Catatan: Cerita ini hanya fiksi, bila ada kesamaan nama tokoh, latar, dsb., itu hanya kebetulan semata.
Tema: Seseorang di Masa Lalu
Hari ke-3***
Deras air hujan membasahi bumi. Beberapa pohon di samping jalan kini tampak segar sekali. Bunga-bunga di sebelahnya pun bermekaran indah. Jalanan yang biasanya sangat gersang saat ini sudah kuyup dibasahi oleh air hujan, menimbulkan kembali bau tanah yang setelah sekian lama hilang entah ke mana bersama kenangan lama.
Seorang gadis remaja baru saja pulang dari sekolahnya, ia berlari-lari di sepanjang trotoar dengan rok berwarna abu yang diangkat sedikit agar tidak basah, dilengkapi pelindung berupa papan ujian di atas kepalanya. Gadis itu menghampiri halte bus di seberang jalan, berteduh di sana. Lalu menepuk-nepuk roknya yang tadi tanpa disadari terciprat air genangan, serta merapikan rambut panjang nan indahnya.
Gadis itu sesekali melihat ke arah arloji di tangan kiri. Sedikit gelisah mengkhawatirkan sang adik di rumah sendirian, takut jika sekarang sedang kelaparan menunggu kakaknya yang tak kunjung pulang.
Lain dari biasanya, jalanan hari ini tampak sedikit berbeda. Lazimnya ada banyak orang yang berteduh di halte bus saat cuaca sedang tak bersahabat, tetapi kali ini tidak. Hanya ada dirinya seorang di halte. Sepi. Laluan di depannya pun lengang, sejak tadi baru ada dua kendaraan yang melintas.
Gadis itu menunduk, merasa aneh, jalanan sepi membuat pikirannya pergi berkeliaran ke mana-mana. Sampai setetes air jatuh mengenai punggung tangannya. Ia kembali menatap jalan raya. Mengusap wajah, menghapus air mata.
Bersamaan ketika dia menyeka wajahnya yang basah, seseorang datang menghampiri, ikut duduk di halte. Ia langsung berusaha menutupi wajahnya yang habis dipenuhi air mata. Si gadis mengintip dari balik jemari, pemuda itu memandangnya seraya tersenyum hangat. Samar-samar ia merasakan, orang ini amat familiar.
Pemuda itu tersenyum, menyapa lembut, "Hai, Vi .... Kapan ya terakhir kali kita bertemu?"
Lamunan negatif si gadis seketika buyar, saat mendengar sapaan dari orang yang paling ia tunggu sejak dulu. Merasa heran mengapa hari seperti ini bisa terjadi.
Ia memandang sayup-sayup pemuda di hadapannya, tak percaya.
***
"Viaa! Jangan keluar, hujannya sedang deras!" teriak wanita kepala tiga berpenampilan ibu rumah tangga dari dalam rumah.
Bocah perempuan itu tak menghiraukan perintah Sang Ibu, dan bersikeras tetap pergi ke luar untuk bermain hujan-hujanan bersama teman sepermainannya di sekitar rumah.
Mereka berlari ke sana kemari tanpa menggunakan alas kaki, berputar-putar mengitari genangan air, melompat ke genangan itu sampai memancing emosi salah satu temannya yang kecipratan, tapi mereka semua tetap tertawa lepas tanpa beban.Via, si bocah keras kepala itu kembali masuk ke dalam rumahnya dengan tubuh basah kuyup, seketika itu juga lantai yang ia injak menjadi kotor karena tercecer lumpur dari bajunya. Sang ibu yang melihat kelakuan Via hanya menggeleng-gelengkan kepala, sementara masih memaklumi anaknya. Bocah itu pergi ke dapur untuk mengambil mangkuk plastik, setelah menemukannya ia langsung berjingkrak riang dan kembali ke luar rumah.
Dia menengadahkan mangkuk tadi ke langit untuk mengumpulkan air hujan. Tidak cukup lama sampai wadahnya terisi penuh, saat itu juga Via berlari mendekati teman-temannya yang masih asyik bermain dan menyiram mereka dengan semangkuk air yang sudah ia kumpulkan itu. Sebagian dari mereka terkena air tepat di wajah, dan sisanya sudah menghindar sebelum air itu meluncur ke arah mereka.
Rasa kesal sekaligus ingin tertawa bercampur aduk di hati para anak yang kebasahan air itu. Mereka menatap satu sama lain sembari tertawa geli. Waktu itu semuanya masih terasa seru, indah dan menyenangkan, benar-benar kenangan yang sangat manis.
To be continued ....
***
—Minggu, 10/04/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapangan Kehidupan
Short StoryHidup tidak seperti jalan tol, selalu ada tikungan tajam di tiap perjalanannya. (Antologi cerpen) Sᴛᴀʀᴛ: 8 April 2022 Fɪɴɪsʜ: 27 April 2022 * * * DILARANG KERAS PLAGIAT!!! Cover by Pinterest