13. Lahirnya Malaikat Kematian (1)

1.1K 81 4
                                    

Pertanyaan Angel tidak dijawab Sean, tetapi dibuktikan dengan berita kematian David. Semua mahasiswa di kampus menggosipkan kematian pria itu. Termasuk keluarnya Mika dari kampus.

"Aku dengar, David tewas dalam kecelakaan mobil."

"Saat itu dia mabuk, hingga akhirnya mobilnya melewati pembatas dan menabrak pohon."

"Benarkah?"

"Tapi aku dengar, sebelum kematiannya terdengar suara peluru yang bersahutan."

"Ada yang bilang jika David mati, dibunuh oleh seorang Mafia, karena tak membayar utang pada Mafia itu!"

Semua gosip masuk ke telinga Angel, hingga akhirnya Angel menarik kesimpulan. Jika Sean memang memiliki urusan dengan David. Kemudian menyelesaikan masalah mereka dengan bunuh membunuh. "Kemati*n seseorang bukan hal yang besar bagi Tuan Sean. Pria itu pasti melakukannya, tanpa berpikir dua kali."

Dulu Angel akan ketakutan, mendengar atau melihat Sean membunuh seseorang. Namun, setelah hidup sebagai pelayan Sean, Angel mulai mengerti alasan Sean melenyapkan setiap musuhnya. Karena setiap orang yang Sean bunuh, pasti memiliki dosanya tersendiri.

"Tapi ada bagusnya David m*ti! Aku dengar, karena dia anak orang kaya, David senang berulah dan merendahkan harga diri orang-orang di sekitarnya. Dia juga beberapa kali, ditemukan melecehkan gadis, tanpa ingin mengakui kesalahannya," jelas salah satu penggosip.

"Puncaknya saat seorang anak pejabat ikut dilecehkan, ada yang bilang pejabat itu meminta seorang mafia untuk melenyapkan si pelaku!"

Semua masalah tentang David didengar telinga Angel dengan baik. Seharusnya Angel takut dan gelisah, karena dia hidup dengan seorang pencabut nyawa. Namun, yang ada di dalam bayangan Angel hanyalah sosok Sean yang sedang menggendongnya, menyembunyikannya dari para penembak, mengobati dan juga kedua lesung pipi Sean yang terlukis indah di wajahnya.

"Astaga, seharusnya aku tidak memikirkan Tuan Sean seperti ini! Ini tidak boleh! Tidak boleh lagi!" gerutu Angel pada dirinya sendiri.

Mungkin pikiran Angel memintanya untuk melupakan perhatian Sean dan memikirkan tentang kejahatan pria itu. Namun, kebaikan Sean pada Angel terlalu banyak, sampai Angel merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Angel baru sadar, jika akhir-akhir ini topik pembahasan utama di otaknya adalah Sean dan Sean lagi.

"Lama-lama aku bisa tertular kegilaan Tuan Sean," gumam Angel. Angel menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia akhirnya memfokuskan diri pada pelajarannya. Meskipun setelah belajar, Angel kembali memikirkan Sean lagi.

Angel jatuh cinta.

Itu kesimpulan yang Angel tarik sendiri ketika dia mendekam bulan demi bulan di rumah atasannya sendiri. Rasa kagum di hatinya perlahan merambat menjadi cinta. Setiap kali, Angel menatap Sean dengan mata bulatnya, perhatian pria itu membutakan semua akal sehat Angel. Sampai Angel akhirnya jatuh, jatuh tenggelam di dalam jangkauan Sean, yang tak mudah untuk dimasuki apalagi keluar.

Karena perasaan yang bernama cinta, Angel berdebar melihat senyuman manis Sean di setiap malam, ketika pria itu meminta Angel menidurkannya. Namun, saat Sean terluka sedikit saja, Angel merasa gelisah.

Tekadnya menjadi dokter semakin besar dan besar lagi. Matanya buta. Angel hanya ingin menguasai pendidikannya untuk mengobati luka Sean, bukan orang lain lagi. "Apa aku sudah kena pelet?" tanya Angel sesekali pada dirinya sendiri.

Sayangnya, seberapa keras Angel menolak pesona Sean. Pada akhirnya, gadis itu menyerah pada hatinya sendiri. Dia masih muda, belum mengenal kejamnya dunia. Dan takdir mempertemukannya dengan pria seperti Sean. Pria yang mampu membuat Angel mabuk, tanpa harus memberinya minuman beralk*hol.

"Apa pun akan aku lakukan untuk membalas kebaikan Tuan Sean," gumam Angel.

Termasuk menjadi umpan, untuk para pria berhidung belang yang menjadi mangsa Sean hari ini. Tepat di depan Sean yang sedang duduk di sofa, Angel mengepalkan kedua tangannya. Kedua matanya berbinar, sementara bibirnya mengungkap, "Izinkan aku, yang akan menjadi wanita pemancing, supaya pria berhidung belang itu mau keluar dari persembunyiannya."

Kepala pelayan jelas menggelengkan kepala. Dia melarang, "Angel! Apa yang kau katakan? Kau pikir ini hanya main-main saja? Nyawamu bisa dalam bahaya, dan kau bisa saja mengacaukan misi!"

Angel menundukkan kepala, kemudian membalas, "Aku sudah sering, melihat Tuan Sean melakukan misinya, dan aku tahu betul peranku apa. Di banding mencari orang lain, dan itu membuang-buang waktu. Lebih baik aku saja yang menjalani misi ini."

"Angel ini tak semudah yang kau bayangkan," ungkap kepala pelayan.

"Mencari wanita lain juga tak mudah, Nyonya. Jika kalian mencari wanita lain, mungkin saja akan memakan waktu yang sangat lama, dan Tuan berhidung belang itu sudah pergi dari kota ini. Jadi, izinkan aku memenuhi tugasku ini," jelas Angel.

Kepala pelayan masih bersi keras menolak, sementara Sean terduduk di sofa tanpa sepatah kata pun. Setelah Angel dan kepala pelayan puas berdebat, pria itu baru menaruh gelas alk*holnya di meja, kemudian menatap Angel dengan tatapan yang tak bisa Angel artikan.

Sean bertanya, "Kau pernah merasakan nyawamu hampir melayang, saat menjalani misi denganku, bukan? Sekarang, kenapa kau ingin aku menjalani misi ini lagi?"

Angel menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia menjawab, "Hampir melayang, bukan melayang. Aku percaya, Tuan Sean akan ada membantuku. Oleh karena itu, aku tak takut apa pun lagi."

"Dan soal tujuan aku melakukan ini. Aku tak memiliki tujuan lain, selain membantu Tuan Sean, dan memastikan keselamatan Tuan," jelas Angel.

Sean tiba-tiba tersenyum kecil, lebih tepatnya senyum mengejek. Pria itu menyangga salah satu pipi dengan tangannya, kemudian menatap ke arah Angel dengan sorot mata tak percaya. Dia bertanya, "Kenapa kau ingin aku selamat?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang