12

3.6K 460 8
                                    





" JAEMINN!" Lolong Renjun kembali memecah kesunyian menyebabkan burung-burung yang sedari tadi asik bertengger di dahan-dahan pohon itu kaget lalu terbang menjauhkan diri.



Tangisan pemuda itu pecah menyaksikan tubuh Jaemin yang kini sudah di singkirkan oleh si preman itu ke jalan. Darah pemuda yang sudah tak sadarkan diri itu mengalir membasahi jalan.



" Jaemin..." Tangis Renjun sembari berusaha merangkak mendekati Jaemin. Tak peduli jika preman yang tadi menghantam Jaemin dengan batu itu sudah berjalan pula mendekatinya, lengkap dengan batu penuh darah si pemuda Samudra.


Pemuda itu mengabaikan preman yang kini sudah pula bersiap menghantamkan batu itu ke kepalanya. Yang ada di matanya hanya Jaemin, dan Jaeminnya kini tengah terkapar di tengah jalan dengan darah yang menganak sungai.




" Kak Jae.." Tubuhnya masih beringsut mendekati Jaemin tanpa peduli batu itu sudah setengah jalan hendak menghancurkan batok kepalanya.




" Kak Jae.." Lirih Renjun lagi bersamaan dengan terlemparnya batu itu akibat tendangan seseorang.




Duakk!


Si preman yang tangannya di tendang dengan sangat kuat itu menjerit kaget karna kini tangannya serasa akan copot. Si preman itu menoleh dan segera mendapati seorang pemuda dengan wajah menggembung marah yang sudah pula bersiap menghantam wajahnya dengan tendangannya.




Si preman berteriak kuat ketika dirasanya hidungnya patah di makan sepatu si siswa tinggi tegap yang baru saja membantu Renjun terhindar dari maut itu.



Si preman roboh, namun ketiga temannya yang sudah sedari tadi bangkit itu kini mulai menyerang si siswa tinggi, mengabaikan Renjun yang kini sudah berhasil mencapai tubuh Jaemin.


" Kak. Kak Jae. Bangun kak." Renjun menggerak-gerakkan tubuh Jaemin. Tapi pemuda itu tak kunjung membuka matanya.


Renjun beringsut bangkit lalu membawa kepala Jaemin dengan hati-hati ke pelukannya.


" Kak Jae. Bangun kak.." Tangisnya kembali pecah. Pemuda itu segera teringat ponselnya. Dengan tangan gemetar Renjun merogoh blazernya lalu dengan tangan penuh darah ia menekan 3 angka untuk menelpon ambulance.



Sementara itu, si pemuda tinggi yang membantu Renjun tak memakan waktu lama itu pun berhasil memukul mundur ketiga preman itu. Ke empat preman itu kini lari tunggang langgang menuju kendaraan mereka yang di parkir tak jauh dari sana.



Pemuda itu segera berlari ke arah Renjun dan Jaemin.



" Ren..."



Renjun mengangkat kepalanya.



" Juan..."




" Ambulance.. "



Renjun menganggukkan kepalanya terpatah memahami maksud pertanyaan dari si pemuda tinggi yang ternyata Junghwan itu.




" Lo harus hentiin pendarahannya." Ujar Junghwan yang kini sudah bergerak cepat memegangi kepala Jaemin dan mencari sumber lukanya. Setelah menemukannya, Junghwan menutupi luka itu dengan tangannya yang lebar.




" Ju.."



" Kak Jae pasti selamat. Lo harus tenang Ren."


*
*
*



Renjun menulikan telinganya mendengar isak tangis histeris dari keluarga Jaemin yang baru saja datang itu. Ia kembali membenamkan kepalanya lebih dalam ke dalam kedua lututnya. Junghwan dan pak Yuta yang ada di sebelahnya segera bangkit dan menenangkan ibu Jaemin yang sudah mengamuk di depan pintu ruangan operasi itu.



De Troubles | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang