2 months later" Hoek hoek uhuk uhuk..." sudah sejak pagi Saint terus memuntahkan isi perut nya, bahkan kini tubuhnya berkeringat dingin. Rasa pusing dan mual membuat tubuh nya lemas tak berdaya.
" Kau kenapa ?" cemas Sammy, menatap sahabatnya yang kini terbaring lemas di ranjang nya.
" Entahlah Sam, kepala ku pusing...dan perut ku rasanya tak enak sekali..." adu Saint.
Sesaat Sammy terdiam, menatap sendu wajah Saint lalu beralih menatap ke bawah, ke bagian perut Saint.
" Apa mual ?" Saint pun mengangguk lemas, karena memang benar adanya.
" Sangat mual, hingga kau ingin muntah terus ?" tanya Sammy lagi, yang terkesan sedang menyelidiki Saint.
Saint langsung terdiam mendengar pertanyaan Sammy, ia pun menatap Sammy lekat dan melihat jika kini tatapan Sammy mengarah ke perutnya.
Refleks Saint langsung memegang perut nya, dan menatap Sammy tajam.
" Apa yang kau pikirkan ? Aku tidak mungkin ha_" ucapan Saint langsung terhenti, saat ia melihat wajah serius Sammy." Sam..." lirih Saint, seraya menatap sendu Sammy.
" Kau dan dokter Perth, kalian...Saint katakan itu tidak benar !" cetus Sammy.
Bukan nya menjawab Saint malah memeluk Sammy dan menangis.
Sammy tak perlu jawaban lagi, karna melihat reaksi Saint saat ini ia bisa menyimpulkan kalau tebakan nya itu benar.Beruntung nya di rumah saat ini tidak ada bibi Jah, jadi tidak ada yang mendengar tangisan Saint selain Sammy.
" Kita ke klinik Saint..." ajak Sammy, namun Saint langsung menolak nya.
" Aku tidak mau, aku tidak mau datang ke tempat itu lagi..." ucap Saint.
Sammy pun pasrah karena tak bisa membujuk Saint untuk pergi ke klinik. Sudah dua bulan ini memang Saint tidak pernah menginjakan kaki nya lagi di klinik, dengan alasan karena tak ingin lagi mengingat kenangan nya di sana saat bersama Perth.
" Kita harus memastikan Saint, kau hamil atau tidak...bagaimana kita tau kalau kau tidak ingin di periksa..."
" Ada Sam...tolong belikan aku alat test kehamilan." melas Saint.
" Tapi itu jauh Saint, apotik yang menjual itu hanya ada di kota..." cetus Sammy.
" Aku tak mau di periksa di klinik Sam, bagaimana jika ada yang tau kalau aku memeriksakan diri ku di sana..." lirih Saint.
Sammy terdiam, mencoba berpikir apa yang bisa ia lakukan untuk sahabat nya itu.
Siang hari nya Sammy merengek kepada pho nya, agar di izinkan pergi ke kota dengan alasan ingin berbelanja baju baru. Awalnya kepala desa menolaknya, namun bukan nya Sammy kalau tidak bisa membujuk pho nya.
Sammy di izinkan pergi ke kota, dengan syarat harus di antar oleh adik nya. Sammy langsung setuju, asalkan ia bisa segera pergi ke kota.
" Tumben phi tidak mengajak phi Saint..." cicit Ren, adik Sammy.
" Saint sedang sakit, aku ke kota karna aku mau beli hadiah untuk Saint...besok dia kan ulang tahun..."
" Wah phi Saint ulang tahun, apa mau di rayakan ?" girang Ren.
Pletak
" Aww sakit phi !" adu kesakitan Ren, saat kepala nya di pukul oleh Sammy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lies ( END )
FanfictionBuat yg save cerita gw di perpus, jangan lupa follow akun gw. Cerita ttg PS, kali ini straight Di jamin kalian akan baper... Buat bocil atau pun homophobic di larang mampir, terlebih lagi buat tukang copas...di larang mendekat