Malam semakin diselimuti terangnya bintang. Pada saat seperti ini, Angel dibawa ke sebuah pesta kecil di restoran antik. Angel pikir dia akan dibawa ke sebuah tempat hiburan malam. Namun, kenyataannya? Sean malah memperlakukannya seperti putri raja. Pria itu mengajak Angel untuk berdansa bersama, sekaligus menikmati alunan musik yang sederhana.
"Aku pikir, Tuan Sean senang pergi ke klub malam. Tapi ternyata, Tuan malah membawaku ke tempat yang indah seperti ini," ungkap Angel.
Mata Angel tak henti-henti berbinar melihat
ukiran-ukiran mewah yang ada di dinding. Apalagi ketika matanya bertemu dengan puluhan botol, berisi air berwana-warni. Semuanya terlihat indah di mata Angel.
Salah satu pengawal Sean tiba-tiba berkata, "Tuan memang senang pergi ke klub malam, dia juga senang dilayani oleh banyak wanita cantik dan sek*i. Tapi karena Nona, Tuan berbelok ke tempat ini," jelas salah satu pengawal yang sedang meminum alkohol.
Angel tersipu, dan Sean langsung membalas, "Jangan dengarkan pria itu. Dia sedang mabuk."
Kepala Angel mengangguk, dan dia melanjutkan tariannya bersama Sean. Angel pikir, Sean bukan sosok pria yang akan membuang-buang waktu untuk berdansa bersamanya. Namun, kenyataannya? Gerakan Sean bahkan lebih luwes dibanding Angel. Tak ada keraguan, saat Sean menggerakkan pinggang Angel, dan menariknya ke dekapan hangat.
Ada rasa bangga, saat Sean mengajaknya menari bersama. Meskipun pada akhirnya, Sean tiba-tiba berbisik, "Kita harus menari, merayakan orang yang baru kau bunuh."
Bisikan itu masuk ke telinga kanan Angel, sampai Angel tak bisa membalas sepatah kata pun. Begitu musik diakhiri, Sean langsung menempatkan Angel di salah satu kursi. Pria itu mengusap kepala Angel, kemudian menawarkan kue-kue kecil di depan mata Angel. "Makan dan nikmati pesta ini. Aku ada urusan sebentar."
Setelah itu, Sean pergi karena seorang wanita bergaun merah memanggilnya. Mereka pergi dari pesta, kemudian menghilang masuk ke kegelapan lorong.
"Ke mana mereka?" tanya Angel bingung.
Angel menurunkan sudut bibirnya. Gadis itu mengambil kue di depannya, kemudian mengunyah kue itu tanpa selera. Perlu beberapa waktu untuk Angel mengunyah dan menghabiskan makanannya. Sampai akhirnya, salah satu pengawal mendekati Angel, dan bertanya, "Nona, kemana Tuan Sean? Kenapa dia tak ada bersamamu?"
Angel mendengkus, kemudian menjawab, "Dia pergi bersama wanita yang mengenakan pakaian sek*si."
Pengawal itu menganggukkan kepala, kemudian bertanya, "Tak usah dipikirkan. Nikmati saja pesta ini sendiri. Atau kau bisa bergabung bersama kami juga. Lagi pula, Tuan Sean pasti hanya pergi karena misi saja. Nona tak perlu cemburu."
Spontan, Angel langsung mengelak, "Aku tidak cemburu."
Perkataan bisa berbohong, tetapi hati tidak. Angel langsung terbatuk, karena tersedak kuenya sendiri. Dia terburu-buru mengambil gelas dan meminum air di gelas itu sampai habis. Rasanya tenggorokan Angel mengering, terbakar ocehan hatinya sendiri.
"Jus apa ini? Rasanya sangat aneh," komentar Angel ketika dia berhasil menghabiskan satu gelas penuh.
Spontan seluruh pengawal memelototkan mata, "Tidak. Nona baru saja meminum alkohol. Bagaimana ini?! Tuan Sean pasti marah!"
Baru saja menebak, para pengawal langsung menerima jawabannya. Ketika Sean kembali, dia memelototkan mata, melihat Angel yang mengernyitkan kening, dengan pandangan memburam. Semakin lama detik berdetak, semakin Angel tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dia hampir jatuh, jika Sean tidak menahan tubuhnya.
"Tak berguna! Bagaimana bisa kalian membiarkan gadis ini meminum alkohol? Bukannya aku sudah menyuruh kalian menyiapkan minuman lain?" tanya Sean, sembari menggendong tubuh tak berdaya Angel.
Angel berusaha untuk melepaskan diri. Namun, cengkeraman Sean begitu erat pada tubuhnya. Sehingga Angel hanya bisa mengeluh, "Lepaskan aku. Aku bisa berjalan sendiri!"
Sean menulikan indera pendengarannya. Dia malah melanjutkan perjalanan, sampai Angel menepuk-nepuk dadanya. Gadis itu protes, "Aku sekarang sudah jadi kaki tangan Tuan Sean! Aku tak boleh manja lagi! Tak boleh! Cepat lepaskan aku."
"Kau ingin tubuhmu mencium aspal jalan raya? Kau mulai mabuk, Angel. Jadi berhenti memberontak dan ayo kita pulang," peringat Sean.
Angel menurunkan sudut bibirnya. Dia berkata, "Aku tidak mabuk, aku hanya sedikit pusing saja."
"Itu termasuk mabuk," peringat Sean, yang langsung membuat Angel mengernyitkan kening. Angel baru sadar jika pria yang sedari tadi menggendongnya adalah Sean.
Jika dalam kesadaran penuh, Angel akan menatap Sean dengan bersembunyi-sembunyi. Maka sekarang, gadis itu berani melingkarkan tangannya pada leher Sean. Dia mencium aroma leher Sean, kemudian tertawa kecil karena Sean tak merasa geli sedikit pun.
Angel mendongak, dengan wajah merah. Dia berusaha untuk membuka kelopak matanya dan memanggil, "Tuan."
"Hmm."
"Sebenarnya hadiah yang kuinginkan bukan hanya biaya tambahan untuk pendidikanku saja," ungkap Angel.
Sean menarik dan mengeluarkan napas panjang. "Jadi kau mau hadiah apa?"
Kedua sudut bibir Angel terangkat ke atas. Jari jemarinya menyentuh bibir tebal Sean, sembari mengusapnya. "Aku ingin ini juga."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]
FanficHidup dalam kebohongan yang digunakan untuk melindungi kesayangan. Sampai kapan Angel akan bertahan?