepala sang adik untuk memastikan bahwa tak ada sihir asing yang bersarang di sana.
namun si cantik segera menepis lengan kakaknya, kemudian merungut sembari berkata, "Katanya tak rindu, kenapa sekarang mengelus rambutku?"
bohong jika ia tak merindukan keluarganya. ia sudah terkurung di penjara selama hampir dua ratus tahun lamanya, dan selama itu pula, Jay disiksa sampai ia lupa bagaimana rasanya berada di bawah cahaya. Jay banyak merindukan rupa adiknya, terlebih saat si cantik merungut karena ia buat marah. persis seperti ekspresi yang sekarang disaksikannya.
Jaehye sama sekali tak berubah. namun sayangnya, reuni keluarga ini tidak boleh berlangsung terlalu lama.
"..."
"Pulang? Kak? Aku baru sampai." respon protes dari sang adik tak lantas membuat Jay berkutik. hal ini membuat Jaehye kembali berusaha merubah keputusan sang kakak, "Kak.. apa kakak benar-benar tidak meindukanku?"
Jay yang tetap tak bereaksi membuat Jaehye tau bahwa memohon pun takkan berguna. ia benar-benar harus menuruti kakaknya, terlepas dari rencana macam apa yang dia punya, Jay hanya hanya tak ingin menempatkan sang adik dalam bahaya.
"Baiklah, aku akan pulang." sembari bangkit, Jaehye membuka portal aneh menuju bukit. cukup jauh dari kastil tempat mereka lahir.
dari belakang sana, Jay tersenyum bangga meski sedih pun menyelinap ke bilik rasa. masih terlalu dini untuk mengkhawatirkan orang lain seperti ini, padahal Jay sendiri tak tau apakah ia akan tetap hidup di esok hari. namun membayangkan soal apa yang mungkin sudah dilalui sang adik hingga ia bisa tumbuh sepandai ini, membuat bagian dari diri Jay merasa telah benar-benar gagal dalam menjaga sang adik tetap terlindungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] " The Ineffable " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ] [ OMEGAVERSE ]
Fanficmereka yang berasal dari sebuah ketiadaan mutlak, takkan mungkin bisa melukis jejak di bawah semesta yang perlahan membusuk. lantas bersama duka yang menyeruak, kini segalanya telah hilang bersama ombak. seolah bagi Hyungseok, sosok yang tak terluki...