08. Pria Tanpa Rasa

1.6K 175 18
                                    

"Untuk mengambil liontin itu dariku, kau harus berusaha lagi," kata Sean.

"Tapi, bukannya aku sudah menuruti keinginanmu?" tanya Angel.

Awalnya Sean ingin menjawab, tapi dia tiba-tiba terbatuk dan merasakan kepalanya memberat. Pada akhirnya Angel langsung mengambil segelas air di atas meja. Dia menjulurkan gelas itu kepada Sean, sembari menatap pria itu diam-diam.

Adam apel Sean bergerak naik turun. Bersamaan dengan bibir basah, yang pernah Angel rasakan kelembutannya. Memikirkan semua itu, membuat Angel memalingkan wajahnya ke arah lain. Jika dia terus berada di rumah ini lebih lama lagi, sudah pasti Angel akan merasa takut dan malu sekaligus. Hidupnya tidak akan tenang.

Namun, Angel baru sadar. Jika rumah miliknya sudah dijual, dan dia tak memiliki uang lebih untuk mencari tempat tinggal lain. Jika Angel pergi dari tempat ini, ke mana Angel akan tinggal?

"Tuan Sean, jika aku masih bekerja untukmu sebagai bawahanmu, apa kau akan memberikanku gaji yang lebih banyak lagi?" tanya Angel.

•••

Sinar matahari menerangi kehidupan baru Angel. Angel pikir, hidupnya akan kacau ketika dia menginjakkan kaki di rumah besar Sean. Namun ternyata? Sean tak seburuk yang Angel bayangkan. Pikiran tentang kekejaman Sean langsung terhapus, ketika pria itu menepati janjinya dan memberikan kesempatan untuk Angel meraih impiannya.

Walaupun Angel berstatus sebagai pelayan di rumah Sean, dia tidak pernah hidup kekurangan. Semuanya mulai membaik bersamaan dengan kumpulan orang-orang baik, yang mempedulikan Angel.

"Angel! Selamat, Tuan Sean mengizinkanmu mendaftar kuliah di kedokteran! Dia bahkan memberikanmu sopir pribadi untuk mengantarmu pulang pergi!" ungkap Joshena, salah satu teman baru Angel.

Angel tersenyum, sembari menyiapkan formulir pendaftaran, beserta barang-barang yang diperlukan. Setidaknya, walaupun Angel hanya berstatus sebagai pelayan, Sean banyak membantunya. Termasuk mendapatkan kembali surat kelulusan dari sekolahnya dulu.

"Kau benar. Kupikir Tuan Sean hanya bisa mengancam dan memerintah, ternyata dia juga bisa menepati janji dan bahkan membantuku. Padahal, saat kami pertama kali bertemu, Tuan Sean mengatakan dia tak mau membantuku," jelas Angel.

Joshena setuju dengan apa yang dikatakan Angel. Gadis itu tersenyum, kemudian menyisir rambut Angel, sembari berpesan, "Tuan Sean aslinya baik, jika kau menuruti keinginannya dan tidak mencari gara-gara dengannya. "

Angel mengangguk, kemudian melihat bayangannya di cermin. Tepat di sana, Joshena begitu fokus menyisir dan membantu Angel menata rambutnya. Joshena berkata, "Kau harus tampil rapi, saat mendaftar dan mengikuti tes masuk. Ada yang bilang, selain kepintaran di sana kebersihan dan kerapihan juga dinilai. Tapi soal kecantikan? Kau sudah pasti aman."

Joshena tertawa kecil, dan hal itu membuat Angel merasa percaya diri. Gadis itu melirik ke arah Joshena, kemudian berkata, "Terima kasih sudah membantuku bersiap-siap."

"Jangan berterima kasih padaku. Sebagai pelayan Tuan Sean, dan teman barumu, aku harus membantu teman sesama pelayan Tuan Sean bukan?" ucap Joshena.

Bola mata Angel berkaca-kaca. Dia memegang erat surat pendaftaran miliknya, kemudian berdiri tegak. Sudut bibirnya berusaha untuk melengkung ke atas. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya, untuk mengabulkan mimpinya dan juga mimpi kedua orang tuanya.

"Hei kenapa kau malah menangis? Ini bukan waktunya untuk menangis. Angkat kepalamu, tarik kedua sudut bibirmu ke atas, dan tegakkan punggungmu!" jelas Joshena. Joshena mengusap air mata yang hampir jatuh ke pipi Angel. Dia tersenyum tipis, bersamaan dengan Angel yang menganggukkan kepala setuju.

THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang