Karina menatap ke arah kedua anaknya sambil termenung. Di ruang tengah Jina dan Jino sedang bertengkar lucu, Jina terus mengganggu saudara kembarnya yang sedang mengerjakan tugas di laptop lalu Jino karena kesal anak itu mencoba mencomot es krim Jina membuat saudarinya itu tertawa karena Jino yang menahan tubuh Jina dengan mengapit di bawah ketiaknya.
"Ahh Eomma, ketek Oppa bau"
"Heh, enak saja, aku baru saja mandi tau"
Jina tertawa lalu mencoba berlari namun Jino menahannya lalu menarik kedua kakinya mengelilingi ruang keluarga itu. Jina memekik sambil tertawa keras begitu juga Jino hingga suara deheman menghentikan mereka.
"Ehem kalau ada yang menangis awas saja ya" ujar sang ayah
Jina yang terlentang dan Jino yang memegang kedua kaki saudarinya hanya bisa menyengir. Lalu..
Bughhh
"Akkhh Yak!!"
Jina berlari ke arah ayahnya setelah menendang tangan Jino. Jina menjulurkan lidahnya pada Jino sementara anak laki-laki itu hanya bis mengalah lalu kembali ke ruang tengah untuk mengerjakan tugasnya.
"Jina jangan ganggu Oppa mu lagi" ujar Jeno menarik anaknya masuk ke dalam rumah.
Jeno menatap Karina yang termenung sendiri lalu meminta Jina menyadarkan ibu nya.
Cuppp
Jina menatap ibunya bingung, "Tumben eomma tidak marah" ujar Jina
Karina hanya menatap Jina lalu menarik telinga anak itu, "Sana belajar" ujar Karina
"Ahhh Appa!! Help me!!!"
Jeno tertawa mengikuti Karina sambil mencoba melepaskan tangan istrinya dari Jina.
"Karina" ujar Jeno melepaskan tangan Karina dari Jina, saat tangan Karina terlepas Jina dengan cepat berlari ke arah ayahnya.
"Eomma jahat huhu" ujar Jina bersembunyi di punggung ayahnya.
Jino yang tadinya sedang mengerjakan tugas menatap ke arah saudarinya. Ia menghela napas pelan, ia tidak akan tenang kalau terus seperti ini. Ia memiliki andil besar dalam perubahan sikap ibunya pada Jina.
"Oppa!! Ayo temani Jina ke minimarket depan" ujar Jina menarik tangan Jino. Jino hanya bisa menurut mengikuti saudarinya sementara di belakang mereka Karina sibuk mengomel karena Jina mengganggu Jino belajar tapi ia ditahan Jeno, alhasil Jina berhasil membawa Jino keluar menemaninya.
"Kita mau membeli apa ke minimarket?"
Jina menatap kakaknya sambil menyengir, "Es Krim"
Jino mendengus, "Jina-ya, es krim mu masih ada di kulkas"
"Es Krim nya tinggal setengah cup oppa"
"Tapi itu cup besar, astaga anak ini"
Jina hanya bisa menyengir sambil berjalan mengamit tangan kembarannya. Jarak dari minimarket ke rumah mereka memang agak dekat walaupun ya kalau berjalan kaki bisa memakan waktu 15 menit.
Sesampainya disana Jino mengikuti Jina yang asik mengambil beberapa cemilan dan berbox-box es krim kesukaannya, ia juga melihat saudarinya itu sibuk memilih-milih minuman kemasan, Jino berdecak lalu menahan tangan Jina.
"Berhenti, kau bisa sakit kalau makan makanan seperti ini terus, ayo pulang" ujar Jino
Jina memanyunkan bibirnya, "1 lagi ya, aku ingin mencoba ramyeon itu" tunjuk Jina
Jino menghela napas lalu mengangguk, ia tidak akan bisa menolak permintaan adik kembarannya itu. Walaupun mereka hanya berbeda 15 menit baginya Jina adalah adik kecil yang harus selalu ia jaga. Perbedaan kepribadian Jina dan dirinya yang membuat ia merasa kalau ia adalah kakak tertua yang berumur jauh dari si manis nan manja Jina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
FanfictionKelanjutan cerita kehidupan rumah tangga sebuah keluarga bahagia Jeno dan Karina yang memiliki anak kembar bernama Jino dan Jina. Dua anak kembar tidak identik dan berbeda gender itu hidup dengan berbagai perbedaan. Jino si sulung yang terlahir 15 m...