Suasana pagi di hari minggu menjadi sangat buruk untuk Jina karena ibunya memaksanya ikut berbelanja ke mall, andai saja hanya berbelanja ia tak apa mengorbankan waktu tidurnya pagi ini tapi ia tak suka karena kehadiran seseorang yang tengah tersenyum menatap ibunya.
"Rina imo, apa ini terlihat bagus?" ujar gadis itu ke arah ibunya, Jina mendengus kenapa juga ibunya harus mengajak Jieun bersama mereka.
"Iya, itu bagus, ambil lah, Imo akan membelikan itu untuk Jieun ya"
Jina menatap ke arah lain dengan wajah kesal.
"Jina yo coba ini" ujar sang ibu
Jina menolak, "Jina sudah punya banyak baju, kemarin dibelikan Appa se lemari di luar negeri, Jina tidak butuh baju, Jina mau ke kantor Appa" ujar anak itu, Karina mencubit Jina karena berlaku tidak sopan di depan Jieun.
"Ihh eomma sakit, kenapa cubit-cubit sih"
Karina berdecak menarik Jina agar duduk diam lalu ia menemani Jieun memilih baju, lama memilih baju kini Karina mengajak Jieun melihat-lihat sepatu dan tas, sementara Jina sudah terlupakan, ia hanya berjalan mengikuti ibunya dengan malas.
Setelah semua selesai, kini mereka berada di cafe bersama ayah Jieun, Jina menatap jengah kedua orang di deoannya, ia tak suka pada ayah Jieun karena melihat ibunya dengan tatapam aneh.
"Jina mau pulang"
"Jina, tunggu sebentar, kau ini seperti anak kecil saja terus meminta pulang"
Jina mendengus, ia hanya diam sambil menatap kesal kedua orang di depannya. Jina semakin kesal saat Jieun memberikan sesuatu pada ibunya.
"Imo, Jieun dengar kemarin imo Rina ulang tahun, ini Jina membuat hadiah ini untuk imo" ujar Jieun
"Maaf ya imo, Jieun tidak bisa memberikan hadiah mahal pada imo" ujar Jieun lagi
Karina tersenyum, "Terima kasih sayang, tidak perlu sesuatu yang mahal, ini saja imo sudah senang terima kasih ya"
Jina menatap sendu ke arah kotak pemberian Jieun, bahkan ibunya langsung membuka kotak itu lalu memakai syal yang dibuat oleh Jieun dengan wajah bahagia. Ibunya bahkan memanggil Jieun dengan panggilan sayang, panggilan yang sangat jarang ia dengar dari ibunya untuknya, hanya pada Jino oppa dan kini pada Jieun.
Setelah mereka makan, Jina kembali bersama ibunya, ia hanya diam memikirkan banyak hal, ia tak membuka suara sama sekali.
"Jina" panggil sang ibu
"Lee Jina?"
"Jina-ya!?"
Jina tak mendengar panggilan ibunya ia hanya diam menatap ke luar jendela mobil.
"Lee Jina!!!"
Jina tersentak lalu menatap ibunya, "Iya?"
"Kau kenapa hah? Memikirkan apa sih?"
Jina menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, hanya memikirkan betapa hebatnya Jieun karena bisa melakukan semuanya dan bisa membuat eomma tersenyum senang" ujar Jina lalu turun dari mobil ibunya menuju ke dalam rumah mereka karena memang mereka telah sampai. Karina menatap punggung anaknya sambil memijit pelipisnya, apa ia salah lagi kali ini? Entahlah...
Hari mulai siang, tapi Jina masih sibuk mencari-cari hadiah yang ia simpan untuk ibunya namun tak kunjung ia temukan, ia merasa menyimpan hadiah itu di kamarnya tapi kenapa kini tidak ada. Jina menghela napas lelah, "Kemana ya? Padahal itu hadiah untuk eomma" gumam Jina
"Jina!!!"
Jina berlari keluar kamarnya saat mendengar suara ibunya, "Ada apa eomma?"
"Ayo turun, ada kakek dan nenek mu di bawah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
ФанфикKelanjutan cerita kehidupan rumah tangga sebuah keluarga bahagia Jeno dan Karina yang memiliki anak kembar bernama Jino dan Jina. Dua anak kembar tidak identik dan berbeda gender itu hidup dengan berbagai perbedaan. Jino si sulung yang terlahir 15 m...