9 - Blue Saturday Nite

459 21 3
                                    

Shera terbangun jam tujuh pagi matanya sudah tidak dapat terpejam lagi padahal ini hari sabtu biasanya dia masih tertidur sampai siang. Kepalanya sibuk memikirkan tentang sore nanti, dia harus pakai baju apa, berdandan seperti apa. Dibukanya lemari pakaian lalu mulai mensortir dan mematutkannya di depan cermin, dilakukannya berkali-kali sampai akhirnya pilihannya jatuh pada dress simpel bermotif bunga-bunga kecil berwarna kuning soft. Didepan cermin Shera tersenyum setidaknya satu masalah sudah selesai sekarang tinggal urusan rambut, make up,sepatu, tas, dan.... ah kenapa ribet sekali pikirnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sore menjelang Shera sudah bersiap-siap. Rambutnya yang ikal dijepit sebagian dan sisanya dibiarkan tergerai, disemprotkannya parfum ke tubuhnya lalu dibubuhkannya pewarna pipi berwarna merah muda sebagai sentuhan akhir diwajahnya dan dilihatnya lagi dicermin tampaknya dia cukup puas dengan pilihan make up simplenya kali ini. Lalu diambilnya tas kecil selempang berwarna coklat dan mengenakan sepasang sepatu hak berwarna coklat muda dengan tali kecil yang melingkar dimata kakinya. Tak lama terdengar suara ketukan pintu, sebelum membuka pintu sekali lagi Shera mematutkan dirinya di depan cermin, senyum tipis tersimpul dibibirnya.

"Hai Shera, sudah siap?" sapa Ravel ramah sesaat setelah pintu dibuka. Aroma parfum laki-laki langsung menyambut Shera, harumnya yang khas membuat Shera terpana melihat sosok laki-laki yang berdiri dihadapannya. Sore itu Ravel terlihat berbeda dari hari biasanya dengan pakaian casualnya ia mengenakan kaus hitam berkerah V-neck dibalut jas simple kekinian berwana biru navy senada dengan celana yang dikenakannya membuat setiap perempuan yang melihatnya pasti terkagum termasuk Shera. Tersadar dibeberapa detik berikutnya Shera refleks menggelengkan kepalanya sambil membuang pandangannya ke arah lain.

"Ada apa?" tanya Ravel

"Ah..tidak pak. Eh.. itu... kita mau jalan sekarang?" Shera menjawab dengan kikuk karena kelakuannya barusan didepan Ravel, merutuki dirinya mengapa bisa-bisanya dia melakukan hal bodoh di depan laki-laki ini.

"Yuk" ajak Ravel.

Shera mengunci pintu kamarnya lalu berjalan beriringan dengan Ravel menuju mobil yang terparkir dibawah.

"Mau kemana Sher? Cantik banget." Sinta tetangga kamar sebelah yang sedang menyapu menegurnya.

"Hai Mba Sinta, lagi mau ke acara kantor. Mari mba." jawab Shera sekenanya menghindari pertanyaan lain dari Sinta yang pasti akan jadi panjang.

"Sama pacar ya? Kok enggak dikenalin? Cakep juga pacarnya" seru Sinta

"Ah..bukan mba, ini e... ini... aduh gimana jelasinnya ya" gumam Shera bingung bagaimana menjawabnya sambil refleks menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Benerkan pasti jadi panjang kalau ketemu mba Sinta.

"Saya Ravel, teman kantornya Shera." tiba-tiba Ravel menjawab ramah dan mengulurkan tangannya kearah Sinta.

"Oh... maaf saya kira pacarnya. Kenalkan saya Sinta, tetangga sebelahnya Shera. Jarang-jarang Shera ngajak temen laki-laki kesini." ujar Sinta membalas uluran tangan Ravel sambil tersipu.

"Mba saya jalan dulu ya. Takut telat. " ujar Shera menyudahi supaya obrolannya tidak jadi tambah panjang.

"Oh iya silahkan, hati-hati ya Sher."

"Mari mba" Shera dan Ravel segera berlalu.

Mobil bergerak meninggalkan halaman kost Shera. Suara musik jazz dari tape mobil Ravel mengalun pelan mengiringi perjalanan mereka.

"Tetangga kamu itu orangnya seru ya." Ravel membuka pembicaraan.

"Mba Sinta memang begitu orangnya. Suka asal nebak."

"Tapi dia ramah. Kalian deket pasti ya karena tetanggaan?"

"Enggak juga, mba Sinta kerjanya suka sampai malam. Jadi saya jarang ketemu dia paling ketemu kalau lagi sabtu minggu seperti hari ini. Saya lebih suka di kamar."

I'm Already YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang