8

962 107 8
                                    




Suasana rumah sakit begitu sangat ramai,  karena para sahabat hinata yang menunggu si anak berambut mapel itu di periksa oleh dokter. 

"Akashi - sama " Dokter yang merupakan orang kepercayaan keluarga akashi yang berdiri di hadapan sang calon pewaris. 

"Bagaimana ke adaan nya?  Shirabu? " tanya Akashi datar

"Cidera yang parah ada pada bagaian kepalannya,  dan sedikit robek di bagian kanan kepala. Selain itu kakinya mungkin akan bengkak karena sepertinya pasien jatuh atau sebagainya. Dan juga tulang bahu nya sedikit bergeser sepertinya karena di hantam dengan benda keras. Sisanya tak ada masalah dan mungkin pasien juga akan mengalami sedikit trauma akan kejadian yang di alami" kata Shirabu

Semua menatap iba pada Hinata,  anak manis dan ceria itu mengalami nasib buruk.  Tsuki dan Kageyama mengeoalkan tanganya.  Dia yakin sangat yakin jika ini ulah bajingan yang sama seperti saat SMA dulu. 

"Akashi senpai,  kita harus bicara serius! " kata Kageyama menarik tangan Akashi.  Kini ketiganya ada di ruangan khusus yang memang untuk CEO.  Kageyama dan tsuki akhirnya menjelaskan soal masalah hinata saat masih SMA. 










Usai mendengar semua hal tentang hinata.  Akashi langsung berwajah marah,  bahkan sorot matanya menyiratkan rasa marah yang tidak bisa di bendung lagi.  Hinata yang menjadi korban dari sosok tak di kenal,  namun yang Akashi fikirkan,  bukankah orang itu adalah yang di kantin waktu,  Akashi dan Hinata bertemu.  Jika bukan dia orangnya lalu siapa yang melukai hinata. 

Akashi termenung, dia tak pernah ada di suasan sangat buruk seperti ini.  Bahkan kala dia sering di tinggal sendirian,  dan di jauhi banyak orang.  Akashi tidak pernah merasakan perasaan takut. 

Dari jauh, para sahabatnya menatap Akashi.  Mereka sadar jika Akashi benar-benar jatuh cinta pada Hinata.  Jika tidak,  mana mungkin Akashi sampai rela mengeluarkan seluruh bawahan ayahnya untuk mencari pelaku yang melukai hinata. 










Senku selaku sepupu Hinata mengecek kondisi keponakannya ini.  Sungguh parah fikirnya,  orang tua Hinata akan mengamuk fikirnya. 

"Profesor Senku,  apa Hinata akan baik-baik saja? " tanya Yachi

"Huh... Bocah chibi ini, siapa pun orangnya aku harap dia menyerahkan diri sebelum di bunuh ayah hinata. " kata Senku,  dia masih ingat jelas,  saat dirinya SMA dan Hinata berada di kelas 3 SD. Senku yang hendak menemui Hinata melihat anak itu di bully habis - habisan karena di sebut perebut. 

Bukan hanya itu Senku juga melihat ayah dari si anak pembully mendorong Hinata hingga menbuat kepala sepupunya terluka.  Senku yang tak terima langsung mebunu Hinata.  Dan berniat menghajar pria bongsor itu. 

Namun,  baru saja akan melayangkan pukulan dari tongkat besi.  Sebuah hantaman dari tongkat baseboll yang lebih dulu melayang.  Senku melihat dengan jelas sosok sangar,  dengan badan berotot.  Dia adalah HINATA SEOJIN ayah dari Hinata Shoyo. 

"Paman" panggil Senku saat itu

"Bawa hinata pergi senku,  biar mereka paman yang urus.  Tangan itu berani sekali menyentuh putra ku" Seojin langsung menarik kepala pria yang membuat Hinata terluka.  Bahkan saat itu,  Senku sangat tahu.  Jika paman nya itu  Pria berbahaya.










4 hari kemudian

Hinata akhirnya sadar, dengan matanya melihat sang ibu yang memeluknya. Namun yang membuat Hinata makin tegang kala AYAH nya berdiri dengan wajah sangar nya. Syukur wajah imut Hinata adalah warisan sang ibu.

"Chichi we .. Haha wee ( ayah , ibu ) " kata Hinata

"Pulihakan dulu dirimu, masalah bajingan itu ayah yang akan membereskanya " kata Seojin pada sang putra.


Senku menatap merinding sosok pan nya ini.  Semoga tidak ada kabar seorang pria mati di selokan atau tercincang-cincang di dalam koper. 

"Paman aku fikir,  orang yang melukai hinata ada hubunganya dengan kejadian saat SMA " kata Senku

"Aku akan urus semuanya " ujar Seojin

Tepat saat akan keluar mata Seojin melihat pria dengan rambut merah dan sorot mata tajam.  Akashi menatao Seojin tanpa rasa takut,  hanya ada tandatanya dalam benaknyam siapa pria yang sedikit mirip dengan Hinata.

"Selamat pagi,  saya Akashi seijuro,  senpai hinata di universitas" jelas Akashi memperkenalkan diri. 

"Hinata Seojin,  Hinata No ChiChi! " mereka yang ada di belakang Akashi di buat merinding mendengar perkenalan diri Seojin.  Namun tidak untuk Akashi dia terlihat menghadapi dengan tenang.  Seolah ayah Hinata bukan apa - apa baginya. 

"Paman dia Akashi kekasih Hinata di universitas,  mungkin dia mau menjenguk hinata " kata Senku mendengar nama Kekasih.  Wajah Seojin menatap Garang ke arah akashi.  Seolah meneliti apakah Akashi layak untuk putra manisnya atau tidak. 

"Maaf, karena saya tidak bisa menjaga Hinata.  Untuk menebus semuanya,  saya pastikan akan menemukan pelakunya " dengan Hormat Akashi menundukan kepalanya di hadapan Seojin. 

"Kau cukup berani,  buktikan jika begitu.  Aku benci jika anak ku bersama pria yang suka bicara omong kosong" kata Seojin yang menepuk bahu Akashi lalu pergi. 

Sejujurnya ada sedikit rasa takut kala Akashi berhadapan.  Belum lagi Senku yang bilang dia adalah kekasih Hinata.  Hal itu membuat Akashi jadi berfikir jika ayah Hinata akan menolaknya. 









Usai menjenguk,  Akashi memilih diam dan menemani Hinata.  Sementara temannya yang lain terlihat sudah pulang.  Akashi duduk sambil mengupas jeruk untuk Hinata.  Dengan pipi agak mengembung Hinata menerima suapan buah dari Akashi. 

"Kau yakin tubuh mu baik-baik saja? " akashi agak cemas

"Emmm heki desu!  " kata Hinata,  namun Akashi menghelah Nafas dia bangkin dan memeluk Hinata.  Dia tahu anak jeruk ini berbohong. 

"Bergantung padaku hinata,  aku juga akan menjagamu.  Maaf!  Jika saja ponselku tidak dalam mode silence , pasti aku bisa menyelamatkanmu dari bajingan itu " kata Akashi hal itu membuat Hinata langsung mengeratkan pelukannya menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Akashi.

"Aku takut Aka senpai,  dia menyeramkan " Lirih Hinata mengeluarkan suaranya.

"Ssttsss..  Semua akan baik-baik saja " kata Akashi dia melepas pelukan Hinata.  Menatap bibir mungil yang masih agak pucat.  Akashi mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata.  Hingga membuat Hinata memejamkan matanya.









Sret






Suara pintu terbuka membuat Hinata mendorong Akashi.  Wajah Hinata memerah kala melihat ibu dan ayahnya.

"Eh?  Nanai? " tanya sang ibu

"Kau mengganggu mereka " kata seojin pada istrinya.

"Ara... Ara.. Gomene.. Jika begitu kami keluar ya " kata ibu hinata yang menutup pintu.  Wajah Hinata makin memerah karena ucapan Sang ibu. 


Cup

"Sudah dapat ijin kan? " kata Akashi yang membuat Hinata tertawa. 
















Tbc

Yahooo

Akashi To hinata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang