Tok tok!
" Punten slur."
Junkyu dan Renjun yang masih betah lirik-lirikan dari satu jam yang lalu itu akhirnya menoleh, menatap 2 orang berbeda tinggi yang kini tengah berdiri di pintu ruang rawat inapnya. Yang lebih pendek dadah-dadah dengan hebohnya, dan yang satunya tengah menatap jengah kelakuan yang lebih pendek.
" Masuk aja." Junkyu lebih dulu bersuara.
Tanpa di suruh untuk yang kedua kalinya, kedua pemuda itu melangkah masuk. Junghwan, pemuda yang lebih tinggi menaruh barang bawaannya ke nakas. Sedangkan Haechan, si pemuda yang lebih pendek langsung saja berkacak pinggang di hadapan Renjun.
" Udah gue bilangin berkali-kali. Lo ga dengerin. Sekarang begini kan akibatnya? Keras kepala banget. Emosi gue." Kesal Haechan.
Renjun hanya diam tak membantah.
" Gue juga kesel ama dia." Celetuk Junkyu. Dan itu kata pertama Junkyu semenjak ia datang atas permintaan dari sang paman untuk menjaga sepupunya itu.
" Gausah di marahin. Udah cukup stress anaknya. Gausah kalian tambahin lagi." Interupsi Junghwan yang kini berjalan ke arah sofa dan mendudukkannya dirinya disana.
" Kalo dia cuma sakit biasa sih gapapa. Ini ampe thypus. Lo tau? Typhus itu ga ketebak kapan sembuhnya." Decih Haechan.
Junkyu bersidekap dada. Meskipun ia juga sangat kesal kepada sepupunya itu, tapi apa yang Junghwan katakan itu benar adanya.
" Kok lama banget? Padahal bilang otwnya sejam yang lalu." Junkyu mengalihkan pembicaraan.
" Mampir dulu liat kak Jaemin. Soalnya ada kak Jeno sama kak Hyunjin depan kamarnya. Ga enak juga kalo ga mampir." Jawab Haechan sembari melangkah ke sofa yang di duduki Junghwan. Ikut mendudukkan dirinya disana.
" Kamar rawat kak Jaemin dimana?" Tanya Junkyu yang memang baru kali ini datang ke rumah sakit, dan itupun karna permintaan sang paman.
" Kamar Gardenia. Kamar yang abis lift itu." Jawab Haechan lagi. Memang hanya ada beberapa kamar di lantai 5 gedung rumah sakit ini, dan itupun hanya untuk pasien vvip.
" Ohh deketan ternyata. Gimana keadaannya?" Tanya Junkyu. Renjun pun yang sedari tadi diam saja kini ikut memasang telinga diam-diam.
" Udah agak baikan gue liat. Tapi dia nggak ngenalin kita."
" Kok nggak ngenalin?" Alis Junkyu terangkat.
" Emang lo pernah kenalan sama Jaemin?" Serobot Junghwan sebelum Haechan membuka mulutnya untuk menjawab. Pemuda berkulit tan itu menyengir lebar.
" Belum sih. Tapi kan gua udah pernah jengukin dia."
" Kapan?" Tanya Junghwan asal. Tak terlalu kepo, soalnya dia udah tau jawabannya pasti lebih nyeleneh lagi.
" Waktu dia lagi koma hehe."
" Chan. Mending diem deh." Keluh Junkyu.
Renjun menggigit bibirnya pelan. Jadi benar kalau Jaemin kehilangan sebagian ingatannya, batinnya.
Renjun memang sudah tau itu semenjak beberapa hari yang lalu. Yuta menceritakan padanya tentang analisis dokter dan keadaan Jaemin yang tak mengingat apa yang terjadi padanya sehingga ia terbaring koma di rumah sakit. Dokter memvonis pemuda Samudra itu mengalami amnesia retrograde yang di sebabkan oleh cidera otak yang di alaminya. Hal ini membuat Jaemin harus kehilangan sebagian ingatannya. Bahkan dalam ingatan Jaemin, ia masih masih duduk di kelas 1 SMA.
Keluarga Degan tentu saja mengusahakan pengobatan yang terbaik untuk Jaemin. Pamannya, Suho bahkan menyarankan agar Jaemin di rujuk ke salah satu rumah sakit di Jerman sana untuk mempercepat penyembuhannya. Tapi keluarga Jaemin menolaknya. Sudah cukup semua biaya rumah sakit dengan pelayanan terbaik yang keluarga Degan tanggung selama hampir 3minggu ini untuk penyembuhan Jaemin.
" Ren?"
"...."
" Renjun?"
"...."
" Ren?" Junkyu menggamit Renjun yang sedari tadi di panggil Haechan namun tak sekalipun menyahut.
" Eeh. Apa Kyu?" Tanya Renjun seperti orang linglung.
" Ecan manggil." Jawab Junkyu sembari memonyongkan bibirnya ke arah Haechan.
Renjun menoleh.
" Sorry. Kenapa?"
" Jan ngelamun mulu. Kesambet ntar." Seloroh Haechan. Renjun hanya tersenyum tipis.
" Lo pasti sering kan ketemu kak Jaemin. Kapan dia pulang?" Haechan menyuarakan pertanyaan yang sedari tadi ingin dia ketahui.
" Kenapa? Lo kangen?" Tanya Junkyu. Haechan berdecak.
" Kepo doang gue."
" Gatau."
" Ehh?"
" Gue gatau kapan dia pulang."
Haechan menatapnya, begitupun dengan Junkyu. Junghwan? Pemuda itu malah memperbaiki posisinya lalu memejamkan matanya. Bersiap untuk tidur. Sama sekali tidak peduli dengan pembahasan teman-temannya itu.
" Lo ga tanya?" Tanya Haechan keheranan.
Renjun menggeleng. Jangankan bertanya, bertemu saja belum. Bahkan ini sudah hampir seminggu, dan Renjun masih belum menemui Jaemin. Padahal sebelum ia jatuh sakit, Renjun menjaga Jaemin selama 24 jam selama 2minggu. Kurang tidur, jarang makan.
Renjun hanya belum siap menemui Jaemin yang menurut informasi dari Yuta kini berubah menjadi pendiam. Jaemin memang pendiam sebelumnya, tapi pemuda itu tetap tersenyum ramah di setiap kesempatan. Namun kali ini pemuda itu juga kehilangan senyumannya. Hal itu juga meresahkan keluarga Jaemin yang setiap hari menyaksikan senyuman secerah matahari pemuda itu, sekarang, bahkan untuk sedetik saja, pemuda itu tak tersenyum sama sekali.
Selain itu, Renjun juga belum siap jika akhirnya ia harus menerima kenyataan kalau Jaemin juga melupakannya.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
De Troubles | Jaemren
FanfictionWelcome to : 21th My Jaemren Fanfic " De troubles" Start : 4 april 2022