Suasana lapangan basket menjadi sangat riuh, semua orang menatap ke arah gadis yang menunduk di depan sang guru.
"Maaf pak, saya tidak sengaja, saya benar-benar tidak sengaja, saya tidak melihat Jieun berjalan dipinggir sana" ujar Jina
Ia tadi bermain basket dengan Wina dan Haejin, namun entah bagaimana ia melempar bola terlalu keras lalu mengenai seorang gadis yang tak lain adalah Jieun, teman sekelasnya.
"Kau ikut bapak ke ruang guru" ujar sang guru
Jina menghela napas pelan lalu menatap kedua temannya memelas, tak lama ia melihat sang kakak datang terburu-buru menghampirinya.
"Kau baik-baik saja?" tanya sang kakak memperhatikan tubuh Jina dari bawah hingga atas.
"Bukan adikmu korbannya tapi dia pelakunya" ujar seorang laki-laki yang berjalan ke arah Jino dan Jina.
Jino menatap tajam ke arah orang itu, "Pelaku atau korban keadaan adikku adalah yang terpenting dari apapun" ujar Jino lalu menarik tangan adiknya menjauhi lapangan basket.
"Jina-ya..."
Jino mengeraskan rahangnya, "Tutup mulutmu dan jangan pernah menyebut nama adikku" ujar Jino menyembunyikan Jina dibalik punggungnya.
Sementara Jina hanya diam ia tak tau situasi apa yang sedang ia hadapi, dan ia pun tak tau siapa laki-laki yang ada di depan kakaknya itu.
"Jina-ya, kau melupakan ku?" ujar laki-laki itu
Jina tersadar lalu menengok ke arah laki-laki itu dari balik punggung kakaknya,
"Hyunwoo"
Jino menarik Jina menjauh dari orang yang bernama Hyunwoo itu, ia membawa adiknya ke taman sekolah.
"Oppa itu tadi Hyunwoo ya?" tanya Jina
Jino menatap adiknya tak suka, "Bukan, jangan pernah berbicara pada orang itu lagi mengerti?"
"Kenapa?"
"Jangan banyak tanya, dia bukan orang baik jadi jauhi dia, mengerti"
Jina mengangguk patuh, mana berani dia melawan Oppa nya, Jino sangat mirip ayahnya kalau sedang marah, itu sangat menyeramkan.
"Sekarang jelaskan, apa yang terjadi?" tanya Jino
Jina menghela napas pelan, "Jina tidak sengaja melempar bola pada teman sekelas Jina, Jina tidak melihatnya dipinggir lapangan oppa" ujar Jina menunduk
Jino menghela napas pelan lalu mengusak kepala adiknya, "Tidak apa-apa, ayo ke ruang guru, oppa temani" ujar Jino menggandeng tangan adiknya.
"Oppa, Jina takut"
"Takut apa? Oppa disini, tidak akan ada yang bisa menjahati Jina" ujar Jino
"Jina takut eomma marah" ujar gadis itu yang membuat Jino menghentikan langkahnya. Ia menatap adiknya yang terlihat benar-benar takut kalau ibu mereka mengetahui kejadian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
FanfictionKelanjutan cerita kehidupan rumah tangga sebuah keluarga bahagia Jeno dan Karina yang memiliki anak kembar bernama Jino dan Jina. Dua anak kembar tidak identik dan berbeda gender itu hidup dengan berbagai perbedaan. Jino si sulung yang terlahir 15 m...