10 - Rumah Sakit

418 18 0
                                    


Ravel membuka matanya perlahan lalu dia ingat sedang berada di rumah sakit. Rasa nyeri terasa saat ia menggerakan tangan kirinya, dilihatnya jarum infus tertancap disana. Kepalanya sedikit pusing mungkin karena dia kelamaan tidur tapi perutnya sudah tidak sakit seperti sebelumnya. Diedarkan pandangan ke sekeliling kamar seperti mencari seseorang tapi yang dilihat hanya ada Angie yang sedang duduk di sofa sibuk melihat layar ponselnya. Ravel bangun untuk menggeser badannya ke posisi duduk, Angie sekilas melihat gerakan Ravel lalu menghampiri adiknya.

"Sudah bangun Vel, masih sakit enggak?" tanya Angie sambil membantu mengatur bantal dibelakang punggung Ravel. Ravel menggeleng menjawab pertanyaannya.

"Kak, gue haus." ujar Ravel. Angie bergegas mengambil gelas diatas nakas samping ranjang Ravel lalu mengarahkan sedotannya ke mulut Ravel.

"Gimana badan lo sekarang?" tanya Angie lagi.

"Sudah enakan." jawab Ravel Singkat. "Berapa lama gue tidur?" tanyanya kemudian.

"12 jam kurang lebih. Tidur lo udah kayak orang mati pules banget."jawab Angie menggoda adiknya. "Lo sadar enggak pas dibawa kesini?"

"Gue cuma inget pas sampe sini gue diperiksa dokter terus disuntik abis itu gue enggak inget lagi. Lo kok bisa tahu gue disini?" tanya Ravel mencari tahu.

"Temen cewek lo telepon gue. Sempet kaget juga gue soalnya dia nelepon pake handphone lo. Sebenernya elo kemarin kemana sih? Tumben banget jalan sama cewek malem minggu pula." tanya Angie penuh selidik.

"Ke undangan pameran lukisan pak Noto. Terus sekarang anaknya dimana?" tanya Ravel antusias.

"Shera maksud lo?"

"Iya Shera. Lo ketemu sama dia?"

"Iya ketemu. Orangnya sudah pulang sempat kena omel nyonya besar semalam."

"Mama marahin dia ?" seru Ravel tak percaya. Angie menganggukan kepala.

"Gawat! Mama asal marahin anak orang saja. Gue sakit bukan salah dia. Sekarang mama dimana?"

"Dirumah." Angie menjawab santai.

Ravel mengepalkan tangan lalu memukul kearah selimutnya mewakili rasa kesal yang tidak bisa diluapkan.

"Tapi sebelum Shera pulang dia sempet titip barang-barang lo, tuh gue simpen dalam laci." Angie menunjuk laci nakas dengan dagunya lalu kembali jalan ke arah sofa.

Ravel membuka laci nakas disampingnya dilihat kunci mobil, dompet dan ponselnya utuh tersimpan disana. Dia mengambil ponsel lalu membuka layar mencari kontak seseorang disana. Baru saja Ravel mau melakukan panggilan, seorang dokter dan perawat masuk ke kamarnya.

"Pagi pak Ravel, gimana keadaannya sekarang?" tanya dokter Toni yang merawatnya.

"Sudah baikan dok, perutnya juga sudah enggak sakit lagi." jawab Ravel sambil meletakan ponselnya di nakas.

"Bagus kalau begitu. Saya periksa dulu ya." ujar dokter Toni.

Dokter Toni memeriksa kondisi Ravel, mengecek tekanan darah dan menuliskan beberapa hal pada form rekam medis yang diberikan oleh perawat. Lalu diambilnya selembar hasil tes laboratorium dari salah satu map yang dibawa perawat.

"Sudah oke nih kondisi pak Ravel, semua sudah terlihat bagus" seru dokter Toni.

"Jadi sebenarnya semalam saya kenapa dok?" tanya Ravel.

"Dari hasil tes lab menunjukan pak Ravel semalam keracunan makanan. Ada senyawa kimia yang cukup beracun di makanan yang bapak makan kemarin. Ditambah lambung bapak juga ada luka bisa dilihat di hasil lab leukositnya cukup tinggi. Itu yang bikin perut pak Ravel sangat sakit semalam. Pak Ravel ingat enggak semalam makan apa saja?" tanya dokter Toni.

I'm Already YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang