Family

609 62 1
                                    

Akhirnya setelah penantian dan usaha keras mereka, Jina akhirnya keluar dari rumah sakit, keadaan anak itu sudah lebih baik dan sudah bisa berkaktivitas walaupun setiap seminggu sekali ia harus mengunjungi rumah sakit untuk check up dan terapi.

"Eomma"

"Iya sayang"

"Jina boleh tidak makan es krim?"

Karina tersenyum lalu mengangguk, "Boleh tapi tidak boleh banyak ya"

Jina mengangguk patuh walaupun bibirnya manyun-manyun lucu, "Oppa nanti kita makan es krim ya di kamar oppa" bisik Jina pada kakaknya yang sedang duduk di sampingnya.

"Eomma, Jina mau makan es krim di kamar ku nanti, pasti dia akan makan banyak!!" pekik Jino mengaduh pada ibunya yang membuat Jina mengerang kesal lalu menghadiahkan kakaknya itu dengan pukulan.

Karina yang duduk di depan bersama Jeno hanya bisa tersenyum geli, saat ini mereka sedang berada di dalam mobil untuk pergi makan malam bersama merayakan keluarkannya Jina dari rumah sakit. Hanya makan malam keluarga biasa.

Sesampainya di tempat makan, kedua anak itu sudah berjalan lebih dulu sementara Karina menunggu Jeno yang masih menelepon dengan seseorang.

Karina tampak khawati kala melihat raut wajah suaminya yang tidak mengenakkan saat menerima telepon beberapa kali bahkan di rumahpun suaminya terus mendapatkan telepon dan selalu menjauh darinya saat menelepon. Saat Karina bertanya siapa maka Jeno hanya menjawab bukan siapa-siapa, Karina tak ingin menaruh curiga pada sang suami karena tau sedalam apa Jeno mencintainya.

Namun perasaan manusia itu dinamis, Karina hanya tidak siap jika Jeno nya suatu saat melakukan sesuatu yang menyakitinya dan pergi meninggalkannya. Tidak, Karina tidak ingin berburuk sangka namun hal itu selalu masuk dalam list ketakutannya walaupun sudah 17 tahun bersama dan suaminya tetaplah orang yang mencintainya setengah mati.

Karina hanya...khawatir.

"Sudah?" tanya Karina

Jeno mengangguk, namun bukannya berjalan masuk, Jeno malah menahan Karina di parkiran tempat itu lalu memeluk istrinya sambil menutup matanya.

Meresa ada yang aneh dengan suaminya Karina angkat bicara, "Ada apa?"

"Tidak ada, aku hanya ingin memelukmu, kalau ada dua bocil itu aku tidak akan bisa memelukmu" ujar Jeno mencoba mencairkan suasana namun Karina tidak terpengaruh sama sekali.

"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Jangan berbohong Jeno, kita bukan remaja yang baru saling mengenal kemarin sore, aku tau kau sedang berbohong"

Jeno menghela napas pelan, "Maaf, aku akan memberitaumu nanti, ayo" ujar Jeno menarik Karina masuk ke restoran tempat mereka akan makan.

"Eomma Appa, kenapa lama sekali, Jina laparrr"

Jeno terkekeh, "Maaf ya sayang" ujar Jeno lalu duduk dan mulai memesan makanan.

Mereka mulai memesan makanan, namun suasan di meja makan itu terasa begitu dingin, kedua anak kembar itu sadar akan perubahan suasana diantara ayah dan ibunya terutama saat Karina mulai tidak fokus dan terus melamun namun mereka hanya diam.

Jina mulai cerewet seperti biasa, dan Jino masih sama, ia menjadi ikut cerewet menimpali adiknya.

"Eomma eomma"

"Ya"

"Jina kapan masuk sekolah lagi?"

Karina menghela napas pelan, "Jina homeschooling saja ya sayang?"

Jina memanyunkan bibirnya, "Tidak mau, Jina mau sekolah seperti biasa, Jina rindu teman-teman Jina eomma"

Karina menggenggam tangan anaknya, "Sayang, hanya sementara ya, nanti kalau Jina sudah sembuh total Jina boleh sekolah lagi"

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang