How can...

960 90 10
                                    

Jeno menatap Karina yang sejak kemarin tak berhenti menangis, wanita itu terus memintanya membawa kembali Jina. Bahkan pagi ini, Karina tak menyentuh sedikitpun sarapannya.

"Karina"

"Jino sedang kau hukum untuk tidak memberinya makan, lalu aku tidak tau apakah Jina sudah makan atau belum pagi ini, kau kira aku bisa memasukkan makanan sedikitpun dalam mulutku? Kedua anakku tidak sarapan pagi ini di sini maka aku juga tidak akan sarapan"

"Karina"

"Bawa kembali Jina, berhentilah menghukum Jino, aku mohon, sudah cukup Jeno, kau mau menyiksaku seperti apalagi?" ujar Karina lalu kembali menangis, ia memikirkan nasib kedua anak kembarnya yang terpisah dan tidak ia tau sudah makan atau belum, ia bahkan tak diizinkan Jeno untuk melihat Jino yang sedang dihukum, lalu Jina tidak kunjung kembali dalam pelukannya semua itu benar-benar menyiksanya, rasanya dunianya terbalik dalam semalam, kedua anaknya tidak ada di kamar mereka, kedua anaknya tidak tidur di kamar mereka, tidak sarapan di meja makan bersama mereka bahkan kedua anaknya tak lagi membuat keributan pagi seperti biasanya.

Jeno menghela napas, ia terpaksa menarik Karina menuju ke gudang belakang rumah karena wanita itu tidak berhenti menangis sejak kemarin.

Jeno membuka pintu gudang, ia menatap ke arah putra sulungnya yang masih berdiri dengan tangan dan kaki terikat, wajahnya pucat dengan keringat yang memenuhi tubuh anak itu.

"Apa yang sudah kau lakukan pada anakku Jeno!!" teriak Karina histeris melihat keadaan anaknya, ia mencoba mendekati Jino namun Jeno menahannya.

"Lepas!!"

"Hukumannya belum selesai masih ada 4 jam lagi" ujar Jeno

Karina memberontak marah, "Kau sudah gila, kau akan membunuh anak kita hah?!!"

"Kau boleh menyerah Jino maka ucapkan selamat tinggal pada saudarimu" ujar Jeno lalu melepas Karina, ia melihat istrinya berlari ke arah sang anak, melepaskan ikatan dikedua tangan dan kaki anak itu namun Jino menolak.

"Jino tidak akan menyerah eomma, maaf, Jino masih kuat, Jino tidak mau berpisah dari Jina" ujar anak itu

Karina menangis menatap Jeno tajam  ia lalu mendekati Jeno dan memukul laki-laki itu bertubi-tubi.

"Kau jahat, lepaskan anakku, lepaskan dia sekarang!!"

Jeno menghentikan tangan Karina lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah istrinya.

"Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak bermain dengan amarahku sayang, kau lihat apa yang terjadi bukan? Aku begitu mencintai kalian semua hingga aku lupa untuk bersikap tegas agar hal-hal seperti ini tidak terjadi, tapi karena semua sudah terjadi maka aku perlu memperlihatkan padamu dan anak-anak kalau kalian membuat kesalahan fatal maka hukumanku tidak akan bisa kalian hindari. Ini berlaku untuk kalian semua termasuk Jina, tapi disini, Jina adalah korban maka dia tidak boleh melihat semua ini, itulah kenapa aku membawanya pergi, karena aku ingin menghukummu dan Jino" ujar Jeno

"Kau jahat"

"Kau yang memulainya sayang, jangan salahkan aku, aku selalu memperingatkanmu untuk tidak bermain dengan amarahku" ujar Jeno lalu menarik Karina meninggalkan gudang.

Karina hanya bisa menangis terisak mengikuti Jeno.

"Berhentilah menangis Karina"

"Bagaimana aku tidak menangis, satu anakku dalam keadaan mengenaskan dan satu lagi entah hilang kemana, kau benar-benar jahat Jeno"

Jeno menghela napas, "Jina aman di tempat temanku, dan Jino juga baik- baik saja, ini bahkan belum sampai 12 jam aku menghukumnya, dia anakku, dia bukan orang lemah, jadi tenanglah" ujar Jeno pada Karina namun wanita itu tidak bisa berhenti menangis terpaksalah Jeno memeluknya.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang