Jina menatap sekeliling sambil memeluk tangan ibunya, ia benci tempat yang ia kunjungi dengan ibunya saat ini. Bau obat yang menyengat dan banyaknya pasien yang berlalu lalang cukup membuat Jina trauma karena ia sudah sangat sering keluar masuk tempat itu, itulah kenapa ia tak suka tempat yang tak lain adalah rumah sakit.
Ia dan ibunya pergi ke rumah sakit untuk menemui teman sekelasnya yang masuk ke rumah sakit karena terkena bola yang Jina lempar kemarin. Saat di depan ruang kamar rawat anak itu, Jina semakin memeluk lengan ibunya.
"Eomma..."
"Ayo" ujar Karina menarik tangan anaknya.
Saat memasuki ruangan itu, Karina kaget mendapati mantan kekasihnya dan anaknya ada disana, Karina menatap Jina.
"Jadi..."
"Anyyenghase--ow Karina?"
Karina tersenyum canggung lalu sedikit membungkuk ke arah Jihoon, "Anyyeonghaseyo, aku tidak menyangka teman yang Jina maksud adalah anakmu. Aku kesini ingin meminta maaf, akibat lemparan bola Jina, Jieun harus masuk rumah sakit" ujar Karina lalu menarik Jina ke sampingnya.
Jihoon mengangguk lalu menatap Jina, gadis kecil itu sangat mirip dengan Karina, entah kenapa ia kecewa mengetahui fakta itu, sekali lihat orang akan tau kalau dua perempuan di depannya adalah pasangan ibu dan anak.
"Jadi, Jina??"
"Ah iya, aku lupa memperkenalkannya, Jina putri bungsuku" ujar Karina lalu memberi isyarat pada anaknya untuk memberi salam.
"Anyyeonghaseyo paman, saya Jina, Lee Jina, saya ingin meminta maaf karena sudah menyebabkan Jieun masuk rumah sakit. Tapi saya benar-benar tidak sengaja paman" ujar Jina menatap ke arah Jihoon takut.
Jihoon tersenyum ia berdekati Jina mengusap pelan kepala anak itu, "Tidak apa-apa, Jieun sudah menceritakan semuanya. Kau sangat mirip dengan ibumu" ujar laki-laki itu
Jina hanya tersenyum canggung sambil menjauhkan kepalanya dari Jihoon, ia tak suka ada yang memegang kepalanya selain ayah, ibu dan kakaknya.
"Ow ya, maaf ya, Jieun baru saja tertidur karena baru diberi obat jadi aku tidak bisa membangunkannya saat ini"
Karina tersenyum, "Tidak, tidak usah, kami bisa berkunjung lain waktu saat Jieun sudah bangun" ujar Karina
"Ow ya, ayo duduklah lebih dulu" ujar Jihoon
Karina duduk bersama Jina, wanita itu larut dalam obrolan dengan Jihoon yang membicarakan mengenai Jieun yang memang mengidap suatu penyakit sehingga anak itu sangat lemah, namun Jieun tetap ingin bersekolah seperti anak-anaknyang lain.
Jina menatap laki-laki yang bernama Jihoon itu, ia memanyunkan bibirnya, ia tidak suka paman itu karena menatap ibunya dengan tatapan aneh menurut Jina. Lalu ia juga bingung kenapa ibunya sangat akrab dengan paman itu, dan kenapa ibu nya mengenal Jieun? Semua sangat aneh bagi Jina.
Karina larut dalam obrolan tentang Jieun, anak yang sakit-sakitan tapi sangat berprestasi. Karina merasa iba pada Jieun karena sudah tidak memiliki ibu, hanya tinggal dengan ayahnya dan sakit-sakitan tapi anak itu sangat berprestasi di sekolah.
Karena terlalu lama mengobrol, Jina mulai risih dan ingin pulang, ia terus merengek pada ibunya yang membuat Karina mencubit pelan anaknya. Jihoon yang peka mengerti kalau gadis itu pasti bosan mendengar obrolan mereka.
"Sepertinya Jina bosan ya?" tanya Jihoon namun tidak ditanggapi oleh Jina, anak itu malah membuang muka.
Karina menatap anaknya melotot karena tidak sopan, ia tersenyum canggung pada Jihoon lalu berpamitan pulang karena Jina mulai rusuh, daripada ia malu, Karina mutuskan untuk membawa anaknya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Fiksi PenggemarKelanjutan cerita kehidupan rumah tangga sebuah keluarga bahagia Jeno dan Karina yang memiliki anak kembar bernama Jino dan Jina. Dua anak kembar tidak identik dan berbeda gender itu hidup dengan berbagai perbedaan. Jino si sulung yang terlahir 15 m...