1

11K 884 82
                                    




" Kamu paham sama yang namanya tanggung jawab nggak? Udah jelas-jelas di tunjuk sebagai pemimpin upacara dan baru dateng sekarang saat upacara udah berakhir?! Tau nggak gimana paniknya panitia nyari pengganti kamu di waktu genting?!"


Renjun menatap panitia MOS itu dengan tatapan datar. Tapi ia tak menunjukkan gelagat ingin membantah ataupun membela diri, hanya diam tanpa mengatakan apapun selama 2 menit semenjak kedatangannya.


Selagi salah satu panitia MOS beraura menakutkan itu tak berhenti membentaknya, beberapa panitia lain berdatangan dan membentuk barisan acak di depannya. Ikut menatapnya dengan tatapan sinis.



" Kalau kamu nggak mampu! Jangan bilang kalo kamu sanggup buat jadi pemimpin upacara!" Si panitia yang juga bertubuh tinggi kurus bersuara deep itu ternyata masih ingin meluapkan sakit hatinya karna dia yang harus di marahi beberapa guru karna upacara pembukaan MOS belum juga terlaksana karna anak baru yang di tunjuknya sebagai pemimpin upacara tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Alhasil ia mengamuk dan memerintahkan seluruh panitia untuk mencari Renjun ke seluruh penjuru sekolah.



Renjun sama sekali tidak di temukan, dan malah 20 menit setelah upacara berakhir orang yang mereka cari menampakan diri dengan wajah tenang di depan pagar utama sekolah.


" Saya nggak bilang saya bersedia. Mereka yang maksa saya buat jadi pemimpin upacara padahal saya nggak nunjuk tangan." Setelah sekian lama berdiam diri, akhirnya Renjun membuka suaranya membuat wajah si kakak panitia itu merah padam saking marahnya. Tapi ia ingat akan posisinya sehingga sebisa mungkin untuk menekan emosinya



" Tapi kamu nerima kan??" Tanyanya penuh penekanan. Renjun mengangguk membuat beberapa panitia speechles melihat keberanian sang murid baru.


" Itu tandanya kamu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu emban! Semua orang kasih kamu kepercayaan buat jadi pemimpin tapi dengan tidak bertanggung jawabnya kamu malah dateng jam segini!"



" Saya minta maaf. Sejujurnya ini bukan alasan yang bagus. Tapi saya benar-benar bangun kesiangan." Ujarnya masih dengan nada tegas yang sama. Sama sekali tak gentar dengan kemarahan sang panitia acara.


" Kesiangan? Kamu bilang kesiangan?!"






" Haruto."



Si panitia tinggi bersuara deep itu menoleh dan mendapati seseorang berseragam seperti panitia yang lain itu datang bersama beberapa orang di belakangnya.


" Kamu di panggil pembina. Biar dia di urus Jeno." Ujar si pemanggil tadi menunjuk seseorang berwajah datar di sebelahnya.


" Kalo bisa usir dia pulang aja Jae. Gue ga pengen liat wajahnya dia hari ini." Ujar si kakak bersuara deep dengan suara keras lalu berlalu meninggalkan kerumunan panitia itu.


" Yang lain juga. Kalian udah punya tugas masing-masing kan? Jangan ngumpul disini ya. Ntar guru lain liat, kita kena." Ujar seseorang yang di panggil Jae itu. Yang lain mengangguk lalu segera membubarkan diri. Yang tersisa hanya panitia keamanan yang berjaga bersama satpam di gerbang lalu rombongan ' Jae ' yang baru saja datang.



Si kakak kelas berwajah datar yang bernama Jeno itu maju, langsung berhadapan dengan Renjun yang masih berdiri tegap di tempatnya.



" Pelanggaran pertama, tidak melaksanakan tanggung jawab sebagai pemimpin upacara-" Sebut Jeno mulai menyebutkan beberapa pelanggaran yang Renjun lakukan dengan nada datar pula.



"- Pelanggaran kedua, terlambat di hari pertama masa orientasi siswa-"



"- Ketiga, tidak memakai atribut yang sudah di tentukan."



De Troubles | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang