Jina dan Jino sedang beristirahat, keduanya duduk diam sambil makan disuapi oleh sang ibu. Kedua nya menjadi manja setelah selesai di obati oleh kakek dan neneknya.
"Eomma, mana Appa?" tanya Jina yang tak melihat ayahnya sejak mereka kembali ke rumah kakek dan neneknya.
Karina tersenyum, "Appa mu sedang tidur"
"Kok tidur? Appa tidak menanyai keadaan kita berdua dan masuk ke kamar sejak kita kembali. Appa jahat" ujar Jina kesal karena ayahnya tidak keluar kamar sejak mereka sampai di rumah kakek dan neneknya setelah peristiwa menyeramkan yang mereka alami.
"Heh, tidak boleh begitu Jina"
Jina mengunyah dengan wajah kesal, Karina menggelengkan kepalanya, ia menatap wajah anaknya, pipi putrinya yang tembem sedikit membiru karena ditampar oleh orang-orang gila itu.
"Sayang" panggil Karina mengelus pipi Jina pelan
"Ya eomma?"
"Jina tidak boleh berkata seperti itu pada Appa, sejak kemarin Appa mu sedih karena Jina tidak mau bicara dengannya"
Jina menatap ibunya dengan wajah sedih, "Appa jahat, Appa selingkuh dari eomma"
"Hus, siapa bilang hmm, Appa mu tidak selingkuh sayang, yang Jina lihat itu hanya sebentar, Appa mu bukan orang yang seperti itu nak"
Jina menatap ibunya dengan nata berlinang, "Tapi Eomma.."
"Kalau Appa mu seperti itu dia tidak akan ada saat kalian berdua dalam bahaya, Appa mu bersikeras ingin menemuimu nak untuk menjelaskan semuanya, dia mengajak eomma mengikuti kalian mengawasi kalian dan lihat apa yang terjadi, untung saja Appa mu disana kalau tidak. Eomma dan Appa mungkin akan gila kalau terjadi sesuatu pada kalian"
Jina menunduk sedih, apa ia sudah keterlaluan pada ayahnya?
"Jina bicara dengan Appa ya nak, kasihan Appa mu"
Jina mengangguk patuh
"Oke habiskan makan kalian dulu ya, habis itu temui ayahmu di kamar" ujar Karina yang dibalas anggukan oleh Jina
Setelah makan, Jina menuju ke kamar ayahnya yang ada di rumah kakek dan neneknya, ia menyembulkan kepalanya di pintu sambil memanggil ayahnya pelan, "Appa??" bisik anak itu namun tak ada sahutan, ia hanya melihat punggung ayahnya yang baluti kaos tipis meringkuk dalam selimut.
Jina mendekati ayahnya, ia mencoba melihat apa ayahnya tidur atau tidak, "Appa" panggil anak itu sambil mentoel pelan tangan ayahnya.
Jeno menggerakkan tubuhnya pelan berbalik ke arah Jina, ia tersenyum menatap anaknya yang datang, "Hai cantik" ujar Jeno dengan suara serak, mata sayu dan wajah pucat, ia mencoba duduk dengan susah payah menahan nyeri pungunggnya.
"Appa kenapa wajah Appa pucat?" tanya Jina
Jeno tersenyum menggelengkan kepalanya, "Benarkah? Appa hanya belum mandi jadi pucat" ujar Jeno lalu menyentuh pipi Jina yang terlihat membiru, "Sakit ya? Maafkan Appa karena lama datang menyelamatkan princess kesayangan Appa ini"
Jina memegang tangan ayahnya, "Panas" ujar anak itu menatap ayahnya kaget
"Tangan Appa panas, Appa sakit?" tanya Jina tak santai
Jeno menggelengkan kepalanya, "Tidak, Appa kan sejak tadi di dalam selimut jadi panas sayang. Jina masih marah pada Appa? Maaf ya Jina harus melihat sesuatu yang tidak seharusnya Jina lihat. Maafkan Appa"
Jina menunduk memainkan tangan ayahnya yang kini sedang menggenggam tangannya, "Jina takut Appa akan pergi dengan Ajumma itu dan meninggalkan Jina, Oppa dan Eomma" cicit Jina pelan terus menunduk
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
FanfictionKelanjutan cerita kehidupan rumah tangga sebuah keluarga bahagia Jeno dan Karina yang memiliki anak kembar bernama Jino dan Jina. Dua anak kembar tidak identik dan berbeda gender itu hidup dengan berbagai perbedaan. Jino si sulung yang terlahir 15 m...