12 - Birthday Party

432 21 0
                                    

Shera baru saja hendak ke pantry membuat teh karena tenggorokannya masih terasa sakit akibat semalam dia bernyanyi sepanjang acara konser lalu Deva muncul di kubikelnya.

"Hai Sher, nih buat lo." Deva menyodorkan gelas teh ke arah Shera.

"Teh camomile lagi?" Shera berbinar melihat gelas tehnya .

"Iya supaya bikin reda sakit tenggorokan lo. Tadi habis dari kantor klien lagi terus mampir ke cafe."

"Dari kemarin kayaknya elo ke kantor klien mulu. Ini beneran ke kantor klien apa ke cafenya ?"

"Beneran lah masa gue bohong sama elo. Sekalian gue laporan juga tentang konsernya kemaren."

"Halah... bisa aja lo. Anyway thanks ya lumayan gue enggak jadi nyeduh teh soalnya tenggorokan gue masih enggak enak nih."

"Tuh kan gue bilang juga apa dibiarin bisa jadi radang. Nih tadi gue sempet beliin juga di apotik bawah. Mbaknya bilang ini mujarab untuk redakan suara serak lo" kata Deva sambil memberikan satu strip obat berwarna kuning.

"Ya ampun Deva elo baik banget sama gue. Thanks ya" jawab Shera sekenanya sambil meraih strip obat dari tangan Deva.

"Terus gimana kemarin konsernya?" celetuk Mita kepada Deva.

"Pecah banget lah. Apalagi nih si Shera dari awal sampe akhir nyanyi mulu, hebat banget dia semua lagu hafal."

"Pantes suaranya serak gitu." ujar Mita.

"Iya dari kemarin gue sudah bilangin enggak usah banyak omong dulu sama minum obat. Kayaknya enggak didengerin." jawab Deva

"Duile...perhatian banget sama si Shera." seru Mita.

"Elo kan sudah ada Edo yang merhatiin, kalo Shera kan anak rantau kesian enggak ada keluarga disini."

"Halah, modus aja sok pakai bawa keluarga Shera segala." sahut Ria.

"Ya sambil menyelam minum air kan boleh. Oke deh gue balik dulu ya. Jangan lupa diminum obatnya, cepet sembuh ya." Deva berlalu sambil mengacak-acak rambut Shera.

"Apaan sih Dev." ujar Shera yang merasa risih karena sikap Deva lalu buru-buru merapikan rambutnya.

"Dev....sudah cuma gitu doang?" teriak Mita yang dijawab dengan lambaian tangan Deva dari jauh.

"Kayaknya si Deva beneran naksir elo deh Sher, lihat saja kelakuan dia belum pernah gue lihat Deva se -sweet itu sama orang." Ria menghampiri meja Shera.

"Biarin aja enggak usah ditanggepin setidaknya mayan dapet teh enak plus obat." Shera meminum obatnya.

"Dasar lo! Kalau elo cuek terus dia sampai beneran nembak lo gimana?" tanya Mita.

"Enggak mungkin lah. Sudah pada balik kerja gih. Bahas pertanyaan lo bikin tenggorokan gue makin sakit." usir Shera.

Mereka pun kembali kerja di meja masing-masing. Hanya Karin yang diam seribu bahasa melihat semua yang terjadi, sepertinya dia harus menelan kenyataan kalau dirinya tidak akan mampu bersaing dengan Shera untuk merebut perhatian Deva. Shera memang memiliki wajah yang menarik dan manis, orangnya pintar dan sikapnya yang supel tapi cuek membuat banyak cowok yang tertarik dengannya.

Ruang kerja sudah sepi tinggal beberapa karyawan yang masih ada termasuk Shera dan Mita yang masih berada di kubikalnya. Shera baru saja hendak pulang dan mematikan layar laptop lalu dirinya dikejutkan oleh sebuah pesan What's App dari ibu Susan.

Sore Shera, besok jangan lupa ya jangan sampai enggak datang. Saya tunggu loh. Saya sudah kasih tahu Ravel juga besok dia akan jemput kamu. Sampai ketemu besok.

I'm Already YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang