Begin

1.2K 101 6
                                    

Suasana malam ini terasa sangat menyedihkan bagi Jeno, ia berjalan ke arah kamar Jino, ia mengetuk pintu sambil memanggil Jino karena anak itu mengunci kamarnya.

Tok tok tok

"Jino-ya, ini Appa, ayo buka pintu nya"

Tak lama setelah itu pintu terbuka, Jeno memasuki kamar si sulung, ia melihat Jino yang sedang duduk termenung di sisi tempat tidurnya.

"Bagaimana keadaanmu?" ujar Jeno sambil memperhatikan wajah anaknya yang pucat, tentu saja pucat ia menghukum Jino berdiri selama hampir 12 jam tanpa makan minum di dalam gudang yang dingin.

"Baik, tenang saja, nyawaku masih banyak" ujar Jino sedikit ketus

Jeno tertawa kecil, "Kalau kau punya banyak nyawa, bagi sedikit pada adikmu" ujar Jeno sambil tertawa kecil, leluconnya sangat dark.

"Maksud Appa?"

"Tidak, tidak ada" ujar Jeno kembali murung kalau mengingat putri bungsunya.

"Maaf..." ujar Jino kembali membuka suara

"Bukan padaku tapi pada adikmu, Jina mungkin tidak tau..."

"Jina tau"

Jeno menoleh menatap Jino kaget, "Dia tau?"

"Ya, dia tau tapi dia berpura-pura tidak tau, dia tau kalau aku sering bercerita buruk tentangnya pada eomma, Jina diam karena dia ingin eomma dan appa juga memperhatikanku, hingga dua hari yang lalu, dia menangis berkata kalau merindukan eomma yang dulu. Saat itulah aku sadar kalau aku benar-benar saudara yang jahat" ujar Jino

Jeno menyentuh pundak Jino lalu menepuk kepala anak laki-laki nya.

"Kau tidak salah, semua salah kami hingga kalian menjadi seperti ini" ujar Jeno

"Tidurlah, istirahat jangan sampai sakit, kalau kau sakit Appa yang menderita seminggu" ujar Jeno lalu keluar meninggalkan Jino yang hanya menatap ayahnya bingung.

Bisa-bisa Karina resign jadi istriku...

***

Karina menata piring-piring untuk sarapan pagi ini sendiri, ia tak mau membangunkan Jina terlalu pagi seperti yang biasa ia lakukan, kalau bisa Karina berniat menghentikan Jina untuk pergi ke sekolah, ia hanya ingin Jina bersamanya setiap hari, setiap jam setiap menit hingga detik. Ia tak ingin kehilangan eksistensi putrinya sedetik pun.

"Eomma"

Karina menoleh melihat Jina yang terlihat fresh setelah mencuci mukanya.

"Kenapa sudah bangun? Tidur saja lagi" ujar Karina

Jina tersenyum kecil, "Tidak ah, nanti eomma mengomel lagi, kuping Jina panas mendengar omelan eomma" ujar Jina bercanda namun raut wajah ibunya berubah sedih saat ia mengatakan hal itu. Jina bingung apa ia salah bicara, padahal biasanya kalau ia bercanda begitu, ibunya akan semakin mengomel atau menarik telinganya.

"Maaf sayang, maafkan eomma" ujar Karina berjalan ke arah Jina lalu memeluk anaknya.

Jina hanya diam kebingungan dengan sikap ibunya.

"Eomma kenapa? Jangan meminta maaf terus, Eomma tidak salah" ujar Jina

Karina mengangguk lalu menarik Jina agar duduk di meja makan.

"Diam disini jangan kemanapun, mengerti?"

"Tapi Jina mau bantu eomma masak"

"No, tidak boleh, Jina diam saja disini, eomma sudah selesai masak, tinggal dihidangkan saja"

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang