13 - Bandung Fall In Love

484 15 2
                                    




Hari sabtu tiba. Jam menunjukan pukul setengah tujuh pagi saat Shera mematikan alarm yang berbunyi dari ponselnya. Shera segera bangun dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka, setelah selesai menggosok gigi Shera mengganti baju tidurnya dengan baju rumah lalu mengambil dompet keluar menuju ke bawah area kost-nya. Disalah satu sudut terlihat penjual nasi uduk langganannya sudah ramai oleh pembeli. Shera segera memesan nasi uduk, dia sempat terpikir untuk membelikan Ravel karena dia ingat Ravel punya sakit maag jika dia telat makan. jadilah Shera berinisiatif memesan 2 bungkus nasi uduk. Setelah menerima pesanannya Shera kembali menuju kamarnya. Ditaruhnya bungkusan nasi uduk di meja makan lalu dia menyalakan air panas dispensernya. Sambil menunggu airnya panas Shera pergi mandi lalu berganti pakaian dan menyiapkan back pack yang akan dibawanya ke Bandung. Setelah selesai Shera kembali ke dapur menyeduh teh dan membuka bungkusan nasi uduk yang tadi dibelinya. Baru beberapa suap dia makan Shera mendengar pintu kostnya diketuk. Shera segera membukanya. Ravel berdiri didepan pintu mengenakan kaos putih polos dengan luaran kemeja casual lengan panjang berwarna biru dipadukan dengan celana jeans dan sneakers, sebuah pemandangan yang tidak biasa mengingat Ravel selalu tampil dengan kemeja resmi dan celana bahannya.

"Pagi Sher, sorry saya datangnya kecepetan." sapa Ravel.

"Silahkan masuk dulu pak." ajak Shera.

Ravel melepas sepatunya dan menaruhnya didekat pintu kamar seperti kebiasaan yang sering dilakukannya.

"Bapak mau minum apa? Teh? Air putih? Maaf saya enggak sedia kopi soalnya." tanya Shera.

"Apa saja Sher, yang simpel saja." ujar Ravel sambil duduk di sofa depan televisi.

"Bapak sudah sarapan? Kalau belum ini tadi saya belikan nasi uduk."

"Em... belum sih. Tadi rencana mau beli kopi pas di rest area."

"Makan dulu saja pak perjalanannya jauh." kata Shera sambil menyeduhkan teh untuk Ravel. "Mau di sini saja apa di bawa kesana?" seru Shera lagi.

"Eh... disana saja Sher." Ravel menuju ke meja makan.

"Ini pak teh nya, sama ini sendoknya." ujar Shera sesaat setelah Ravel duduk di meja makan. Ravel sedikit canggung melihat Shera melayaninya dengan santai. Menutupi rasa canggungnya Ravel membuka bungkusan nasi uduk yang sudah tersedia dihadapannya.

"Silahkan pak dimakan, bapak sudah pernah makan nasi uduk sebelumnya?" Shera kembali meneruskan makannya yang belum selesai.

"Kamu ngeremehin saya, ya jelas belum pernah lah." canda Ravel diikuti derai tawa mereka.

"Kalau gitu bapak coba dulu kalau enggak doyan enggak usah dimakan. Nanti saya cari makanan yang lain." Shera berusaha agar Ravel tidak terpaksa memakannya

"Enak kok" Ravel menyuapkan nasi uduk ke mulutnya. "Sejujurnya ini pertama kalinya saya makan nasi uduk loh. Kalau pagi saya memang jarang makan nasi, kalaupun makan biasanya nasi goreng. Lebih sering sarapan roti. Em...Ini tuh kayak nasi uduk yang dijual bareng pecel lele ayam goreng kalau malam-malan di tendaan itu ya?" Ravel memulai makannya.

"Iya pak, cuma kalau pagi biasanya lauknya pakai bihun, orek tempe atau telur, seperti yang bapak makan sekarang. Enggak ada ayam atau pecel lelenya. Bapak pernah cobain pecel lele tendaan?"

"Enggak, belum pernah ada yang ngajak juga sih."

"Saya salah tanya juga sih, mana mungkin bapak mau makan lele." Shera tertawa

"Kalau ada yang ngajak kenapa enggak. Penasaran saja ikan lele di goreng rasanya kayak apa." Ravel tidak terima diremehkan Shera.

"Hahaha... sudah bapak cobain nasi uduknya dulu, pecel lelenya nanti-nanti saja."

I'm Already YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang