The Truth

812 72 11
                                    

Kedua pasangan suami istri itu berjalan dengan terburu-buru menuju ke UGD, Karina dan Jeno mendapatkan kabar kalau anak bungsu mereka masuk ke rumah sakit pagi tadi namun mereka baru mengetahuinya siang ini.

"Bagaimana keadaannya? Apa yang terjadi?" ujar Karina menatap kakaknya yang sedang duduk di depan ruang UGD.

"Jina baik-baik saja, Jino menemaninya di dalam, dia sudah sadar. Jangan memarahi mereka, mereka berdua jatuh dari sepeda saat akan ke sekolah, kepala Jina menghantam aspal hingga dia tidak sadarkan diri, tidak usah khawatir, Jina baik-baik saja" ujar Johnny

"Lalu Jino?"

"Jino juga baik, hanya ada goresan di telapak tangannya karena menggores aspal. Masuk saja" ujar Johnny pada adiknya, Karina.

Sementara Jeno sudah lebih dulu masuk dibanding Karina, ia menghela napas lega setelah melihat Jina dan Jino yang sudah bertengkar di bed rumah sakit, walaupun tangan si bungsu diinfus dan anak itu terlihat pucat. Tapi ia tenang saat melihat anaknya sudah bisa tertawa dan bertengkar.

"Jina Jino" panggil sang ayah

Jina menoleh lalu tersenyum pada ayahnya, ia membuka tangannya meminta pelukan dari ayahnya. Jeno memeluk Jina sambil mencium puncak kepala anaknya.

"Appa, Jino oppa membuat Jina jatuh dari sepeda"

"Itu karena mu juga ya yang memintaku melihat gadis cantik yang bersepeda di samping kita"

"Ya kan Jina cuma bilang lihat bukan nya melotot sampai-sampai lupa kalau sedang bawa sepeda. Oppa mata keranjang"

"Wah yak"

Jeno menggelengkan kepala mendengar perdebatan kedua anaknya, "Sudah hentikan, kenapa juga kalian ke sekolah naik sepeda hhmm?"

"Jino oppa yang sok ide appa"

"Hei, aku hanya tidak ingin merepotkan gumo, Lami gumo kan ke Busan buru-buru tadi pagi lagipula jarak rumah nenek-kakek ke sekolah itu dekat"

"Jalan kaki kan bisa" celetuk Jina

"Kau ku bonceng bersepeda saja banyak omong apalagi ku ajak berjalan, sadar tidak" serang Jino sengan wajah kesal bukan main pada adiknya.

"Pokoknya oppa yang salah"

"Yak kau"

"Hentikan!!! Hentikan atau Appa menarik telinga kalian berdua, tidak usah berdebat, yang penting kalian baik-baik saja itu sudah cukup. Jangan saling menyalahkan lagi, mengerti?"

Kedua anak itu serempak menjawab, "Mengerti"

"Jino kau tidak terluka?" tanya Jeno

Jino memperlihatkan tangannya yang tergores aspal, "Aku baik appa tapi Jina...hidung nya mengelurkan darah lalu dia pingsan tadi" ujar Jino

Jeno menatap si bungsu, "Benar Jina?"

"Iya hehe"

"Dimana dokter yang menangani kalian?" ujar Jeno, Jina dan Jino menunjuk ke arah seorang dokter yang datang bersama orang yang mereka kenal.

"Om sipit!!!" teriak Jina semangat

"Hai cantik" sapa seorang dokter yang Jina kenal, ia mengusak rambut Jina pelan.

"Hwang Hyunjin? kau... Apa yang kau lakukan disini?" ujar Jeno

Hyunjin mengulurkan tangannya, "Senang bertemu denganmu kembali Jeno, putrimu sangat cantik mirip ibunya" ujar Hyunjin lalu ia mengalihkan pandangan pada seorang wanita yang masuk tergesah-gesah lalu menangkup wajah Jina.

"Sini eomma lihat, kau baik-baik saja kan? Kenapa sampai di infus begini" ujar Karina melihat tangan Jina yang diinfus.

Jina mulai mengaduh pada ibunya seperti mengadu pada Jeno tadi, Karina mengomeli kedua anaknya yang dengan sok ide nya pergi ke sekolah naik sepeda.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang