Part 23

1.6K 120 60
                                    

Maaf kan tata yang telat up nya:(
Besok ga gini lagi deh, janjiii✌️

Maaf kan tata yang telat up nya:( Besok ga gini lagi deh, janjiii✌️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ahh, Aurora." Alvarez mendesah frustasi, tak kuat lagi mempertahankan kesadaran nya. Hingga beberapa menit setelah nya__

Brukkk!

Ia terjatuh begitu saja setelah meminum, minuman yang dikasih Sasha.

"Shit! Bangun hey, Lo pingsan? Astaga, nyusahin aja tau nggak!" Sasha berdecak kesal, berkali-kali ia mengguncang tubuh sang boss nya, namun tidak ada tanda-tanda bahwa Arez akan bangun dari pingsan nya.

"Tau gini mending tadi gue kasih aja Lo racun, biar mati sekalian." Monolog nya, sambil berlalu meninggalkan ruangan Alvarez.

Sedangkan ditempat yang berbeda, Aurora tersenyum sendu menyaksikan seorang laki-laki yang terbaring lemah diatas brankar rumah sakit. Disana juga ada Lintang, Bujur, Tinta dan Pelangi.

"Lo kenapa nyembunyiin penyakit separah ini sama kita, Gar?"

"Lo udah nggak nganggap kita, sahabat?"

"Lo harus nya bilang, dari dulu an*ing!"

Gariz tertawa pelan, mendengar penuturan tak beraturan yang dilontarkan oleh Aurora, Bujur dan Lintang. Entah lah, yang pasti dia hari ini merasa sangat bahagia, padahal nya penyakit nya sudah mengancam nyawa nya diambang-ambang pintu.

"Pokok nya, gue nggak mau kalau sampai Alvarez tau, gue sakit. Dan kalian semua harus percaya, kalau gue nggak papa!" Ujar nya tanpa beban.

Sikembar menghela nafas nya secara bersamaan, "tapi dia wajib tau!" Kompak nya barengan.

Gariz menggeleng singkat, "gue lebih senang dia membenci gue sampai mati, dari pada melihat dia nangisin gue dimakam nanti!"

Mereka semua terkesiap mendengar ucapan asal yang keluar dari mulut laki-laki itu.

"Jangan ngomong gitu!" Kali ini Tinta yang memberanikan diri angkat suara. Pelangi juga mengangguk samar, seolah-olah membenarkan ucapan Tinta tadi.

Gariz mengangguk, namun tatapan nya jatuh pada seseorang yang kini tengah menatap nya juga dengan tatapan yang berbeda. Gadis pecinta beng-beng itu terlihat anggun dengan dress selutut yang melekat ditubuh mungil nya.

Iya, dia Aurora. Entah mengapa, setiap melihat perempuan itu hati nya langsung menghangat begitu saja.

Laki-laki itu sedikit menggeser badan nya, tangan nya terulur untuk menyentuh punggung tangan milik Aurora.

"Ra, mau janji sama gue?"

Aurora menyipitkan sebelah mata nya sebelum akhirnya mengangguk ragu, terlalu lama memandang Gariz membuat cairan bening menggantung dikelopak mata nya.

"Janji, kalau nanti gue udah nggak a__"

"Jangan ngomong gitu, Gariz!" Potong Aurora yang membuat laki-laki itu terkekeh pelan.

ALVAORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang