1 - When Everything Begin

1.6K 61 0
                                    




Semenjak alarm ponsel berbunyi Shera sibuk melakukan berbagai aktifitas di kamar kost-nya demi sampai kantor tepat waktu. Setelah selesai dia langsung bergegas menemui tukang ojek langganan yang mengantarnya menuju halte Trans Jakarta tak jauh dari kost-nya. Jalanan padat merayap nyaris tak bergerak untung saja Shera memilih menggunakan TransJakarta, jadi perjalanannya tidak terhambat kemacetan parah. Shera akhirnya tiba di halte yang dituju segera dia langkahkan kaki menuju kantornya.

Setibanya di lobby udara sejuk langsung menyergap tubuh mungilnya dia mengambil kartu akses dari dalam tas dan tiba-tiba bruuukkkkkk .....!! Shera terjatuh. Waktu seakan berhenti sesaat, semua mata memandang ke arah Shera. Sontak Shera mendongak kearah pelakunya. Seorang cowok putih tinggi berperawakan tegap berpakaian rapi terlihat merasa bersalah sambil mengulurkan tangannya.

"Ga usah dibantuin gue bisa sendiri. Lo punya mata ga sih? Kalau jalan tuh pakai mata ! " semprot Shera ke cowok itu sambil menahan malu.

Yang disemprot tampak syok tidak menyangka korbannya langsung menumpahkan amarah di depan umum. Belum sempat menjawab Shera sudah menyemprotnya lagi,

"Gimana bisa sih lobby segede gini lo nabrak orang? Ini masih lengang loh mas, pak, om !! " sambil Shera memunguti barangnya dan mencoba berdiri.

Yang diserang makin syok dengan kata-kata terakhir Shera sambil mencoba minta maaf.

"Sorry, saya lagi balas pesan di handphone jadi enggak lihat kamu jalan. " seru cowok itu.

"Pantesan. Enggak sekalian jalannya sambil merem??" seru Shera dan tanpa memperdulikan pelakunya dia langsung berjalan menuju pintu akses masuk.

"Eh...Mba... mba..." panggilan si cowok tidak dihiraukan Shera. Dipikirannya hanya satu dia harus sampai dimejanya secepat mungkin sebelum semakin dilihat banyak orang.

Sampai di pintu akses Shera tampak merogoh isi tas dan kantong celananya berkali-kali seperti mencari sesuatu. Lalu dia teringat kejadian yang baru saja terjadi. Tanpa berpikir panjang dia kembali ke tempat dia terjatuh, belum sampai Shera melakukan yang dipikirannya suara cowok itu terdengar lagi,

"Kamu cari ini? Dari tadi saya panggil-panggil tapi kamu enggak dengar" tangan cowok itu menyodorkan kartu akses ke arah Shera. Sebelumnya cowok itu sempat sekilas membaca nama yang tertera di barang itu "Seraphina Atmadja - PT. Aldeco Indonesia".

"Tadi saya lihat jatuh di lantai saya yakin pasti punya kamu" lanjut cowok itu.

Tanpa pikir panjang langsung disambar kartu akses tersebut oleh Shera.

"Makanya kalau elo enggak pake acara bales WA sambil jalan nih kartu enggak bakalan jatuh. Bikin ribet saja" omel Shera sambil berlalu.

Cowok itu kaget, tidak menyangka korbannya semarah itu. Tadinya sempat dia berharap mendapat ucapan terima kasih tapi yang diterima hanya omelan. Sambil mengendikkan bahu cowok itu berjalan gontai menuju pintu keluar lobby. Kali ini ponselnya dia masukkan kedalam saku celana tak ingin dia mengulang kesalahan yang sama.

Sampai di meja kerjanya Shera langsung membuka laptopnya.

"Pagi Shera, kenapa tuh muka asem gitu?" seru Mita sahabatnya yang duduk kubikalnya.

"Iya, emosi gue gara-gara tadi jatoh di lobby" jawab Shera.

" Hah? Serius lo? Jatoh di lobby?" seru Mita dengan volume makin lama makin kencang.

"Siapa yang jatoh?" muncul lagi suara dari Ria, kali ini teman kantor Shera yang duduk di sampingnya.

"Iya siapa yang jatoh?" sahut Karin yang duduk di depan Ria.

"Mita, bisa enggak sih kecilin suara lo? bikin heboh saja. Iya gue yang jatuh tadi ditabrak sama cowok yang jalan enggak pake mata." lanjutnya masih emosi.

"Lo ditabrak Sher? Kok bisa? " tanya Mita.

"Ya bisa lah kalo jalannya sambil bales WA di HP" seru Shera sambil sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya. "Bikin emosi pagi-pagi. Sudah gue mau siapin presentasi dulu nih buat meeting jam 10. Lo pada balik kerja gih" ujar Shera setengah mengusir teman-temannya.

"Waduh.... kayaknya ada yang lagi angker guys." Ria tersenyum memperlihatkan giginya sambil kasih kode ke temen-temen lain. Mereka pun berangsur menyikir dari meja Shera.

Sejak kejadian jatuh di lobby, Shera jadi tidak fokus mempersiapkan presentasinya. Diteguknya air minum yang sudah disediakan di meja lalu sebisa mungkin menyelesaikan bahan presentasinya setelah itu dia segera membereskan file-file dan menuju ruang meeting sambil membawa laptopnya. Mba Prita, atasannya sudah menunggu di depan lift.

"Sher, mulai bulan depan kita akan meeting BOD dengan Chairman dari Lim Group." kata mba Prita saat didalam lift.

"Kok bisa Chairman Lim Group ikut meeting BOD kita?"

"Iya. Minggu lalu mba diinfo pak Frans kalau mereka sedang menjalin kerjasama dengan Lim Group. Dari Lim Group minta mereka dilibatkan dalam setiap meeting BOD kita"

Lift pun tiba di lantai 10 tempat ruang meeting berada.

"Wah, berarti kita akan presentasi didepan Chairman Lim Group mulai bulan depan?" sebuah pertanyaan yang hanya dijawab dengan anggukan oleh mba Prita.

Shera menghela napas, "Tenang aja Sher, saya yakin kamu pasti bisa." mba Prita berusaha menenangkan.

"Iya Mba, cuma deg-degannya sudah dari sekarang." jawab Shera yang dibalas tawa mba Prita.

Meeting BOD dimulai. Shera memulai presentasinya dengan baik dan lancar. Semua pertanyaan yang diajukan deretan BOD mampu dia jawab dengan sempurna. Shera memang dari dulu sudah mahir dalam melakukan presentasi walaupun kejadian tadi pagi nyaris merusak presentasinya. Jabatannya sebagai staf Market Analis membuat dia terbiasa untuk mempersiapkan setiap data dan report sedetail selengkap mungkin. Hal itu yang membuat mba Prita mempercayakan setiap presentasi dari tim Market Analis kepada Shera bawahannya.

Diakhir meeting pak Frans, Presiden Direktur sekaligus owner dari PT Aldeco Indonesia kantor dimana Shera bekerja, tampak menginformasikan sesuatu.

"Selamat pagi semuanya, terima kasih untuk setiap presentasi yang sudah disampaikan oleh setiap departemen. Untuk yang tadi ada kekurangan dan yang masih salah bisa direvisi segera. Nanti reportnya bisa dikirim ke pak Budi seperti biasa. Oh iya sebelum saya tutup meeting hari ini saya akan menginformasikan sesuatu."

Sesaat ruang meeting menjadi agak sedikit riuh.

Pak Frans melanjutkan, "Jadi seperti yang sudah beberapa dari Bapak dan Ibu ketahui dan dengar, perusahaan kita saat ini sedang menjalin kerjasama dengan Lim Group guna memperluas dan memperkuat jaringan bisnis kita."

Seketika ruang meeting riuh kembali. Pak Frans tampak menenangkan suasana di ruang meeting.

"Tenang Bapak dan Ibu, saya ingin menjelaskan bentuk kerja sama kita berupa joint venture. Seperti yang kita ketahui Lim Group merupakan perusahaan besar dengan jaringan luas di luar negeri seperti Eropa dan Amerika. Kita ingin bekerja sama untuk produk stationery yang kita miliki agar dapat menjangkau wilayah terutama Eropa yang belum pernah kita jajaki. Untuk itu mulai bulan depan di setiap BOD Meeting akan hadir Vice Chairman dari Lim Group. Beliau ingin terjun langsung untuk bisa melihat setiap progresnya. Kira-kira itu dulu yang saya sampaikan, semoga dengan kerja sama ini kita semakin semangat untuk jadi sukses lagi kedepannya. Terima kasih dan selamat bekerja untuk semuanya." tutup pak Frans yang diaminkan oleh seluruh peserta rapat.

Ruang meeting tampak riuh. Peserta meeting saling bertukar pendapat. Shera membereskan peralatannya untuk kemudian dia kembali ke meja kerjanya.

"Ini sih bakalan tegang tiap kali meeting BOD mba" seru Shera kepada mba Prita sesaat setelah keluar dari ruang meeting.

"Pastinya. Apalagi Vice Chairman Lim Group akan join juga. Dia bukan orang sembarangan."

"Bener mba, harus dua kali lipat nih effortnya."

"Iya Sher. Oh iya, kemaren kasus yang Medan sudah kamu tangani?"

"Sudah saya telepon mba. Katanya nanti mereka mau email."

"Oke, nanti kalo sudah ada reportnya kasih ke saya ya."

"Siap mba." balas Shera.

I'm Already YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang