15. Melewati Pembatas (2)

1.7K 188 9
                                    

"Ya. Bisa dikatakan seperti itu. Aku tak suka memperkerjakan seorang dokter penyelamat suci sepertimu," lanjut Sean.

Angel meremas kainnya. Dengan mata berkaca-kaca, Angel bertanya, "Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Apa kerjaku sangat buruk sampai Tuan Sean ingin mengusirku?"

"Tuan beritahu di mana kesalahanku? Agar aku bisa memperbaiki diriku sendiri!" desak Angel.

Sean menurunkan sudut bibirnya. Tidak. Angel sama sekali tidak melakukan kesalahan. Hanya saja, kemampuan dan pemikirannya membuat Sean merasa ragu untuk memperkerjakan malaikat penyelamat sepertinya. Terlebih lagi, Sean mulai merasakan tertekan berada di dekat Angel.

"Kau tidak bersalah, hanya saja kau tak cocok dengan pekerjaanku Angel. Kau lebih bagus dihargai masyarakat, daripada dibenci sepertiku," jelas Sean.

Angel akhirnya mengelap cairan bening yang berusaha menerobos kelopak matanya. Gadis itu tersenyum miris, sembari berkata, "Aku tidak keberatan, dibenci sepertimu. Lagi pula aku tak peduli pada pandangan mereka!"

"Di saat semua orang menutup matanya, tak mau mendengarkan permintaan tolongku, Kau ada, dan memberikanku kesempatan untuk bertahan hidup."

"Selama ini, Tuan Sean yang selalu ada di sisiku. Oleh karena itu, aku tak ingin pergi dari perlindunganmu."

"Jika Tuan Sean membenci dan tak membutuhkanku lagi, lebih baik aku---"

Belum sempat Angel menyelesaikan ucapannya, Sean sudah lebih dulu menyentuh kedua bahu gadis itu. Dengan mata memelotot, Sean mengaku, "Aku mulai mencintaimu."

"Ini sebuah pelanggaran Angel."

"Aku seharusnya tak tenggelam dalam perasaan si*lan ini. Jika kau masih terus berada di dekatku, kau tidak akan bisa lepas dari jeratanku lagi. Jadi, sebelum aku menginginkanmu sepenuhnya, lebih baik kau pergi menjauh dariku," pesan Sean.

Sean membuat larangan, dan Angel malah mendekati larangannya. Gadis itu menaruh kain ke dalam wadah berisi air. Dia melangkah menuju Sean yang terduduk, kemudian memberanikan diri mendekati Sean langkah pertama. "Tuan mencintaiku?"

Kedua mata Angel berbinar, dan Sean mencoba untuk tidak menatap Angel lebih lama lagi. Pria itu melarang, "Jangan mendekat lebih jauh."

"Jangan mendekat!"

Angel berdiri tepat di depan ranjang Sean, kemudian menyentuh goresan luka yang ada di bahu Sean. Gadis itu meminta,"Ikat aku."

Persetanan dengan bahaya. Angel malah mendekati masalah itu sendiri. Dia berjalan menuju binatang buas, hingga binatang buas itu tertarik untuk memperhatikan Angel. Dia menarik Angel ke ranjang, kemudian membalik tubuh keduanya. Sampai akhirnya, Angel berada tepat di bawah kungkungan Sean.

"Pilihanmu sekarang, menentukan masa depanmu. Aku memberimu waktu untuk kabur, sebelum kau menjadi milikku sepenuhnya, Angel," bisik Sean sembari memainkan helaian rambut Angel.

Jantung Angel berdetak dua kali lebih cepat. Angel menahan napas, ketika Sean tampak sibuk memainkan helaian rambutnya. Setelah itu, Angel berani untuk menangkup wajah Sean, dan berucap, "Aku menerima tantangan baru."

Ucapan Angel membuat Sean mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas. Kedua tangannya merambat, menyentuh kulit halus tangan Angel. Sebelum akhirnya, mengaitkan kesepuluh jarinya bersama jari Angel. Dia menekan Angel ke ranjang, dan membaui tubuhnya. "Selamat datang di mimpi burukmu."

Setelah itu, Angel merasakan bibir lembut Sean mendarat di bibirnya sendiri. Gadis itu merasakan jantungnya semakin berdetak kencang, bersamaan dengan kuatnya ikatan jari Sean pada jari miliknya. Pria itu meremas kuat, tangan Angel, sampai Angel mabuk dalam sentuhan Sean.

Kedua hati bertemu, menjalin ikatan baru yang menciptakan benang takdir. Tepat di saat air hujan membasahi dunia. Angel merasakan lembut dan hangatnya tubuh Sean, menyatu dengan tubuhnya sendiri. Tak ada batasan di antara jiwa raga keduanya. Bahkan sehelai kain pun, tak bisa menahan penyatuan di antara mereka.

Malam itu, Sean bersumpah akan menciptakan keluarga kecil bersama Angel. Mereka berdua terlalu tenggelam dalam perasaan bernama cinta, sampai tak mempedulikan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi ke depannya nanti. Karena yang ada di dalam pikiran Angel saat Sean menyatu dengannya adalah, pilihan terbaik dari hidupnya yang malang.

Aroma darah dan obat, terbagi dan menyebar ke seluruh tubuh keduanya. Sakit pada goresan tubuh Sean menghilang, digantikan dengan perasaan bahagia ketika keduanya sampai pada puncak surga dunia.

"Kau sudah menyerahkan jiwa dan ragamu padaku, Angel. Jangan menyesal," pesan Sean sembadi mengusap punggung Angel yang berkeringat.

Dalam hawa panas, Angel bernapas dengan terengah-engah. Bola matanya berkaca-kaca, tetapi sudut bibirnya terangkat ke atas. Angel memeluk Sean sekuat tenaga, kemudian mengaku, "Tidak akan." Bahkan ketika Sean menitipkan benih masa depannya pada raga Angel.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang