Maap telat update:'(
Aku lagi UTS soal nya.
Alvarez berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit, sungguh kabar dari istri nya membuat tali jantung nya nyaris copot didalam sana.Awal nya ia mengira, ini hanya sebuah prank kerjaan si kembar belaka, namun setelah mendapati suara isakan Bujur dan Lintang, laki-laki itu jadi harap-harap cemas menunggu kebenaran nya.
Arez mempercepat langkah kaki nya, hingga kedua langkah kaki nya terpaksa berhenti didepan sebuah ruangan duka. Dan seketika tulang-tulang tubuh nya langsung melunak, jantung nya berdegup kencang, darah nya seolah-olah berhenti mengalir.
"Nggak mungkin," Lirih nya, sembari menggeleng kan kepala pelan.
Berkali-kali laki-laki itu memukul kepala keras, berusaha mengembalikan kesadaran nya. Namun sepertinya ini nyata, bukan hanya mimpi belaka.
Beberapa orang berpakaian medis itu, tengah mendorong sebuah brankar ke ruangan yang tepat didepan Alvarez berdiri. Remaja itu dapat membaca dengan jelas tulisan yang tertempel didepan pintu, "morgou room."
Kedua tangan Alvarez langsung berkeringat dingin, begitu melihat istrinya, sikembar, yang menyusul dibelakang. Pelangi dan Tinta? Kedua gadis itu sudah izin pamit pulang beberapa jam yang lalu.
"Ra," Panggil Alvarez melemah, dan tanpa persetujuan siapa pun ia langsung menubruk tubuh mungil istri nya.
Aurora tidak dapat berkata-kata apa-apa, ia hanya mengangguk sembari mengusap cairan bening yang mengalir begitu saja di pelupuk mata nya.
Bujur dan Lintang yang melihat itu, juga ikut menangis. Kedua tubuh laki-laki itu luruh diatas lantai. Berkali-kali kedua tangan nya dipukul-pukul kan kedinding, seakan-akan dapat menumpahkan semua kekesalan nya disana.
"Ga-Gariz kenapa Lin?" Alvarez membuka suara dengan kalimat yang terbata.
"KENAPA LO? NYESAL? GARIZ GAGAL GINJAL, ANJING!!" Bentak Lintang yang justru membuat mata Alvarez langsung memerah.
"LO SENANG KAN GARIZ MENINGGAL? DENGAN BEGITU NGGAK ADA LAGI ORANG YANG GANGGU HIDUP LO!"
Alvarez langsung menjatuh kan tubuh nya, berlutut didepan Lintang dan Bujur.
"Gue minta maaf sama kalian. Gue egois, emosian, gue posesif sama Ara. Tapi percaya, gue nggak pernah menginginkan kepergian Gariz. Gu-gue juga sayang sama dia, hiks."
Cukup, hancur sudah pertahanan Alvarez didepan ketiga orang itu. Biarkan saja mereka mengetahui sisi lemah, seorang beringas seorang Alvarez Kainan Geantara Syam.
"Gu-gue nggak tau apa-apa masalah penyakit Gariz," Sambung Alvarez lirih.
"Lo mana tau apa-apa tentang kita, dunia Lo sekarang cuma Ara doang kan? Bahkan mungkin orang tua lo yang meninggal pun, Lo nggak bakal peduli." Emosi Bujur yang berhasil membuat Alvarez menggeram tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVAORA
Romance"Lo milik gue..! " Tekan Alvarez benar-benar tidak ingin dibantah. Aurora tersenyum sinis, "Ambil..! Kalau lo bisa. " Jawab nya dengan sebuah senyuman remeh. Netra laki-laki itu naik turun secara beraturan, seolah-olah sedang menilai penampilan g...