11. Satu Ranjang

1.9K 176 8
                                    

"Aku tidur seranjang dengan Tuan Sean...."

Angel langsung menutup mulutnya sendiri. Padahal tadi malam Angel ditugaskan untuk membuat Sean tertidur nyenyak. Dengan nyanyian dan usapan lembutnya. Lalu sekarang? Kenapa Angel lengah dan malah tertidur di ranjang ini? Parahnya, Angel bahkan diselimuti Sean, seolah Angel adalah pemilik kamar ini.

"Angel apa yang kau lakukan di atas ranjang Tuan Sean?! Jangan katakan, jika tadi malam kalian telah berma---"

Belum sempat kepala pelayan meneruskan ucapannya, orang itu langsung memelototkan mata. Tepat di depannya, dia melihat tanda-tanda merah di leher Angel. Dari tanda itu, kepala pelayan bisa menafsirkan jika Sean baru menyentuh Angel beberapa jam lalu.

"Astaga. Semuanya! Jangan macam-macam dengan wanita Tuan Sean!" teriak kepala pelayan.

Semua orang mengangguk, sementara Angel bingung sendiri. Dia melirik ke arah cermin, kemudian memperhatikan bekas kecup*n Sean pada lehernya. Padahal Sean melakukannya karena kehilangan kendali, tetapi semua pelayan berpikir jika Angel memang wanita istimewa Sean.

"Wanita? Hey, kalian terlalu berlebihan mengatakan seorang gadis berusia delapan belas tahun, yang belum menikah sebagai wanita pribadi Tuan Sean," gumam Angel.

Tanpa mendengar ucapan Angel lebih jauh. Kepala pelayan memerintahkan para pelayan untuk menyiapkan alat kampus Angel. Padahal Angel baru saja bangun tidur. "Nyonya, kau tak perlu repot-repot menyiapkan alat kuliahku. Aku akan menyiapkannya sendiri."

"Aku melakukannya karena perintah Tuan Sean. Jadi, Anda segera bersiap-siap dan dengarkan semua intruksi pelayan," jelas kepala pelayan.

Angel mengernyitkan kening. Padahal dia hanya tidur satu ranjang, itu pun tak sampai berhubungan lebih jauh. Namun, semua orang berpikir jika Sean telah menjadikan Angel sebagai wanitanya. Oleh karena itu, tak da seorang pun yang berani merendahkan Angel lagi. "Sekarang, Tuan Sean ke mana? Aku harus bicara dengannya sebentar untuk memperbaiki kecanggungan ini."

"Tuan Sean sedang bekerja. Dia bilang, nanti setelah dia selesai bekerja dia akan mampir ke kampus untuk melihatmu menimba ilmu, karena jalan pulang kalian searah," jelas kepala pelayan.

•••

Angel kembali menginjakkan kaki di kampus barunya. Walaupun banyak rekan mahasiswa yang mengeluh karena pelajaran kedokteran sangat rumit, tapi Angel malah memikirkan hal ini. Angel berniat memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, dibanding harus mengeluh dan mengeluh. "Kapan lagi, Tuan Sean akan membantuku berkuliah di sini? Aku harus fokus pada pendidikanku."

Beberapa kali Angel sempat memikirkan perubahan sikap Sean yang beraneka ragam macam. Namun, akhirnya Angel berhasil fokus menjalani pendidikannya, setelah diberikan materi yang memusingkan otak.

Hari ini seorang profesor mengajarkan materi tentang diagnosis penyakit langka. Menurut para mahasiswa di kampus Angel, materi tersebut sangat rumit dan membutuhkan pemahaman mendalam, tentang berbagai kondisi medis yang jarang terjadi. Mahasiswa lain merasa kewalahan dengan kesulitan materi tersebut, tetapi Angel masih tidak patah semangat.

"Tuan Sean sudah memberikanku kesempatan emas untuk belajar di sini, aku tidak boleh menyia-nyiakannya," pikir Angel.

Dengan tekad yang kuat, Angel menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempelajari materi tersebut. Dia mencari sumber-sumber tambahan, membaca jurnal ilmiah, dan berdiskusi dengan rekan-rekannya untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas.

Sampai akhirnya sang Profesor membacakan sebuah gejala penyakit dengan serius. Lalu Angel sendiri memasang kedua kupingnya baik-baik. "Seorang pasien datang ke rumah sakit dengan gejala yang misterius. Dia mengalami demam tinggi, kelelahan yang ekstrem, dan pembengkakan pada kelenjar limfanya. Dokter awalnya tidak dapat menentukan penyebab pasti gejala tersebut."

THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang