Lutut Angel bergetar, bersamaan dengan rasa perih yang mulai Angel rasakan. Dia mencoba mencari Mika, supaya gadis itu mau membantunya. Namun, pada akhirnya Angel ditinggalkan sendiri.
Gadis itu lagi-lagi harus berjuang sendirian.
"Tolong," lirih Angel.
Kepala Angel memusing, dan Angel meremas kemeja miliknya sendiri. Gadis itu merasakan dunia berputar, dan mengabur secara bersamaan. Dunia kembali menertawakan nasib Angel, sampai malaikat itu kembali merosot berniat mencium tanah.
Sayangnya, waktu seolah terhenti. Angel tak merasakan tubuhnya menyentuh tanah sedikit saja. Dia malah merasakan lengan seorang pria kekar melingkari pinggangnya. Aroma pria ini membuat Angel tenang. Angel bisa menutup kelopak matanya pelan, ketika merasakan tubuhnya digendong Sean.
"Kau menyusahkan dirimu sendiri hanya untuk orang lain, kelinci kecil. B*doh."
•••
Perih.
Tapi...
Hangat.
Angel sedikit meringis, merasakan sesuatu yang hangat menyentuh lututnya. Matanya sedikit memburam, ketika dia membuka kelopak matanya. Begitu matanya terbuka sepenuhnya, Angel melihat seorang pria tampan, utusan malaikat yang sedang mengobati lututnya.
Sayangnya, sosok malaikat itu berangsur-angsur berubah, menjadi sosok mafia berlesung pipi yang akhir-akhir ini mengganggu pikiran Angel.
"Tuan Sean?" gumam Angel.
Angel langsung menutup kelopak matanya kembali. Dia pura-pura menarik dan mengeluarkan napas beberapa sekali. Sementara Sean sendiri masih fokus mengobati lututnya. Pria itu begitu terampil melakukannya, seolah dia sudah sering membalut luka seperti ini.
Setelah lukanya berhasil diobati, Sean melirik ke arah Angel. Tanpa menunjukkan ekspresi wajah yang jelas, Sean berkata, "Kau tak perlu pura-pura tidur lagi. Jika ingin membuka matamu, buka saja. Lagi pula aku tidak akan memakanmu."
Sebelum Sean keluar dari kamar Angel, Angel langsung beranjak dari ranjang. Dia menepihkan rasa malunya, kemudian bertanya, "Bagaimana kondisi kampus saat ini? Apakah David sudah dihukum? Mika mengaku jika dia adalah korban?"
Pertanyaan beruntuy dari Angel, membuat Sean berbalik ke belakang. Sean menjawab, "Kau masih memikirkan hal ini?"
Angel mengangguk, dan Sean membalas, "Kondisi kampus baik-baik saja, meskipun mereka kehilangan gudang lama."
"Tapi anak donatur kampus itu masih hidup bebas, dan tak ada yang percaya pada perkataan gadis yang kau sebut Mika itu."
Angel terdiam beberapa saat, baru kemudian berkata, "Jelas saja tidak percaya. Siapa juga yang mau percaya pada gadis seperti dia. Hanya saja, David memang perlu dihukum. Aku aka---"
"Kau tidak perlu berurusan dengan orang itu, dan berkuliah saja dengan tekun. Lagi pula niatmu pergi ke sana untuk mencari ilmu, bukan mengurusi urusan orang lain," jelas Sean.
Sebenarnya Angel juga tak ingin ikut campur. Hanya saja, kejadiannya tepat di depan matanya, dan tak ada orang lain yang bisa menolongnya selain Angel. Jelas saja, Angel ingin mencoba membantu orang lain.
Sean menarik dan mengeluarkan napas panjang. Baru kemudian berpesan, "Jika kau ingin menyelamatkan orang lain, pikirkan dulu, apa kau sanggup atau tidak untuk melakukannya. Jangan keras kepala seperti tadi."
"Tuan Sean memang benar, jika tadi dia tak ada, aku tak tahu bagaimana dengan nasibku saat ini," gumam Angel menyesali keputusannya.
Angel tersentak kaget, dia baru sadar jika Sean benar-benar menjemputnya. Langsung saja, Angel bertanya, "Tuan ada urusan apa kau pergi ke kampusku? Tak mungkin kau hanya menjemputku bukan? Kau pasti memiliki alasan lain."
Sean terdiam beberapa saat, kemudian menunjukkan kedua lesung pipinya. Dia berbalik dan menjawab, "Tentu saja. Aku juga sebenarnya memiliki urusan dengan berand*lan itu."
"Apa urusanmu?" tanya Angel bingung.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]
Fiksi PenggemarHidup dalam kebohongan yang digunakan untuk melindungi kesayangan. Sampai kapan Angel akan bertahan?