𝚂𝚊𝚏𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝙼𝚊𝚎𝚣𝚣𝚞𝚛𝚊 • 01

3 2 0
                                    

Catatan: Cerita ini hanya fiksi, bila ada kesamaan nama tokoh, latar, dsb., itu hanya kebetulan semata.

Tema: Idola
Hari ke-9

***

Hei, hei, hei! Lihatlah di ujung lorong sana, bahkan jauh 20 meter dari tempatku berada, ia tampak seelok itu. Dengan kulit kuning langsatnya, ia sangat manis dibanding semua wanita yang telah kutemui—selain ibuku. Senyumnya menenangkan, tatapannya hangat, dan dengan tubuh tingginya itu menambah keanggunan yang terpancar dari dalam dirinya.

Hah, ternyata aku seorang pemuda yang memiliki tipe wanita dengan usia lebih tua, tapi kuyakin, semua pemuda sepantarku dengan tipe yang sama pasti menyukai dia.

Maezzura, itulah namanya, ia merupakan seorang siswi kelas dua belas, sebentar lagi akan pergi dari sekolah ini. Ya, alias lulus. Maka dari itu, aku berencana mengungkapkan perasaanku satu bulan menjelang perpisahan kelas dua belas.

Namun, aku tak 'kan terang-terangan bilang di muka umum, sebab aku sangat anti dari omongan orang—kalau mereka tahu, mungkin aku akan dijuluki 'Safar si murid kelas 10 penyuka kakak kelas, Maezzura'. Mencari perhatian publik benar-benar tidak mencerminkan kepribadianku.

Hari ini merupakan h-2 menjelang waktu pengungkapan perasaanku. Malahan, sejak seminggu terakhir jantung ini tak bisa berhenti berdebar kencang saat berpapasan dengannya. Argh! Kalau hati dan otakku mudah goyah, sebatas menyatakan saja pasti tak mampu, bisa jadi ranjangku sudah berada di rumah sakit jiwa sekarang.

'Oh, ya ampun! Dia kemari!' batinku gugup. Sepertinya dia habis dari ruang guru, entah disuruh apa.

"SAFAR, SINI!" Guru penjasorkes, alias Pak Aris menyeru, dia menitahku untuk kembali ke lapangan.

Aku menghela napas kecewa, padahal sebentar lagi dia akan melewatiku yang sedang duduk istirahat melepas penat.

"Haah ...," keluhku pelan.

Namun, siapa disangka, salah satu murid yang sedang bermain bola voli tak sengaja melempar bola ke luar arena. Bola itu hampir mendarat tepat di wajah Maezzura. Sepersekian detik sebelum mengenai wajah cantiknya, aku cekatan berlari, lalu menangkap bola itu.

Jantungku tak tahan lagi, kini aku dan dia hanya berjarak setengah meter, ini rekor yang luar biasa! Dan lagi, ke-hoki-an apa ini?! Bolanya tertangkap sempurna!

'Astaga, ini sih persis kayak di drama-drama! Super romantis!' Di benakku hanya terpikirkan hal-hal tidak masuk akal. Terlalu berangan-angan.

Sampai aku tak menyadari, ternyata perhatian publik sedang berpusat padaku. Aku tidak bisa berkata lagi, rasanya gelarku sebagai makhluk 'anti omongan orang' hangus begitu saja. Sungguh, pasti ke depannya aku akan menjadi bahan pembicaraan anak sekelas ....

To be continued ....

***

—Sabtu, 16/04/22

Lapangan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang