Pukul 16.50
Irene baru saja sampai di rumah, ia memarkir sepeda kayuhnya ke garasi. Melepas helm sepedanya dan mengambil tas yang ada di keranjang depan.
Ia melihat mobil Tiff yang sudah terparkir di teras depan. Irene tersenyum senang lalu bersemangat masuk ke dalam rumah.
"Aku pulaangg" ujar Irene saat memasuki rumah. Ia melihat Tiffany yang tengah menemani Yeri mewarnai buku tugasnya.
Yeri mendengar Irene pulang langsung berdiri dan berlari ke arah Irene.
Irene meletakkan tanya ke atas sofa lalu berjongkok dan melebarkan tangan untuk memeluk Yeri.
"Unnie pulaaanngg" Sorak Yeri kemudian menarik tubuhnya untuk dapat memandang Irene. "Unnie cepatlah mandi kita akan menjemput adik kecil"
"Oh benarkah? Apa kau dan aunty Tiff menungguku untuk berangkat?" Tanya Irene.
Yeri mengangguk "cepatlah Unnie aku sudah tidak sabar melihatnya"
Irene tertawa gemas "sini cium dulu" ujarnya lalu mendekatkan pipinya ke arah Yeri.
Cup!
Yeri mencium pipi Irene. "Ahh gomawoo, tunggu sebentar ya kakak akan segera kembali" ujarnya lalu berdiri dan bergegas pergi ke kamar untuk membersihkan diri.
Changmin melihat dari luar ruangan bayi dimana Taeyeon mengajak Boa yang berada di kursi roda untuk menemui Karina setelah persalinannya tadi pagi.
Taeyeon mengeluarkan Karina dari kotak kecil lalu memberikannya ke Boa.
Boa terlihat sangat bahagia, ia menatap gadis kecil itu dengan sangat terharu dan tidak sadar telah meneteskan air mata.
"Kau tidak apa apa?" Tanya Taeyeon yang terkejut karena Boa menangis.
Boa tersenyum dan menggeleng. Dia juga langsung menghapus air matanya "aku tidak apa apa entahlah kenapa aku ingin menangis"
Taeyeon ikut tersenyum. Lalu ia kembali mendorong kursi roda Boa membawanya keluar dari ruangan itu. Membawanya ke Changmin.
"Terima kasih dokter Taeyeon" ujar Changmin lalu mengambil alih Boa.
Taeyeon mengangguk. "Boa Unnie harus istirahat penuh di rumah, jangan beraktifitas berat apapun dulu selama 1 Minggu ini"
Changmin mengangguk "baiklah aku akan menjaga mereka"
"Ada salam dari suamiku untukmu tuan Changmin. Selamat atas kelahiran putri yang cantik ini" ujar Taeyeon.
Changmin tersenyum "ah Siwonshi~ baiklah terimakasih aku akan menemuinya dalam waktu dekat ini"
"Tidak apa apa tuan, suamiku juga tahu bahwa kau sangatlah sibuk" Taeyeon tidak bermaksud untuk mengusik aktifitas super sibuk seorang CEO perusahaan berita itu.
"Tidak tidak kita teman lama dan sudah lama tidak bertemu, aku akan menemuinya nanti termakasih sekali lagi telah membantu persalinan Boa"
"Baiklah aku akan mengabarinya nanti" ujar Taeyeon.
"Baiklah kalau begitu kami pamit dulu dokter" pamit Changmin memberikan hormat kepada Taeyeon. Begitu juga Taeyeon yang setengah membungkukkan kepala dan tubuhnya sedikit menjawab hormat Changmin.
Changmin mendorong kursi roda Boa menuju lift dan kembali ke ruang rawat mereka.
Tiff kembali menemani Yeri sambil menunggu Irene selesai membersihkan diri.
Tiba" bel pintu berbunyi dan membuat keduanya menoleh. Tiffany meminta Yeri untuk tetap melanjutkan dan dia akan membukakan tamu pintu.
Yeri mengangguk dan kembali mewarnai.
Tiffany bangkit dan berjalan ke arah pintu. Ia melihat ke baby sister yang hanya berdiri sambil melihat ke arah layar CCTV tanpa membukakan pintu.
"Siapa sus?" Tanya Tiffany.
Baby sister itu tampak sedikit takut dan hanya menelan ludahnya sambil menatap Tiffany. Tiffanypun segera menghampirinya dan melihat ke arah layar itu juga.
Ia menghela napas dan seketika wajahnya berubah panik.
"Sus bawa Yeri ke kamar Irene sekarang biarkan mereka disana sampek saat panggil ya" perintahnya dengan cepat.
Baby sister itu mengangguk dan langsung sedikit berlari ke arah Yeri. Tiffani kembali menatap layar, bel rumah kembali berbunyi karena pria di luar itu kembali menekannya.
Tiffany melihat ke arah Baby sister dan Yeri yang sudah menaiki anak tangga menuju lantai atas.
Tiffany mengatur napasnya dan bersiap untuk membuka pintu.
Tiffany membuka pintu menyelinap keluar lalu menutupnya kembali. Tanpa mempersilahkan sang tamu masuk."Dimana dia? Aku ingin melihatnya" ujar laki laki yang berdiri di hadapannya itu.
Tiffany menatap sepasang mata laki laki itu dengan tatapan penuh dengan kekesalan dan kemarahan.
"Ngapain kamu disini? Ini bukan tempatmu" ujar Tiffany membuat lawan bicaranya itu tertawa kecil."Bukankah ini juga rumahku? Atau ini sudah menjadi rumah kalian? Wahh benar benar pria tua itu telah melupakanku" ujar pria itu mendesah tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya.
Tiffany mendorong dada pria itu dengan telunjuknya. "Apa kau bilang? Ayah telah melupakanmu? Siapa yang telah meninggalkan rumah ini 10 tahun lalu? Kau atau ayah?"
Tiffany tampak berkaca kaca sekaligus napasnya tiba" saja memburu karena kemarahannya.
"Apakah kau sudah berani mendorong kakakmu sekarang?" Tanya pria itu yang masih santai, tangannya hanya mengusap dada yang telah disentuh Tiffany barusan.
"Ciihh tidak perlu di bersihkan seperti itu, sudah jelas tanganku lebih bersih darimu. Sekarang pergilah dari sini untuk apa kau datang?" Tiffany masih sengal dengan laki" dihadapannya itu
Laki" itu menatap Tiffany. Tangannya seketika menampar pipi Tiffany dengan keras.
PLAAKKK!!!
Aw.. 😌
Mantap 🙂Lanjoottt part berikutnyahhh....
>> NEXT >>
©2022
KAMU SEDANG MEMBACA
UNNIES | Red Velvet [Season 1 END]
Fiksi PenggemarIrene yang sejak berumur 15 merangkap menjadi orang tua mereka harus melindungi Yeri dan juga Karina dari pamannya terus datang, berusaha untuk merebut kekayaan keluarga mereka dan mencelakai keduanya. Bisakah Irene melindungi keduanya? Akankah peng...