7 - Lukisan Vas Usang

441 18 0
                                    

Suasana foodcourt selalu ramai saat jam makan siang. Apalagi tanggung bulan seperti hari ini, sebagian karyawan memilih untuk makan siang disini daripada ke restaurant. Termasuk Shera dan teman-temannya yang tampak duduk disalah satu pojok ruang foodcourt.

"Sher, gimana kemarin makan siangnya?" tanya Mita.

"Enggak ketelen gue Ta."

"Makan apa sih sampe enggak bisa ketelen?" gantian Ria yang tanya.

"Bukan makanannya Ri, tapi sama siapa makannya itu yang bikin enggak ketelen" ujar Mita dilanjutkan dengan anggukan Ria.

"Emangnya lo makan sama siapa sih Sher?" pancing Karin.

"Ta..... jangan mulai." ujar Shera

"Loh kok gue?" Mita mengelak.

"Shera... serius deh emang lo diajak makan apaan sama pak Ravel?" Ria kembali bertanya

"Kok bisa ke pak Ravel sih?" Shera kaget dan penasaran.

"Sudah deh Sher, mending lo jujur aja sama kita semua" Ria melanjutkan. "Kita tau kok kemaren lo diajak makan sama pak Ravel. Kemarin pak Budi yang info ke kita."

"Hah? Kok bisa pak Budi kasih tau kalian?"

"Sebenernya ga sengaja Sher, pas lunch kita ketemu sama pak Budi terus dia polos bilang kalo kamu lagi lunch sama pak Ravel. Gimana kemaren? Diajak makan apa?" tanya Karin.

"Makan steak biasa" ujar Shera sambil melanjutkan makannya.

"Wah enak dong. Kelasnya pak Ravel pasti bukan steak biasa" kata Karin.

"Apanya yang enak? Makan sama VC malah ga ketelen. Serba salah. Nanti gue makan kecepetan dianggep kelaperan, makan lama juga males lama-lama sama tuh orang. Ribet lah"

"Pak Ravel orangnya gimana Sher? Galak apa gimana?" tanya Ria

"Em.... enggak galak sih. Ceroboh kan kalo menurut gue."

"Itu kan gara-gara kejadian lo kemaren. Yang gue tanya kemaren pas lunch." sahut Ria lagi.

"Enggak galak malah cenderung ramah. Cuma suka seenaknya aja bikin aturan"

"Maksud lo?" tanya Mita.

"Iya, dia punya mau gue yang ketiban sialnya. Gara-gara gue asal bilang kalau suka lukisan jadi panjang urusan."

"Bukannya itu emang kesukaan elo? Terus apa hubungannya sama pak Ravel? Kok kalian bisa bahas sampe lukisan segala?" tanya Mita.

"Aduh..... kalian ini kalo nanya udah kayak wartawan aja. Sudah ah mending lanjut makan."

"Hei enggak bisa lo harus cerita. Ada apa hayo?" tanya Mita lagi.

"Iya Sher, abis ada urusan apa elo sama pak Ravel?" tanya Ria menimpali.

"Makan dulu nanti gue ceritain."

"Enggak mau, cerita sekarang. Nanti keburu lupa kalo nunggu selesai makan" ujar Karin tak mau kalah.

"Ya ampun kalian ini, kepo banget sih. Iya gue cerita tapi sambil makan ya. Jadi kemaren gue diajak makan di hotel gitu. Terus jendelanya tuh gede banget nah lo tau kan kebiasaan gue enggak bisa lihat jendela gede sedikit pasti langsung dilihatin. Gara-gara itu pak Ravel tau gue suka lukisan." jelas Shera sambil melanjutkan makannya.

"Terus hubungannya sama pak Ravel apa?" tanya Mita.

"Sabar, gue minum dulu." Shera meneguk air di gelas yang terletak disampingnya. "Hubungannya adalah dia ngajakin gue ke pameran lukisan bulan depan."

"What??? serius lo Sher?" sontak Mita. Suara Mita yang agak keras memancing orang-orang disekitarnya menengok ke arah mereka.

"Psttt Ta, bisa kecilin dikit enggak suara lo?" Shera menegur Mita. Yang ditegur cekikikan.

I'm Already YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang