07. Aroma Darah dan Parfum

2K 217 20
                                    

Ditengah suara peluru yang menembak ke arah mobil, Angel terdiam merasakan bibir Sean bersentuhan dengan bibirnya. Jantung gadis itu semakin berdetak kencang, bersamaan dengan bola matanya yang bergetar. Spontan, Angel langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia merasakan pipi wajahnya memanas, bersamaan dengan rasa malu dan takut yang menjalar ke tubuhnya.

Lampu jalan yang redup, menerangi situasi tegang. Dalam keadaan panik, Angel terduduk. Dadanya naik turun akibat napas yang terengah-engah. Di sekitar Angel, suasana hening terputus oleh suara lonceng jatuh yang berdentang di kejauhan.

Suara gemuruh mobil pengejaran semakin dekat, diiringi dengan suara langkah kaki cepat di jalanan. Angel mendengar denyutan jantungnya yang semakin cepat saat kesadaran bahwa bahaya menghampirinya. Dia meremas erat tangan di pangkuannya, mencoba menahan kecemasan yang melanda.

Sementara itu, Sean mengambil napas dalam-dalam, mengumpulkan kesabaran dan fokusnya. Sean melirik ke arah Angel, dia berbisik, "Tetap di dalam mobil."

Dalam sekejap, Sean membuka pintu mobil dan turun ke jalanan. Sean berdiri tegak di tengah jalanan. Angin malam membelai wajahnya. Peluhnya bercucuran di tengah kesiagaan dan ketegangan. Dia mengangkat senjata di tangannya dan melihat ke arah pengejar-pengejarnya.

Hanya dalam hitungan detik saja, arah peluru itu berganti dan mulai mengincar Sean. Suara tembakan peluru memecah kesunyian malam. Kilatan cahaya merah menyambar di tengah gelapnya jalanan. Sean merespons dengan gerakan lincah, menghindari serangan peluru yang memburu. Setiap gerakannya terarah, menunjukkan keterampilan menghindar yang terlatih.

Di tengah redupnya cahaya lampu malam, Sean bisa mengenali dengan jelas logo bulu gagak yang ada di jendela mobil. "Musuh baru."

Peluru saling bertukar di udara, menghasilkan suara dentuman yang menggema di sepanjang jalan yang sepi. Sean masih mencoba menghindar, dan menembak setiap orang yang berusaha untuk melukainya. Pria itu sengaja mengalihkan perhatian para penembak, dari mobilnya. Sampai akhirnya, anak buah Sean datang dan membantu Sean.

"Tuan Sean!" Sean menggunakan setiap peluang yang ada untuk mengalihkan perhatian musuh, sementara anak buahnya menyerang dengan senjata api.

Meskipun terjebak dalam situasi yang berbahaya, tidak ada yang menunjukkan kelemahan atau keraguan. Mereka bergerak dengan sempurna, saling melindungi dan mengisi celah satu sama lain. Para anak buah itu, menjaga Sean tetap aman dan memberinya ruang untuk bergerak dengan kebebasan. Sampai akhirnya, Sean berhasil menumbangkan musuhnya.

Akhirnya, beberapa penembak yang masih hidup, melarikan diri. Mereka meninggalkan Sean dan anak buahnya di tengah keheningan yang kembali menyelimuti jalanan yang gelap. Sean menarik dan mengeluarkan napas panjang. "Ternyata mereka masih belum menyerah untuk mencari masalah denganku," gumam Sean.

Dengan langkah cepat, Sean berjalan ke arah beberapa musuhnya yang sudah tertembak. Pria itu berjongkok, sembari memperhatikan wajah penembak. Setelah mendapatkan informasi yang dia mau, akhirnya Sean berdiri. Pria itu berdecih, kemudian berbalik ke arah mobilnya.

Sean berpesan kepada anak buahnya, "Singkirkan sampah di tempat ini, sampai bersih."

"Baik Tuan Sean," gumam anak buah Sean.

Sean berjalan menjauh, seolah tak ada yang terjadi. Dia mengusap keringat yang membasahi keningnya, baru kemudian meminta anak buahnya untuk membawakan air bersih. Setelah mencuci tangan dan menaruh kembali senjata api miliknya, akhirnya Sean kembali masuk ke mobil. Pria itu mengernyitkan kening, melihat Angel masih terduduk, dengan tangan yang memeluk tubuhnya sendiri.

"Duduklah dengan benar, dan pasang sabuk pengamanmu. Sekarang semuanya sudah aman kau tak perlu bersembunyi lagi," ungkap Sean tanpa rasa bersalah.

Angel mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Meskipun tubuhnya bergetar, Angel masih berusaha untuk duduk kembali di kursi mobil. Gadis itu terdiam, dengan wajah berpaling ke arah lain. Suara-suara peluru masih terdengar jelas di telinga Angel. Oleh karena itu, Angel memeluk tubuhnya sendiri sampai Sean kembali menatap ke arahnya.

THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang