Karina melirik sang suami yang tengah menerima telepon di tempat yang agak jauh dari tempatnya, Karina menggelengkan kepalanya mencoba mengenyahkan pikiran negatifnya namun ia tidak bisa, pasalnya Jeno akhir-akhir ini sering pulang larut malam dengan alasan lembur, bukannya Karina tidak percaya hanya saja ia sangsi karena ia pernah bertanya pada karyawan di kantor istrinya apakah mereka punya proyek besar namun karyawan itu menjawab tidak ada, mereka hanya tinggal merampungkan proyek kemarin.
Di tengah keresahan hatinya, Karina semakin dibuat lelah oleh Jina yang akhir-akhir ini rewel dan terus meminta ke sekolah, ia bukannya tidak ingin anaknya kembali ke sekolah tapi ia hanya khawatir kalau Jina tidak dalam pengawasannya karena anaknya masih dalam proses penyembuhan.
Bahkan hari ini Jina tidak mau bicara padanya karena ia tidak mengizinkan anak itu ikut ke kantor ayahnya.
"Jina akan diam disana eomma, Jina janji tidak akan mengganggu Appa"
"Eomma"
"Eomma"
"Isshh eomma!!"
Karina tersentak saat Jina mulai marah, ia sejak tadi fokus pada suaminya yang sedang menelepon hingga tidak memperdulikan Jina.
"Ya sayang, kenapa?"
Jina menrengguk kesal, "Tidak jadi, pokoknya Jina mau ke kantor Appa" ujar anak itu merajuk
Karina hanya bisa menghela nafas pelan, ia sedang tidak dalam kondisi hati yang baik, ia sedang resah dan gelisah, "Ya sudah, minta izin Appa dulu ya sayang"
Jina tersenyum semangat lalu menatap ayahnya yang baru selesai menerima telepon, "Appa Jina ikut ke kantor Appa ya?"
Jeno menyerngit lalu mencoba tersenyum, "Kenapa tiba-tiba mau ke kantor hmmm?"
"Jina bosan di rumah dengan eomma, Jina mau dengan appa saja"
Jeno menggaruk kepalanya, "Tapi sayang, Appa nanti akan sibuk jadi tidak bisa menemani Jina"
Jina memanyunkan bibirnya, "Jina mau dengan Appa, nanti Jina janji tidak ganggu, Jina akan main sendiri, ya? Boleh ya Appa?" ucap anak itu dengan wajah memohon
Jeno terpaksa mengangguk mengiyakan keinginan sang anak, semoga tidak ada yang akan terjadi setelah ini.
Selepas kepergian Jina dan Jeno Karina mulai kembali termenung sendiri, Jino sudah berangkat sejak subuh karena piket katanya jadi ia sendiri di rumah.
Karina menghela napas untuk kesekian kalinya, ia tidak bersemangat memulai hari karena memikirkan suaminya.
"Jeno...kau tidak akan mengecewakan aku kan? Aku takut..."
***
Jina menatap aneh pada perempuan yang ada di depannya, perasaan ia tidak pernah melihat wanita ini di kantor ayahnya.
"Hai cantik"
Jina menepis tangan wanita yang akan menyentuh kepalanya dengan kasar hingga membuat sang ayah menegurnya.
"Ajumma ini siapa? Kenapa juga ke kantor dengan rok pendek begitu, pantat imo akan kelihat tau, terus bibir Ajumma kenapa merah sekali?" ujar anak itu
"Jina-ya" tegur Jeno
"Ow ahaha ya karena Ajumma mau cantik, tidak ada juga yang akan melarang, iya kan Jeno" ujar wanita itu sambil menatap ke arah Jeno
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
FanfictionKelanjutan cerita kehidupan rumah tangga sebuah keluarga bahagia Jeno dan Karina yang memiliki anak kembar bernama Jino dan Jina. Dua anak kembar tidak identik dan berbeda gender itu hidup dengan berbagai perbedaan. Jino si sulung yang terlahir 15 m...